PERADABAN DAN PEMIKIRAN ISLAM DI RUSIA

PENGANTAR
        
    Dalam artikelnya yang berjudul Trump dan Globalisasi Baru yang di muat harian Kompas edisi selasa 2 Mei 2017, Prof. Mari E. Pangestu, seorang Guru Besar Ekonomi Internasional FE Universitas Indonesia mengungkapkan kritiknya yang tajam terhadap kebijakan ekonomi Donald Trump.
            Tersebab di Amerika Serikat sendiri ternyata resesi ekonomi yang begitu dalam membuat kelas menenengah atas disana mengalami kemandegkan selama kurang lebih 20 tahun belakangan ini. Faktonya karena globalisasi, padahal ide globalisasi sendir lahir dari rahim Amerika Serikat (AS).
            Kajian tentang AS dari segala sisi tentu akan sangat menarik, terlebih dari sisi ekonomi, sebab kita tahu AS merupakan ibunya kapitalisme global. Nah berbeda dengan Prof Mari Pangestu. Sebagai mahasiswa Pasca UII jurusan hukum islam, saya kebetulan memiliki tugas untuk mengkai sejarah peradaban Islam di Rusia.
            Kita tahu antara Rusia dan Amerika selalu saja berbeda dari sisi Ideologi pun juga dari sisi kebijakan terhadap Islam. Baru-baru ini kebijakan emosional Donald Trump selaku presiden AS yang baru adalah melarang masuk imigran dari beberapa negara “Islam”.
            Kebijakan protektif yang tidak pernah datang dari pesaing abadinya yaitu Rusia. Rusia, dalam kajian saya memiliki kedekatan dengan Islam. Walaupun sejarah menyatakan bahwa dulu Tsar Rusia juga berusaha melakukan kristinasis terhadap beberapa wilayah yang  di aneksasinya. Penduduk muslim Rusia juga adalah pribumi alias asli Rusia, berbeda dengan kebanyakan penduduk muslim di Barat (baa; AS dan Eropa) adalah warga keturunan.
            Kesimpulan saya dalam penelitian tentang pemikiran dan peradaban Islam di Rusia adalah bahwa peradaban Islam di Rusia telah ada sejak beberapa abad yang lalu.  Dan membentuk kesultanan sendiri yang memiliki beberapa pemikiran dan hasil peradaban. Kini diperkirakan pada tahun 2050-an nanti Rusia akan memiliki penduduk dengan mayoritas Muslim. Tak ada gading yang tak retak, penelitian dalam makalah ini perlu disempurnakan lagi. kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk memperbaikinya.
Salam Hormat

Ahmad Rizal Khadapi




PERADABAN DAN PEMIKIRAN ISLAM DI RUSIA






Oleh :
AHMAD RIZAL KHADAPI
NIM : 16913068

Dosen Pengampu
Prof. Dr. Siswanto Masruri. M.Ag

Diajukan kepada Program Pascasarjana
Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia
Untuk Memenuhi Tugas dalam Mata Kuliah
Peradaban dan Pemikiran Islam

YOGYAKARTA
2017






BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Rusia merupakan negara terluas di dunia. Rusia masuk dalam benua Eropa, atau lebih dikenal dengan sebutan Eropa Timur. Agama terbesar di Rusia adalah Kristen ortodoks. Sebagian besar masyarakat Rusia mememeluk agama kristen.  Masyarakat Muslim di wiliayah ini merupakan kelompok Minoritas, Kenyataan ini tidak membuat mereka lemah terhadap desakan kuat pihak pemerintah bahkan yang otoritarian sekalipun.[1]
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Wan Zainuddin bahwa kajian tentang Islam di  Rusia masih sangat langka.[2] Umumnya yang menjadi rujukan dalam pengkajian keislaman di dunia adalah karya Edward W. Said.[3] Hal mana ternyata tidak ditemukan dalam taradisi kajian di Rusia.[4]  
Yang perlu kita ketahui bersama bahwa masyarakat muslim di Rusia kebanyak bermukim di wilayah lembah sungai Volga, yaitu sungai utama di Rusia yang salah satu hulunya mengalir dari dataran tinggi dekat kota Moskow menuju Kaspia.
Di sebut sebagai bangsa Volga yang merupakan identitas pribumi yang juga gabungan antara rasa Mongol dan susku-suku Volga. Generasi muslim diwilayah ini  memiliki sejarah gemilang dalam perkembangannya. Terdapat dinasti – dinasti Islam yang silih berganti menguasai peradaban. Baik dari sisi budaya, serta dominasi politik yang cukup di segani negara-negara sekitarnya pada waktu itu. Bahkan generasi muslin ini memiliki peran yang cukup penting dalanm hubungan antar bangsa pada masanya. Sebelum kemudian jatuh kedalam aneksasi imprium Rusia pada sekitar 1552 M. [5]
B.  Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan beberapa tujuan yang ingin di capai:
1.      Apakah Islam merupakan agama penduduk pribumi asli Rusia..?
2.      Bagaimanakah bentuk  dan pola pemikiran dan kemajuan Islam di Rusia?
C.  Manfaat Penelitian
Berkaitan dengan tujuan  di atas, maka adapun manfaat yang ingin dicapai adaladah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui Islam merupakan agama penduduk pribumi asli Rusia.
2.      Untuk mengetahui bentuk  dan pola pemikiran dan kemajuan Islam di Rusia.
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan normative sosiologis historis. Sumber data yang digunakan terdiri dari sumber data skunder dan sumber data tersier.

BAB II
ISI
A.  Kajian tentang Rusia
Sejarah Rusia disepakati para ahli telah diawali dengan perpindahan bangsa-bangsa Skandinavia yang dikenal sebagai  bangsa Varangin (Frank) yang dipimpin oleh tokoh semilegendaris Pangeran Ryurik yang menyebrangi laut Baltik serta pada tahun 862 M memasuki kota Novogord dan memerintah di sana berdasarkan permintaan pangeran Kiy. Pada tahun 882 M menguasai Kiev, kota Slavia yang berkembang menjadi pusat perdagangan antara Skandinavia  dan Konstatinopel.[6]
Rusia kuno di sebut Rus-Kiev karena pusat pemerintahan saat itu berada di kota Kiev (Ukraina sekarang). Sejarawan bernama Nestor memperkirakan daerah tersebut telah lama ditempati orang-orang Slavia bahkan sejak millennium pertama.[7]
Berdasarkan buku yang di tulis oleh Dieter Heinzig, Secara geografis tiga-perempat wilaya Rusia ada di Asia, sehingga ada pendapat bahwa kebijakan Moskow atas Asia identik dengan kebijakan domestic (dalam negerinya). Dalam pendekatan sejarah dan budaya, istilah Asia menjadi kabur karena pada kenyataannya tradisi Rusia berakar pada tradisi Eropa. Diawali dari kristiani abad ke-10, dilanjutkan dengan peperangan Melawan Proturki, Yahudi, dan Muslim. Bagi bangsa Rusia tentu saja sejarah hidup yang tidak bisa mereka lupakan adalah pertarungan terpenting dan paling traumatis sampai sekaranga adalah penaklukan Rusia oleh Mongol pada pertengahan abad ke-13.[8]
Atau pada masa sekarang, kita bisa menyebut Rusia sebeanarnya Imprialis. Namun demikian meskipun Rusia sebenarnya imprialis, Rusia mampu menghindari tuduhan sebagai kolonialis dan bahkan sering diklasifikasin sebagai non-kolonialis, karena 1) terjadinya pengintegrasian wilayah jajahan dilakukan melalui ikatan ekonomi yang erat dengan negara induk; 2) kolonialisme Rusia telah menyimpang dari pola kolonialisme klasik yang umumnya bersifat maritime, sedangkan yang dilakukan Rusia bersifat continental.[9]
Kita ingat bahwa sebelum terjadi revolusi tahun 1917, Rusia merupakan sebuah negara yang dikendalikan oleh Monarkhi Otokratis, yang tugasnya berpusat pada pemeliharaan tatanan dalam negeri dan penindakan musuh dari luar. Rezim ini sepenuhnya berdasarkan pada negara kekaisaran (imperial state) yang memiliki hirearki militer dan administrasi yang dikoordinasikan secara terpusat di bawah pengawasan monarkhi yang absolute. [10]
Pada abad ke-20 (1940-an) Rusia (Uni Soviet) memperluas jajahannya di Baltik, Finlandia, Jerman, Polandia, Cekoslovakia, Rumania, Mongolia, dan Jepang (kepulauan Kurile, Habomai, dan Shikotan). Kemenangan kaum Bolshevik pada revolusi 7 november 1917 tidak mengubah kebijakan Rusia atas Asia, meskipun salah satu asas politik luar negeri Bolsevhik adalah melawan imprialisme dan kolonialisme.[11]
Kegagalan peradaban Rusia pada dunia Islam terjadi saat Rusia menginvasi Afganistan hal ini juga menjadi salah satu alasan mengapa ketika itu Rusia yang bernama Uni Soviet gagal  berantakan secara ideology. [12]
B.  Sejarah Masuknya Islam di Rusia
Islam masuk ke Rusia dibawa para pedagang Muslim Arab dari wilayah Kaukasus dan tiba di Moskow dari utara bukan dari selatan seperti yang diduga beberapa sejarawan, mereka berpendapat bahwa Islam datang ke Moskow dari selatan, sebagai jalan paling mudah untuk gerakan kafilah pedagang. Sebab, suku-suku Cossack Rusia yang terlatih untuk berperang, telah berdiri menentang penyebaran dakwah Islam dan pengaruh Islam yang merayap menuju jantung Rusia.
Hal itu kemudian memaksa para pedagang Muslim dan para da’i untuk melintasi stepa Asia Tengah menuju Siberia, dengan bantuan kaum Tatar yang telah masuk Islam dan mendapat petunjuk kepada agama yang haq sejak abad kesembilan Masehi di Kerajaan mereka, Kerajaan Volga Bulgaria Timur, yang sekarang menjadi tanah air mereka.
 Daerah ini sebagian besar telah memeluk Islam pada abad kesepuluh, dan pada abad 11 dan 12, Islam menyebar di wilayah Ural, yang sekarang bernama Republik Bashkiria (Bashkortostan). Berkat para pedagang Muslim dari Arab, Iran dan Turki Islam kemudian menyebar ke berbagai bagian lain wilayah Rusia. Kaum Muslim saat ini, telah menjadi kekuatan baru di sekitar Rusia, dari Siberia di sebelah utara dan timur laut ke arah selatan.
Islam tiba di Moskow sekitar tahun 1200 Masehi, ketika itu, ibukota kerajaan Muslim ada di kota Kazan. Saat itu, Moskow membayar pajak kepada Kazan. Kazan tetap menjadi ibukota kaum muslimin sampai tahun 1552, ketika Tsar Rusia Ivan The Terrible berhasil menduduki dan menghancurkan Kazan, membakar masjid, memindahkan qubah-qubah indah ke Kremlin Moskow dan Red Square, yang masih ada sampai hari ini. Kemudian ia menduduki kota Astrakhan pada tahun 1556, Siberia Barat tahun 1598, dan pada akhir abad keenam belas tiba di daerah-daerah Muslim di Kabordino dan Chechnya.
Sejak saat itu, Rusia memulai peperangan mereka melawan kaum muslimin, mereka melarang kaum muslimin melakukan praktek keagamaan dan memaksa mereka untuk mengikuti kebiasaan dan tradisi Rusia. Semua itu dilakukan dalam rangka me-rusia-kan kaum muslimin, jika tidak dikatakan: mengkristenkan mereka. Mereka memperlakukan kaum muslimin dengan kejam, menimpakan berbagai siksaan, merampas kekayaan mereka dan memperkenalkan undang-undang hukuman untuk memaksa penduduk setempat agar menolak agama Islam. Akan tetapi, mereka tidak berhasil dalam proyek ini.
C.  Kerajaan Islam di Rusia
Dalam catatan sejarah terdapat beberapa kerajaan Islam yang pernah jaya di Rusia, beberapa kerajaan Islam itu antara lain bisa disebutkan sebagai berikut;
1.      Kerajaan Bulghar
Kerajaan ini terletak diantara sungai Volga dan sungai Kama, dengan ibukota pemerintah di Kota Bilar. Istana kerajaan di bangun dengan menggunakan batu dari kali dan bata. Produk utama pertanian mereka adalah gandum, di samping itu binatang ternak peliharaan.
Menurut M. Ali Kettani, kedekatan hubungan anatara kerajaan Bulghar dan kekhafilan Abbasiah terjadi dalam kaitan yang lebih mendalam ketika penguasa kerajaan Bulghar yaitu Yiltuwar Almush memeluk Islam di tangan soerang delegasi kekhalifahan Abbasiah yang dikirrim khalifah al Muqtadir Billah bernama ibnu Fadlan.[13]
Bedasarkan aliansi politik antara kerajaaan Bulghar dengan kekhalifahan Abbasiah inilah, julukan yang diberikan kepada Yiltwar Almush diubah menjadi Amir Ja’far ibn Abd Allah.[14]
2.      Kerajaan Golden Horde yang di pimpin oleh Sultan Uzbek
Kerajaan ini berada di kota Al-Sara (atau sarai) yang berada di tepi sungai Volga. Ketinggian peradaban yang dicapai oleh komunitas muslim di sana jauh meninggalkan kerajaan Rusia saat itu yang beribukota di Moskow. Ibnu Batutah menilai bahwa pada saat yang sama bangsa Rusia masih sangat lemah dan primitive.[15] Ia menggambarkannya orang-orang Rusia berambut pirang, bermata biru, berwajah jelek, dan berlaku sangat curang.[16]
3.      Kerjaan Khazan
Kerajaan Kazan muncul di pusat reruntuhan kerjaan Golden Horde, di lembah yang menandai pertemuan sungau Volga dan Kama. Dengan mengambil lokasi di bekas pusat kekuasaan Golden Horde, kazan mewarisi letas strategis yang sejak dulu dimiliki, bahkan sejak masa kerajaan Bulghar.[17]
Kesultanan kecil ini muncul mengalami kemajuan yang cukup pesat di tangan kekuasaan Ulu Muhammad, salah seorang putra Jalaluddin dan cucu Toktamysh. Ulu Muhammad memerintah Kazan antara 1437 dan 1445 M.[18]
Kemajuan yang dicapai pada waktu itu diantaranya adalah kenyataan bahwa para perajin logam di Kazan merupakan orang-orang yang paling awal melakukan aktivitas peleburan besi. Ini sudah lama dilakukan oleh mereka sebelum aktivitas yang sama dilakukan oleh para perajin besi di Inggris.[19]
Bukti lain yang menandai pesatnya kemajuan yang dicapai kerajaan ini adalah bahwa setiap tahunnya terselenggara sebuah pameran dagang internasional yang menarik ribuan pedagang asal Rusia dan negeri-negeri jauh lainnya.  Akan tetapi aneksasi kesultanan Kazan pada 1552 M oleh Tsar Ivan IV dengan julukan Ivan the Terrible, memutus kemakmuran ekonomi kesultanan ini.[20]

D.  Relasi Islam dan Rusia
Boleh dikatakan, dalam abad XX dan XXI Islam di Rusia berkembang sangat  pesat. Bahkan di perkirakan akan menjadi agama mayoritas pada tahun 2050 M nanti. Bila kita melihat catatan sejarah, maka tentu kita akan menemukan sejarah relasi yang berbeda daripada apa yang kita tahu saat ini.
Dalam buku yang di tulis oleh Rorlich, dicatat pernyataan Tsar Ivan IV mengatakan “biarkan kaum kafir menerima Tuhan yang sesungguhnya, menjadi bagian baru dari penduduk Rusia, dan ajak mereka untuk bersama-sama kita memuji the hoy trinity dari abad ke abad”.[21]  Dari pernyataan ini dapat diambil satu praduga, bahwa Islam di mata tsar Ivan IV adalah agama yang harus dihilangkan dari penduduk jajahan mereka, dan diganti dengan agama Kristen.
Penelitian yang dilakukan M Anwar Syarifuddin menunjukkan upaya rusifikasi[22] yang dilakukan oleh Rusia (Moscow) ada dua pendekatan;[23]
1.      Pendekatan secara halus
Pendekatan yang dilakukan secara halus, ternyata tak mampu membuat sebagian besar penduduk Tatar pindah agama ke dalam agama yang dianut oleh kalangan Rusia yaitu Kristen ortodoks. Karena tidak berhasil secara halus, maka dilakukanlah upaya dengan pemaksaan.
2.      Pendekatan dengan pemaksaan
Setelah dilakukan uapaya dengan pemaksaan, ternyata juga tidak membuat senang kelompok masyarakat Tatar. Hal senada juga dialami oleh kelompok masyarakat lain yang merupakan pendatang. Dan akibat ketidak senangan ini penduduk Tatar melakukan pemberontakan pada tahun 1556
Oleh sebab mereka tidak mau di kristenkan, maka mereka dilarang tinggal di kota Kazan, dan merekapun membentuk kawasan pemukiman yang bernama Tatar Lama.[24]
Politik anti Islam yang diterapkan oleh pemegang kuasa Rusia kala itu, juga dilanjutkan oleh generasi penerus mereka. Politik anti Islam ini dalam catatan Rorlich telah dimulai sejak aneksasi Rusia sejak di lembah sungai Volga, kemudian dilanjutkan oleh Peter Agung, Ratu Anna Ivanova dan Elisabet Petrovna.[25]
Dinamika kebijakan berbeda terhadap Islam terjadi pada abad ke IXX ketika ratu  Catheterine II berkuasa. Catherine II menetapkanperaturan tentang jaminan kebebesan beragama  dan menjalankan ibadah, meskipun hal ini bukan mencerminkan simpatinya pada Islam. Ia juga mendukung terbentuknya Dewan Spritual Muslim, menggaji para Mullah, dan memberi dana bagi pembangunan masjid.[26]
Tentu saja ada misi lain dan pandangan politik yang berbeda dari Catherine II terhadap Islam. Misi yang masih sama dengan para pendahulunya yaitu memperluas jangkauan teritorial Rusia dan melakukan kristenisasi. Sebagaimana yang di tulis oleh Fisher “dengan terciptanya komunitas muslim yang terpusaskan dan antusias di Rusia, Chaterine II percaya jika hal tersebut pada saatnya berguna bagi tercapainya target anaksasi imperial yang lebih luas ke Asia Tengah”.[27]
E.   Pemikiran Islam di Rusia
Kelompok minoritas Muslim di Rusia merupakan asimiliasi komunitas Muslim Tatar. Kelompok ini dulu menolak untuk mengikuti agama induk Rusia yaitu  Kristen Ortodoks.  Masuknya bahasa Rusia dalam kurikulum pendidikan Islam di Kazan menjadi pintu awal bagi tersadarkannya kangalan pembaharu akan penting ilmu pengetahuan di luar pengetahuan agama.
Akibatnya penalaahan kritis  secara berekelanjutan terhadap nilai-nilai tradisional dalam agama menjadi  konseukensi yang didapat. Dimana dalam pandangan Rorlich hal ini berakibat pada mulai terbentuknya karakter sekuler masyarakat Tatar.[28]
Secara umum ada beberapa nama yang menjadi eksponen pembaharu pemikiran Islam di Rusia. Dari sisi cultural dan juga pendidikan terhitung sejak tahun 1726 M hingga 1936 M. Tiga nama yang bisa disebutkan adalah Abu Nasr al Kursavi (1726-1936), Syihabedin Merjani (1818-1889), dan Rizaeddin Fahreddin (1858-1936).[29] Disamping mereka juga ada dua nama lain, yaitu Musa Jarullah Bigi (1870-1949) dan Ismail Bek Gaprinski (1851-1914).[30]
Lebih dalam kita coba membahas tokoh-tokoh pemikiran di atas.  Sebab bagaimanapun juga, ketika kita berbicara tentang pemikiran dan peradaban Islam di Rusia, maka tokoh-tokoh ini mesti dibedah secara lebih dalam tapi simple (sederhana).
1.    Abu Nasr al-Kursavi (1726-1813)
Kursavi adalah seorang Muffasir Al-Qur’an yang cukup serius.  Pesan Kursavi pada intinya  adalah memperkuat makna Islam sebagai agama sekaligus menjadi way of life.  Kursavi menggagas pembaharuan seupaya setiap serajana memiliki hak untuk menghadrkan penafsirannya sendiri terhadao Al-Qur’an dan Hadist. Dalam upaya menemukan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Atas dasar ini ia menolak sikap taklid.[31] Emir Haidar dari Bukhara menolak keras gagasan Kursavi tersebut.
2.    Syihabeddin Merjani (1818-1889)
Merupakan penerus gagasan Kursavi, ia meneliti ide-ide Kursavi dan menuliskannya dalam sebuah buku. Ia menganjurkan agar madrasah membersihkan diri daiu karya-karya filsafat Skolastik yang konservatif. Menganjurkan agar sejarah Islam diajarkan di semua madrasah, sebab  menurut beliau pentingnya agama  dan sains menemukan jalannya dengan  belajar sains Rusia[32]
3.    Rizaedidin Fahreddin (1858-1936)
Ia merupakan murid Merjani yang paling dikenal. Selain Merjani pemikiran Fahruddin juga di pengaruhi oleh koran (media cetak) Teruman yang diterbitkan intlektual Pan Turkis di semenanjung Krimea, yaitu Ismail Gaprinski. Dan dipengaruhi pemikiran Jamaludin Al-Afghani yang kala itu bertemu Fahreddin di st. Pesterburg, Rusia. Ia menulis banyak karya terutama tentang teologi Islam.
Ia menekankan pentingnya sains, bahasa Rusia dan sekolah. Menurutnya antara agama dan sains harus serasi, karena itulah pemikirannya sangat rasional. Dalam pandangannya yang dapat diterima adalah hal-hal yang secara saintifik dan etis secara moral.[33]
4.    Musa Jarullah Bigi (1870-1949)
Musa Jarullah Bigi adalah kawan dari Fahreddin sekaligus murid Merjani.  Mereka membawa nuansa baru dalam perkembangan pemikiran keagaam di komunitas Volga Tatar. Dan berkat peran para pemikir pembaharu inilah, muslim Rusia melahirkan gerakan Jadidisme yang secara aktif berperan dalam politik.[34]
5.    Ismail Bek Gaprisnki (1851-1914)
Jadidisme adalah gagasan reformatif Ismail Bek Gaprisnki. Profesinya sebagai editor koran bernama Terjuan. Selain pemikirannya di pengaruhi oleh muslim Rusia, ia juga terpengaruh pemikir muslim dari kawasan Asia Tengah.
Karena dasar penelaahan pemikiran agama, dan melalui perakarsa reformasi dalam dunia pendidikan, Jadidisme menjelma menjadi gerakan politik.   “The Moslem Of Russia merupakan salah satu judul tulisannya.  Ia berpendapat bahwa Muslim Rusia yang tergabung dalam teritori Rusia memiliki dampak kebaikan bagi Islam.
Kontribusi paling utama gerakan Jadidisme adalah penyusunan metode baru pengajaran (usul jaded). Tahun 1884 M, ia mendirikan maktab pertama yang menerapkan metode baru pengajaran in. Gagasannya tentang pentingnya penguasaan bahaan Rusia bagi kaum muslim dan bahasa-bahasa lain mendapatkan pertentangan dari ulama konservatif.  Untuk selanjutnya gerakan ini menjadi inspirasi bagi gerakan-gerakan politik kaum muslim lain pada tahun-tahun setelahnya.
BAB III
PENUTUP
A.   Simpulan
Rusia hingga kini dalam catatan kita tetap masih misteri. Ia seolah terisolasi sendiri baik dari Eropa maupun dari dunia Islam. Kajian lebih dalam menunjukkan kemungkinan Rusia akan memiliki masyoritas penduduk beragama Islam pada tahun 2050-an.
Catatan sejarah menunjukkan kepada kita bahwa, telah terdapat bangunan peradaban kesultanan atau kerajaan Islam di wilaayah Volga yang kini masuk di wilayah Rusia. Dan para pemikir-pemikir Islam yang ada di Rusia secara tidak langsung juga merupakan pribumi Rusia, walaupun awalnya merupakan bentuk asimiliasi penduduk. Berebeda dengan para pemikir Islam di Eropa (Barat) mereka adalah pendatang yang masyoritas berasal dari negeri imigran Timur Tengah.
Salah satu bentuk pemikiran Islam di Rusia adalah adanya gagasan yang di dengungkan oleh kelompok Jadidis (pembaharu) seperti Ismail Bek Gaprinski, Rizaeddin Fahreddin, Musa Jarullah Bigi yang menggagas univikasi Islam dan Rusia, dan dorongan kepada kaum Muslim menggabungkan sains dan ilmu agama, penguasaan terhadap bahasa Rusia, Inggris, dan Arab sebagai bahasa agama.
B.  Saran
Mengingat terbatasnya ruang literasi tentang kajian Islam Rusia. Maka penelitian lebih lanjut mengenai pemikiran dan peradan Islam di Rusia perlu menjadi satu konsentrasi khusus. Sebab dalam prediksi masa depan, bisa jadi Rusia akan menjadi salah negara dengan mayoritas penduduk Islam  terbesar. 
DAFTAR PUSTAKA
Alan W. Fisher, “ Englightened Deopitsm and Islam under Catherine II, dalam Slavic Review, vol. XXVII”.1968,

Azade-Ayse Rorlich, The Volga Tatars, A Profile in National Resilience, Stanford, California; Hoover Istitution Press, 1986

Dieter Heinzig, Rusia dan Uni Soviet di Asia, dalam analisa (Jakarta; CSIS 1983)

Edward W.Said, Orientalisem, terj. Asep Hikmat ( Bandung: Pustaka, 2011)  

Indriyanto, Makalah pada seminar internasional hubungan Rusia Indonesia dalam Kajian sejarah, Semarang Universitas Diponegoro, 16 November 2000

M. Ali Kettani, Muslim Minoritas In The World Today; ( London; Mansel, 1986)

M. Anwar Syarifuddin, Hegemoni Budaya dan Dinamika Dakwah di Rusia, Jurnal Ilmu Dakwa Vol.6 No 2, Edisi Juli Desember 2012,

N.M. Karamzin., Istoriya Gosudarastva Rossiiskogo (Serjarah Pemerintahan Rusia), Buku I, Rostov-on Don; 1994.

Theda Skocpol, Negara dan Revolusi Sosial Suatu Analisis Komparatif tentang Prancis, Rusia, dan CIna. Jakarta; Erlangga, 1991.

Wan Jamaluddin Z, Arabistika : Jendela Kecil Kajian Islam di Rusia (Menelisisk sejarah Awal Pertumbuhan Kajian Islam di Rusia Abad IX-XVIII M), Jurnal Analisis, Volume XI, Nomor 2, Desember 2011








[1]M. Ali Kettani, Muslim Minoritas In The World Today; ( London; Mansel, 1986) , hlm.55
[2]Wan Jamaluddin Z, Arabistika : Jendela Kecil Kajian Islam di Rusia (Menelisisk sejarah Awal Pertumbuhan Kajian Islam di Rusia Abad IX-XVIII M), Jurnal Analisis, Volume XI, Nomor 2, Desember 2011, hlm, 360
[3] Edward W.Said, Orientalisem, terj. Asep Hikmat ( Bandung: Pustaka, 2011)  
[4] Wan Jamaluddin Z, Arabistika : Jendela Kecil..,hlm 360
[5]M. Anwar Syarifuddin, Hegemoni Budaya dan Dinamika Dakwah di Rusia, Jurnal Ilmu Dakwa Vol.6 No 2, Edisi Juli Desember 2012,hlm 268
[6] Wan Jamaluddin Z, Arabistika : Jendela Kecil Kajian..,hlm 366

[7] Kajian lebih mendalam mengenai sejarah Rusia bisa kita temukan dalam bukunya N.M. Karamzin., Istoriya Gosudarastva Rossiiskogo (Serjarah Pemerintahan Rusia), Buku I, Rostov-on Don; 1994., hlm., 60
[8] Dieter Heinzig, Rusia dan Uni Soviet di Asia, dalam analisa (Jakarta; CSIS 1983) hlm.1051
[9] Ibid,hlm.,1056
[10] Theda Skocpol, Negara dan Revolusi Sosial Suatu Analisis Komparatif tentang Prancis, Rusia, dan CIna. Jakarta; Erlangga, 1991., hlm., 51
[11] Indriyanto, Makalah pada seminar internasional hubungan Rusia Indonesia dalam Kajian sejarah, Semarang Universitas Diponegoro, 16 November 2000, hlm.,2
[12] Ibid.,
[13] M. Ali Kettani, Muslim Minoritas In The World Today; ( London; Mansel, 1986) , hlm57
[14]Ibid.
[15] M. Anwar Syarifuddin, Hegemoni Budaya.., hlm 271
[16] Ibid.,
[17] Ibid.,
[18]Ibid
[19]Ibid.,
[20]Ibid.,
[21] Azade-Ayse Rorlich, The Volga Tatars, A Profile in National Resilience, Stanford, California; Hoover Istitution Press, 1986, Hlm, 38
[22] Rusifikasi merupakan upaya untuk untuk menggalakkan erpindahan agama ke Kristen Ortodoks sebagai langkah awal dalam mencapai asimilasi kultural dalam bidang-bidang lain, seperti hukum, pedidikan, dan kebijakan ekonomi
[23] Lebih lanjut lihat  M. Anwar Syarifuddin, Hegemoni Budaya dan Dinamika Dakwah di Rusia, Jurnal Ilmu Dakwa Vol.6 No 2, Edisi Juli Desember 2012, Hlm 273-274
[24] Azade-Ayse Rorlich, The Volga Tatars, A Profile in National Resilience, Stanford, California; Hoover Istitution Press, 1986, Hlm.39
[25]Ibid, hlm. 38
[26] M. Anwar Syarifuddin, Hegemoni Budaya dan Dinamika Dakwah di Rusia, Jurnal Ilmu Dakwa Vol.6 No 2, Edisi Juli Desember 2012, Hlm.275-276
[27] Alan W. Fisher, “ Englightened Deopitsm and Islam under Catherine II, dalam Slavic Review, vol. XXVII”.1968, hlm 548
[28] Azade-Ayse Rorlich, The Volga Tatars, A Profile ...,hlm.48
[29]Ibid, hlm 49-59
[30] M. Anwar Syarifuddin, Hegemoni Budaya..,hlm,278
[31] M. Anwar Syarifuddin, Hegemoni Budaya..,hlm.,278
[32] Ibid., hlm 278-279
[33]M. Anwar Syarifuddin, Hegemoni Budaya..,hlm 280
[34] Azade-Ayse Rorlich, The Volga Tatars, A Profile ...,hlm.59-64

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia