Mengintip Jakarta Dari Puncak Monas




 Ah,,, senang sekali rasanya bisa berkunjung ke Jakarta lagi. Bagi saya yang notabene orang kampung, tentu mengunjungi Jakarta adalah kebanggaan. Terlebih tidak semua orang daerah bisa merasakannya. Barangkali saya termasuk yang beruntung, karena satu diantara sekian orang yang pernah singgah disini

 
            Kota Jakarta terus terang masih ribut-ribut. Setelah kasus penodaan agama, kemudian demonstrasi 411, 212, dan terakhir 313. Semuanya memang menyita perhatian publik. Selain urusan politik yang makin runyam. Urusan lain yang masih runyam juga adalah kemacetan di jalan raya. Kalau yang ini saya benar-benar merasakannya kemarin.

            Saya yang tak biasa naik mobil ber AC, hanya bisa duduk lemes, sambil tengok kiri kanan lihat-lihat keindahan gedung pencakar langit. Bagi kawan-kawan yang pernah berada di Jakarta, tentu keindahan Jakarta tak sebanding dengan keindahan Kuala Lumpur atau Singapore. But.. what ever lah.. yang penting bagi kami orang desa, melihat gedung  yang setinggi itu adalah hal yang jarang-jarang.
 
            Ditengah kemegahan gedung-gedung itu, terus terang saya juga prihatin. Kenapa prihatin..? saya melihat ada sebagian besar rumah-rumah warga yang tak bisa disebut rumah. Sebab rumah-rumah mereka sungguh terlampau kecil untuk disebut rumah. Berada di gang-gang sempit, kadang satu rumah kecil dihuni dua sampai 5 orang kepala keluarga.
 
            Lalu ..? apa yang terjadi dengan ibu kota. Kesenjangan begitu nyata di hadapan mata. Tapi biarlah pemerintah yang urus. Agar tak sekedar memberi janji tapi juga bukti. Sebab kalau warga di ibu kota saja tidak di urus macam mana mau mengurus warganya yang di daerah.

            Hari kedua saya di Jakarta, saya coba mengunjungi Monumen Nasional (Monas) bersama Pak Sudiyo dan dokter Adi. Oo..ya dokter Adi berasal dari Makassar. Ia dan keluarganya, baru pertama kali datang ke Jakarta, jadi tepat dah momentum mengunjungi puncak monas secara bersama. 

            Saya sendiri walaupun ini adalah yang ketiga kali saya mengunjungi monas, tapi baru kali ini saya bisa sampai di puncaknya. Sungguh pengalaman yang luar biasa, sebab untuk sampai ke puncak selain harus membayar tiket masuk juga harus mengantri cukup lama sampai satu jam lebih. Tapi..tak perlu khawatir, lamanya antrean akan terbayar dengan indahnya pemandangan kota Jakarta dari puncak monas. Dan tentu saja ketika kita berada di ketinggian 115 meter, angin yang bertiup sangat kencang. Kita bisa melihat secara lebih detail kota gedung-gedung yang ada dengan menggunakan semacam tropong yang telah disediakan.
 
            Soo.. semoga Allah memberkahi perjalanan saya ke Jakarta..Aamiin, dan trip-trip selanjutnya ke kota-kota besar dunia, bisa saya lanjutkan..Aamiin Ya..Robbal Alamin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia