PERSAINGAN MANUSIA INDONESIA
AHMAD RIZAL
KHADAPI, SH (GURU SD Terpencil, SGI DD-7)
Menurut
kajian McKinsey Global Institue, Indonesia (2012) menempatai peringkat ke-16 perekonomian dunia
dan memiliki 55 juta tenaga terampil (skilled worker). McKinsey memperkirakan, pada 2030 Indonesia
akan menjadi negara terbesar ketujuh di dunia. Tapi itu masih sekedar
prakiraan, bisa saja meleset, kalu kebutuhan skiled worker tidak terpenuhi pada
tahun itu. Lebih jauh, Prof. Rhenald
Kasali berpendapat untuk sampai kesana
Indonesia membutuhkan 113 juta skilled
worker.
Saat ini sekitar
17 persen dari lulusan perguruan tinggi Indonesia masih menganggur.
Keterampilan nyata yang dibutuhkan di dunia kerja tidak mereka dapatkan di
bangku kuliah. Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Desember 2015 nanti, kita tentu patut
khawatir melihat daya saing seperti ini.
Data terbaru
Forum Ekonomi Dunia, Indeks daya saing global Indonesia (2015-2016) menurun
menjadi urutan ke 37 dari 140 negara dibandingkan tahun lalu urutan ke 34 dari
144 negara. Di ASEAN Indonesia berada di urutan keempat, dibawah Singapura,
Malaysia, dan Tahialand. Berdasarkan data Bank Dunia, Pendapatan Domestik Bruto
(PDB) perkapita Indonesia tahun 2014 sebesar 3. 492 dolar AS masih kalah dari
beberapa negara ASEAN lain. Indonesia berada di urutan ke lima (Adhi S. Lukman, 2015)
Berdasarkan
data tersebut, kita tentu bertanya apa yang sedang atau telah dipersiapkan oleh
pemerintah untuk mengantisipasi kalahnya kita dari negara lain dalam sisi daya
saing pembangunan nasional. Sebagian besar mengatakan, selain mempersiapkan
pembangunan infrastruktur, hal paling utama yang mesti disiapkan adalah
pembangungan manusia Indonesia.
Melihat
kondisi pendidikan kita saat ini, yang masih berorientasi pada sisi formalitas.
Kita sungguh khawatir akan nasib dan masa depan bangsa. Menuurut Prof. Rhenald
Kasali, sistem pendidikan dan sosial kita saat ini masih mengidolakan gelar.
Jadi sistem pendidikan yang seperti ini masih mengedapankan formalitas belaka,
oleh sebab itu harus segara dirubah.
Yaitu dengan sistem pendidikan yang tidak hanya membuat manusia Indonesia menjadi tenaga terdidik tapi juga betul-betul
terampil (Skill Worker).
Karena itu mulai dari saat ini, pemerintah perlu menyiapkan tenaga pendidik
yang lebih matang. Menurut Nurzaman
selaku Sekretaris Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud
dari 3,15 juta guru yang ada, 90 persen sudah mendapat sertikasi. Lalu apakah
dengan demikian sudah akan bisa menjamin mutu pendidikan Indonesia meningkat,
yang kemudian berkorelasi positif dengan terbentuknya manusia Indonesia yang
terdidik, terampil, dan memiliki skill
worker. Sebagai
catatan kita bersama, sertfikasi guru saat ini masih sebatas belum sebagai
sarana peningkatan profesionalitas kerja, tapi sekedar menjadi jalan untuk
mensejahtrakan guru. Sehingga dalam hal
inii belum menjadi indidkator peningkatan kualitas guru.
Wacana yang
mengemuka kemudian adalah membentuk guru garis depan. Tahun ini pemerintah telah mengalokasikan 3,500
kuota Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk program Guru Garis Depan. Guru
ini akan ditempatkan di 150 kabupaten pada 27 provinsi. Dari hal ini tentu kita
berharap, bahwa meningkatkan manusia Indonesia untuk menghadapi berbagai
tantangan global bisa menjadi salah satu jalan. karena Guru Garis Depan ini
adalah para Alumni SM3T (Serjana Mendidik di daerah Terpencil, Terluar, dan
Tertinggal) yang berjumlah 12.860 orang.
Lebih dari
itu pemerintah seharusnya menjadikan peningkatan kulitas manusia Indonesia yang
terididk dan trampil sebagai sekala prioritas utama. Maraknya pembangunan infrastruktur harus di
seimbangkan dengan pembangunan manusia Indonesia. Agar dimasa depan yang
menikamati hasil pembangunan infrastruktur tidak hanya para investor atau
pemilik modal notabene mayoritas asing, tapi juga dinikmati oleh para tenaga
terididik Indonesia yang terampil dan mempunyai skill mumpuni sebagai pengusaha
dan pebisnis masa depan berbasis rasa nasionalisme.
Referensi : Koran Kompas 12/10/2015.
Prof. Rhenald Kasali
Referensi : Koran Kompas 12/10/2015.
Prof. Rhenald Kasali
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih