Drama Baru Corona dan Tradisi Tadarus Qur'an Bulan Ramadhan
Waktu sudah menunjukkan pukul 00.00 Wita, tepat setelah itu salah seorang sahabat selesai juga membaca ayat terakhir juz 26 dawaman Qur'an yang kami lakukan tiap malam di bulan Ramadhan.
Ramadhan tahun ini memang agak beda. Larangan jumatan menjadi start yang mengagetkan bagi sebagian umat Islam tidak terkecuali di kampung halaman saya. Padahal ramadhan tahun ini hari pertamanya adalah hari jumat. Efeknya juga bisa kita rasakan, selain jumatan, sholat terawih ramai ramai juga di larang. Biasanya malam pertama Ramadhan jemaah sholat terawih bisa membeludak dan membuat sejumlah masjid atau musholla kampung kewalahan menampungnya.
Sayangnya tahun ini beda sekali..., ya tajun ini memang harus diakui beda. Corona menjadi wasilah kita mesti beribadah di rumah. Anjuran pemerintah agar menerapkan social dan physical distancing di kawal ketat oleh aparat kepolisian.
Pak kadus alias kepala dusun siap siaga mengawal perintah atasan agar masyarakat taat aturan teersebut. Sayangnya masyarakat kita lebih cerdas, walaupun dilarang sholat jumat di masjid, mereka pilih sholat jumat di musholla alias banyak jalan menuju roma, mungkin kalau sudah dilarang semua, baru akrifitas ibadah gak bisa lanjut lagi.
Warga resah sebenarnya, akibat korona ini terlalu menyiksa masyarakat. Sudah dilarang bekerja, ibadahpun dilarang, akhirnya rinfkat kebosanan individu masyarakat makin ningkat. Untung saja karakteristik masyarakat kita adalah masyarakat yang sabar. Semoga ramadhan tahun ini menjadi ramadhan terbaik bagi kita dengan lantunan Qur'an yang didawamkan setiap malam.
Ramadhan tahun ini memang agak beda. Larangan jumatan menjadi start yang mengagetkan bagi sebagian umat Islam tidak terkecuali di kampung halaman saya. Padahal ramadhan tahun ini hari pertamanya adalah hari jumat. Efeknya juga bisa kita rasakan, selain jumatan, sholat terawih ramai ramai juga di larang. Biasanya malam pertama Ramadhan jemaah sholat terawih bisa membeludak dan membuat sejumlah masjid atau musholla kampung kewalahan menampungnya.
Sayangnya tahun ini beda sekali..., ya tajun ini memang harus diakui beda. Corona menjadi wasilah kita mesti beribadah di rumah. Anjuran pemerintah agar menerapkan social dan physical distancing di kawal ketat oleh aparat kepolisian.
Pak kadus alias kepala dusun siap siaga mengawal perintah atasan agar masyarakat taat aturan teersebut. Sayangnya masyarakat kita lebih cerdas, walaupun dilarang sholat jumat di masjid, mereka pilih sholat jumat di musholla alias banyak jalan menuju roma, mungkin kalau sudah dilarang semua, baru akrifitas ibadah gak bisa lanjut lagi.
Warga resah sebenarnya, akibat korona ini terlalu menyiksa masyarakat. Sudah dilarang bekerja, ibadahpun dilarang, akhirnya rinfkat kebosanan individu masyarakat makin ningkat. Untung saja karakteristik masyarakat kita adalah masyarakat yang sabar. Semoga ramadhan tahun ini menjadi ramadhan terbaik bagi kita dengan lantunan Qur'an yang didawamkan setiap malam.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih