PERADABAN DAN PEMIKIRAN ISLAM DI RUSIA
PENGANTAR
Tersebab
di Amerika Serikat sendiri ternyata resesi ekonomi yang begitu dalam membuat
kelas menenengah atas disana mengalami kemandegkan selama kurang lebih 20 tahun
belakangan ini. Faktonya karena globalisasi, padahal ide globalisasi sendir
lahir dari rahim Amerika Serikat (AS).
Kajian
tentang AS dari segala sisi tentu akan sangat menarik, terlebih dari sisi
ekonomi, sebab kita tahu AS merupakan ibunya kapitalisme global. Nah berbeda
dengan Prof Mari Pangestu. Sebagai mahasiswa Pasca UII jurusan hukum islam,
saya kebetulan memiliki tugas untuk mengkai sejarah peradaban Islam di Rusia.
Kita
tahu antara Rusia dan Amerika selalu saja berbeda dari sisi Ideologi pun juga
dari sisi kebijakan terhadap Islam. Baru-baru ini kebijakan emosional Donald
Trump selaku presiden AS yang baru adalah melarang masuk imigran dari beberapa
negara “Islam”.
Kebijakan
protektif yang tidak pernah datang dari pesaing abadinya yaitu Rusia. Rusia,
dalam kajian saya memiliki kedekatan dengan Islam. Walaupun sejarah menyatakan
bahwa dulu Tsar Rusia juga berusaha melakukan kristinasis terhadap beberapa
wilayah yang di aneksasinya. Penduduk
muslim Rusia juga adalah pribumi alias asli Rusia, berbeda dengan kebanyakan
penduduk muslim di Barat (baa; AS dan Eropa) adalah warga keturunan.
Kesimpulan
saya dalam penelitian tentang pemikiran dan peradaban Islam di Rusia adalah bahwa
peradaban Islam di Rusia telah ada sejak beberapa abad yang lalu. Dan membentuk kesultanan sendiri yang
memiliki beberapa pemikiran dan hasil peradaban. Kini diperkirakan pada tahun
2050-an nanti Rusia akan memiliki penduduk dengan mayoritas Muslim. Tak ada
gading yang tak retak, penelitian dalam makalah ini perlu disempurnakan lagi.
kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk memperbaikinya.
Salam Hormat
Ahmad Rizal
Khadapi
PERADABAN
DAN PEMIKIRAN ISLAM DI RUSIA
Oleh
:
AHMAD RIZAL
KHADAPI
NIM : 16913068
Dosen
Pengampu
Prof.
Dr. Siswanto Masruri. M.Ag
Diajukan
kepada Program Pascasarjana
Fakultas
Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia
Untuk
Memenuhi Tugas dalam Mata Kuliah
Peradaban
dan Pemikiran Islam
YOGYAKARTA
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Rusia merupakan negara terluas di dunia. Rusia masuk
dalam benua Eropa, atau lebih dikenal dengan sebutan Eropa Timur. Agama
terbesar di Rusia adalah Kristen ortodoks. Sebagian besar masyarakat Rusia
mememeluk agama kristen. Masyarakat
Muslim di wiliayah ini merupakan kelompok Minoritas, Kenyataan ini tidak
membuat mereka lemah terhadap desakan kuat pihak pemerintah bahkan yang
otoritarian sekalipun.[1]
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Wan Zainuddin bahwa
kajian tentang Islam di Rusia masih
sangat langka.[2]
Umumnya yang menjadi rujukan dalam pengkajian keislaman di dunia adalah karya
Edward W. Said.[3]
Hal mana ternyata tidak ditemukan dalam taradisi kajian di Rusia.[4]
Yang perlu kita ketahui bersama bahwa masyarakat
muslim di Rusia kebanyak bermukim di wilayah lembah sungai Volga, yaitu sungai
utama di Rusia yang salah satu hulunya mengalir dari dataran tinggi dekat kota
Moskow menuju Kaspia.
Di sebut sebagai bangsa Volga yang merupakan identitas
pribumi yang juga gabungan antara rasa Mongol dan susku-suku Volga. Generasi
muslim diwilayah ini memiliki sejarah
gemilang dalam perkembangannya. Terdapat dinasti – dinasti Islam yang silih
berganti menguasai peradaban. Baik dari sisi budaya, serta dominasi politik
yang cukup di segani negara-negara sekitarnya pada waktu itu. Bahkan generasi
muslin ini memiliki peran yang cukup penting dalanm hubungan antar bangsa pada
masanya. Sebelum kemudian jatuh kedalam aneksasi imprium Rusia pada sekitar
1552 M. [5]
B. Tujuan
Penelitian
Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka dapat di
rumuskan beberapa tujuan yang ingin di capai:
1. Apakah Islam merupakan agama penduduk pribumi
asli Rusia..?
2. Bagaimanakah bentuk dan pola pemikiran dan kemajuan Islam di
Rusia?
C. Manfaat
Penelitian
Berkaitan dengan tujuan di atas, maka adapun manfaat yang ingin
dicapai adaladah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Islam merupakan agama
penduduk pribumi asli Rusia.
2. Untuk mengetahui bentuk dan pola pemikiran dan kemajuan Islam di Rusia.
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan
normative sosiologis historis. Sumber data yang digunakan terdiri dari sumber
data skunder dan sumber data tersier.
BAB II
ISI
A. Kajian
tentang Rusia
Sejarah Rusia disepakati para ahli
telah diawali dengan perpindahan bangsa-bangsa Skandinavia yang dikenal
sebagai bangsa Varangin (Frank) yang
dipimpin oleh tokoh semilegendaris Pangeran Ryurik yang menyebrangi laut Baltik
serta pada tahun 862 M memasuki kota Novogord dan memerintah di sana
berdasarkan permintaan pangeran Kiy. Pada tahun 882 M menguasai Kiev, kota
Slavia yang berkembang menjadi pusat perdagangan antara Skandinavia dan Konstatinopel.[6]
Rusia kuno di sebut Rus-Kiev karena
pusat pemerintahan saat itu berada di kota Kiev (Ukraina sekarang). Sejarawan bernama
Nestor memperkirakan daerah tersebut telah lama ditempati orang-orang Slavia
bahkan sejak millennium pertama.[7]
Berdasarkan buku yang di tulis oleh
Dieter Heinzig, Secara geografis tiga-perempat wilaya Rusia ada di Asia,
sehingga ada pendapat bahwa kebijakan Moskow atas Asia identik dengan kebijakan
domestic (dalam negerinya). Dalam pendekatan sejarah dan budaya, istilah Asia
menjadi kabur karena pada kenyataannya tradisi Rusia berakar pada tradisi
Eropa. Diawali dari kristiani abad ke-10, dilanjutkan dengan peperangan Melawan
Proturki, Yahudi, dan Muslim. Bagi bangsa Rusia tentu saja sejarah hidup yang
tidak bisa mereka lupakan adalah pertarungan terpenting dan paling traumatis
sampai sekaranga adalah penaklukan Rusia oleh Mongol pada pertengahan abad
ke-13.[8]
Atau pada masa sekarang, kita bisa
menyebut Rusia sebeanarnya Imprialis. Namun demikian meskipun Rusia sebenarnya
imprialis, Rusia mampu menghindari tuduhan sebagai kolonialis dan bahkan sering
diklasifikasin sebagai non-kolonialis, karena 1) terjadinya pengintegrasian
wilayah jajahan dilakukan melalui ikatan ekonomi yang erat dengan negara induk;
2) kolonialisme Rusia telah menyimpang dari pola kolonialisme klasik yang
umumnya bersifat maritime, sedangkan yang dilakukan Rusia bersifat continental.[9]
Kita ingat bahwa sebelum terjadi
revolusi tahun 1917, Rusia merupakan sebuah negara yang dikendalikan oleh
Monarkhi Otokratis, yang tugasnya berpusat pada pemeliharaan tatanan dalam
negeri dan penindakan musuh dari luar. Rezim ini sepenuhnya berdasarkan pada
negara kekaisaran (imperial state) yang memiliki hirearki militer dan
administrasi yang dikoordinasikan secara terpusat di bawah pengawasan monarkhi
yang absolute. [10]
Pada abad ke-20 (1940-an) Rusia (Uni
Soviet) memperluas jajahannya di Baltik, Finlandia, Jerman, Polandia,
Cekoslovakia, Rumania, Mongolia, dan Jepang (kepulauan Kurile, Habomai, dan
Shikotan). Kemenangan kaum Bolshevik pada revolusi 7 november 1917 tidak
mengubah kebijakan Rusia atas Asia, meskipun salah satu asas politik luar
negeri Bolsevhik adalah melawan imprialisme dan kolonialisme.[11]
Kegagalan peradaban Rusia pada dunia
Islam terjadi saat Rusia menginvasi Afganistan hal ini juga menjadi salah satu
alasan mengapa ketika itu Rusia yang bernama Uni Soviet gagal berantakan secara ideology. [12]
B. Sejarah
Masuknya Islam di Rusia
Islam masuk ke Rusia dibawa para pedagang Muslim Arab dari wilayah
Kaukasus dan tiba di Moskow dari utara bukan dari selatan seperti yang diduga
beberapa sejarawan, mereka berpendapat bahwa Islam datang ke Moskow dari
selatan, sebagai jalan paling mudah untuk gerakan kafilah pedagang. Sebab,
suku-suku Cossack Rusia yang terlatih untuk berperang, telah berdiri menentang
penyebaran dakwah Islam dan pengaruh Islam yang merayap menuju jantung Rusia.
Hal itu kemudian memaksa para pedagang Muslim dan para da’i untuk
melintasi stepa Asia Tengah menuju Siberia, dengan bantuan kaum Tatar yang
telah masuk Islam dan mendapat petunjuk kepada agama yang haq sejak abad
kesembilan Masehi di Kerajaan mereka, Kerajaan Volga Bulgaria Timur, yang
sekarang menjadi tanah air mereka.
Daerah ini sebagian besar telah
memeluk Islam pada abad kesepuluh, dan pada abad 11 dan 12, Islam menyebar di
wilayah Ural, yang sekarang bernama Republik Bashkiria (Bashkortostan). Berkat
para pedagang Muslim dari Arab, Iran dan Turki Islam kemudian menyebar ke berbagai
bagian lain wilayah Rusia. Kaum Muslim saat ini, telah menjadi kekuatan baru di
sekitar Rusia, dari Siberia di sebelah utara dan timur laut ke arah selatan.
Islam tiba di Moskow sekitar tahun 1200 Masehi, ketika itu, ibukota
kerajaan Muslim ada di kota Kazan. Saat itu, Moskow membayar pajak kepada
Kazan. Kazan tetap menjadi ibukota kaum muslimin sampai tahun 1552, ketika Tsar
Rusia Ivan The Terrible berhasil menduduki dan menghancurkan Kazan, membakar
masjid, memindahkan qubah-qubah indah ke Kremlin Moskow dan Red Square, yang
masih ada sampai hari ini. Kemudian ia menduduki kota Astrakhan pada tahun
1556, Siberia Barat tahun 1598, dan pada akhir abad keenam belas tiba di
daerah-daerah Muslim di Kabordino dan Chechnya.
Sejak saat itu, Rusia memulai peperangan mereka melawan kaum muslimin,
mereka melarang kaum muslimin melakukan praktek keagamaan dan memaksa mereka
untuk mengikuti kebiasaan dan tradisi Rusia. Semua itu dilakukan dalam rangka
me-rusia-kan kaum muslimin, jika tidak dikatakan: mengkristenkan mereka. Mereka
memperlakukan kaum muslimin dengan kejam, menimpakan berbagai siksaan, merampas
kekayaan mereka dan memperkenalkan undang-undang hukuman untuk memaksa penduduk
setempat agar menolak agama Islam. Akan tetapi, mereka tidak berhasil dalam proyek
ini.
C. Kerajaan
Islam di Rusia
Dalam catatan sejarah terdapat beberapa
kerajaan Islam yang pernah jaya di Rusia, beberapa kerajaan Islam itu antara
lain bisa disebutkan sebagai berikut;
1. Kerajaan Bulghar
Kerajaan ini terletak diantara sungai Volga dan sungai
Kama, dengan ibukota pemerintah di Kota Bilar. Istana kerajaan di bangun dengan
menggunakan batu dari kali dan bata. Produk utama pertanian mereka adalah
gandum, di samping itu binatang ternak peliharaan.
Menurut M. Ali Kettani, kedekatan hubungan
anatara kerajaan Bulghar dan kekhafilan Abbasiah terjadi dalam kaitan yang
lebih mendalam ketika penguasa kerajaan Bulghar yaitu Yiltuwar Almush memeluk
Islam di tangan soerang delegasi kekhalifahan Abbasiah yang dikirrim khalifah
al Muqtadir Billah bernama ibnu Fadlan.[13]
Bedasarkan aliansi politik antara kerajaaan
Bulghar dengan kekhalifahan Abbasiah inilah, julukan yang diberikan kepada
Yiltwar Almush diubah menjadi Amir Ja’far ibn Abd Allah.[14]
2. Kerajaan Golden Horde yang di pimpin oleh
Sultan Uzbek
Kerajaan ini berada di kota Al-Sara (atau
sarai) yang berada di tepi sungai Volga. Ketinggian peradaban yang dicapai oleh
komunitas muslim di sana jauh meninggalkan kerajaan Rusia saat itu yang
beribukota di Moskow. Ibnu Batutah menilai bahwa pada saat yang sama bangsa
Rusia masih sangat lemah dan primitive.[15]
Ia menggambarkannya orang-orang Rusia berambut pirang, bermata biru, berwajah
jelek, dan berlaku sangat curang.[16]
3. Kerjaan Khazan
Kerajaan Kazan muncul di pusat reruntuhan
kerjaan Golden Horde, di lembah yang menandai pertemuan sungau Volga dan Kama.
Dengan mengambil lokasi di bekas pusat kekuasaan Golden Horde, kazan mewarisi
letas strategis yang sejak dulu dimiliki, bahkan sejak masa kerajaan Bulghar.[17]
Kesultanan kecil ini muncul mengalami
kemajuan yang cukup pesat di tangan kekuasaan Ulu Muhammad, salah seorang putra
Jalaluddin dan cucu Toktamysh. Ulu Muhammad memerintah Kazan antara 1437 dan
1445 M.[18]
Kemajuan yang dicapai pada waktu itu
diantaranya adalah kenyataan bahwa para perajin logam di Kazan merupakan
orang-orang yang paling awal melakukan aktivitas peleburan besi. Ini sudah lama
dilakukan oleh mereka sebelum aktivitas yang sama dilakukan oleh para perajin
besi di Inggris.[19]
Bukti lain yang menandai pesatnya kemajuan
yang dicapai kerajaan ini adalah bahwa setiap tahunnya terselenggara sebuah
pameran dagang internasional yang menarik ribuan pedagang asal Rusia dan
negeri-negeri jauh lainnya. Akan tetapi
aneksasi kesultanan Kazan pada 1552 M oleh Tsar Ivan IV dengan julukan Ivan the
Terrible, memutus kemakmuran ekonomi kesultanan ini.[20]
D. Relasi Islam
dan Rusia
Boleh dikatakan, dalam abad XX dan XXI
Islam di Rusia berkembang sangat pesat.
Bahkan di perkirakan akan menjadi agama mayoritas pada tahun 2050 M nanti. Bila
kita melihat catatan sejarah, maka tentu kita akan menemukan sejarah relasi
yang berbeda daripada apa yang kita tahu saat ini.
Dalam buku yang di tulis oleh Rorlich,
dicatat pernyataan Tsar Ivan IV mengatakan “biarkan kaum kafir menerima
Tuhan yang sesungguhnya, menjadi bagian baru dari penduduk Rusia, dan ajak
mereka untuk bersama-sama kita memuji the hoy trinity dari abad ke abad”.[21]
Dari pernyataan ini dapat diambil
satu praduga, bahwa Islam di mata tsar Ivan IV adalah agama yang harus
dihilangkan dari penduduk jajahan mereka, dan diganti dengan agama Kristen.
Penelitian yang dilakukan M Anwar
Syarifuddin menunjukkan upaya rusifikasi[22]
yang dilakukan oleh Rusia (Moscow) ada dua pendekatan;[23]
1. Pendekatan secara halus
Pendekatan yang dilakukan secara halus,
ternyata tak mampu membuat sebagian besar penduduk Tatar pindah agama ke dalam
agama yang dianut oleh kalangan Rusia yaitu Kristen ortodoks. Karena tidak
berhasil secara halus, maka dilakukanlah upaya dengan pemaksaan.
2. Pendekatan dengan pemaksaan
Setelah dilakukan uapaya dengan pemaksaan,
ternyata juga tidak membuat senang kelompok masyarakat Tatar. Hal senada juga
dialami oleh kelompok masyarakat lain yang merupakan pendatang. Dan akibat
ketidak senangan ini penduduk Tatar melakukan pemberontakan pada tahun 1556
Oleh sebab mereka tidak mau di kristenkan,
maka mereka dilarang tinggal di kota Kazan, dan merekapun membentuk kawasan
pemukiman yang bernama Tatar Lama.[24]
Politik anti Islam yang diterapkan oleh
pemegang kuasa Rusia kala itu, juga dilanjutkan oleh generasi penerus mereka.
Politik anti Islam ini dalam catatan Rorlich telah dimulai sejak aneksasi Rusia
sejak di lembah sungai Volga, kemudian dilanjutkan oleh Peter Agung, Ratu Anna
Ivanova dan Elisabet Petrovna.[25]
Dinamika kebijakan berbeda terhadap Islam
terjadi pada abad ke IXX ketika ratu Catheterine II berkuasa. Catherine II
menetapkanperaturan tentang jaminan kebebesan beragama dan menjalankan ibadah, meskipun hal ini
bukan mencerminkan simpatinya pada Islam. Ia juga mendukung terbentuknya Dewan
Spritual Muslim, menggaji para Mullah, dan memberi dana bagi pembangunan
masjid.[26]
Tentu saja ada misi lain dan pandangan
politik yang berbeda dari Catherine II terhadap Islam. Misi yang masih sama
dengan para pendahulunya yaitu memperluas jangkauan teritorial Rusia dan
melakukan kristenisasi. Sebagaimana yang di tulis oleh Fisher “dengan terciptanya
komunitas muslim yang terpusaskan dan antusias di Rusia, Chaterine II percaya
jika hal tersebut pada saatnya berguna bagi tercapainya target anaksasi
imperial yang lebih luas ke Asia Tengah”.[27]
E. Pemikiran
Islam di Rusia
Kelompok minoritas Muslim di Rusia
merupakan asimiliasi komunitas Muslim Tatar. Kelompok ini dulu menolak untuk
mengikuti agama induk Rusia yaitu
Kristen Ortodoks. Masuknya bahasa
Rusia dalam kurikulum pendidikan Islam di Kazan menjadi pintu awal bagi
tersadarkannya kangalan pembaharu akan penting ilmu pengetahuan di luar
pengetahuan agama.
Akibatnya penalaahan kritis secara berekelanjutan terhadap nilai-nilai
tradisional dalam agama menjadi
konseukensi yang didapat. Dimana dalam pandangan Rorlich hal ini
berakibat pada mulai terbentuknya karakter sekuler masyarakat Tatar.[28]
Secara umum ada beberapa nama yang menjadi
eksponen pembaharu pemikiran Islam di Rusia. Dari sisi cultural dan juga
pendidikan terhitung sejak tahun 1726 M hingga 1936 M. Tiga nama yang bisa
disebutkan adalah Abu Nasr al Kursavi (1726-1936), Syihabedin Merjani
(1818-1889), dan Rizaeddin Fahreddin (1858-1936).[29]
Disamping mereka juga ada dua nama lain, yaitu Musa Jarullah Bigi (1870-1949)
dan Ismail Bek Gaprinski (1851-1914).[30]
Lebih dalam kita coba membahas tokoh-tokoh
pemikiran di atas. Sebab bagaimanapun
juga, ketika kita berbicara tentang pemikiran dan peradaban Islam di Rusia,
maka tokoh-tokoh ini mesti dibedah secara lebih dalam tapi simple
(sederhana).
1. Abu Nasr al-Kursavi (1726-1813)
Kursavi adalah seorang Muffasir Al-Qur’an
yang cukup serius. Pesan Kursavi pada
intinya adalah memperkuat makna Islam
sebagai agama sekaligus menjadi way of life. Kursavi menggagas pembaharuan seupaya setiap
serajana memiliki hak untuk menghadrkan penafsirannya sendiri terhadao
Al-Qur’an dan Hadist. Dalam upaya menemukan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan tertentu. Atas dasar ini ia menolak sikap taklid.[31]
Emir Haidar dari Bukhara menolak keras gagasan Kursavi tersebut.
2. Syihabeddin Merjani (1818-1889)
Merupakan penerus gagasan Kursavi, ia
meneliti ide-ide Kursavi dan menuliskannya dalam sebuah buku. Ia menganjurkan
agar madrasah membersihkan diri daiu karya-karya filsafat Skolastik yang
konservatif. Menganjurkan agar sejarah Islam diajarkan di semua madrasah,
sebab menurut beliau pentingnya agama dan sains menemukan jalannya dengan belajar sains Rusia[32]
3. Rizaedidin Fahreddin (1858-1936)
Ia merupakan murid Merjani yang paling
dikenal. Selain Merjani pemikiran Fahruddin juga di pengaruhi oleh koran (media
cetak) Teruman yang diterbitkan intlektual Pan Turkis di semenanjung Krimea,
yaitu Ismail Gaprinski. Dan dipengaruhi pemikiran Jamaludin Al-Afghani yang kala
itu bertemu Fahreddin di st. Pesterburg, Rusia. Ia menulis banyak karya
terutama tentang teologi Islam.
Ia menekankan pentingnya sains, bahasa
Rusia dan sekolah. Menurutnya antara agama dan sains harus serasi, karena
itulah pemikirannya sangat rasional. Dalam pandangannya yang dapat diterima
adalah hal-hal yang secara saintifik dan etis secara moral.[33]
4. Musa Jarullah Bigi (1870-1949)
Musa Jarullah Bigi adalah kawan dari
Fahreddin sekaligus murid Merjani.
Mereka membawa nuansa baru dalam perkembangan pemikiran keagaam di komunitas
Volga Tatar. Dan berkat peran para pemikir pembaharu inilah, muslim Rusia melahirkan
gerakan Jadidisme yang secara aktif berperan dalam politik.[34]
5. Ismail Bek Gaprisnki (1851-1914)
Jadidisme adalah gagasan reformatif Ismail
Bek Gaprisnki. Profesinya sebagai editor koran bernama Terjuan. Selain
pemikirannya di pengaruhi oleh muslim Rusia, ia juga terpengaruh pemikir muslim
dari kawasan Asia Tengah.
Karena dasar penelaahan pemikiran agama,
dan melalui perakarsa reformasi dalam dunia pendidikan, Jadidisme menjelma
menjadi gerakan politik. “The Moslem
Of Russia” merupakan salah satu judul tulisannya. Ia berpendapat bahwa Muslim Rusia yang
tergabung dalam teritori Rusia memiliki dampak kebaikan bagi Islam.
Kontribusi paling utama gerakan Jadidisme
adalah penyusunan metode baru pengajaran (usul jaded). Tahun 1884 M, ia
mendirikan maktab pertama yang menerapkan metode baru pengajaran in.
Gagasannya tentang pentingnya penguasaan bahaan Rusia bagi kaum muslim dan
bahasa-bahasa lain mendapatkan pertentangan dari ulama konservatif. Untuk selanjutnya gerakan ini menjadi
inspirasi bagi gerakan-gerakan politik kaum muslim lain pada tahun-tahun
setelahnya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Rusia hingga kini dalam catatan kita tetap masih
misteri. Ia seolah terisolasi sendiri baik dari Eropa maupun dari dunia Islam.
Kajian lebih dalam menunjukkan kemungkinan Rusia akan memiliki masyoritas
penduduk beragama Islam pada tahun 2050-an.
Catatan sejarah menunjukkan kepada kita bahwa, telah
terdapat bangunan peradaban kesultanan atau kerajaan Islam di wilaayah Volga yang
kini masuk di wilayah Rusia. Dan para pemikir-pemikir Islam yang ada di Rusia
secara tidak langsung juga merupakan pribumi Rusia, walaupun awalnya merupakan
bentuk asimiliasi penduduk. Berebeda dengan para pemikir Islam di Eropa (Barat)
mereka adalah pendatang yang masyoritas berasal dari negeri imigran Timur
Tengah.
Salah satu bentuk pemikiran Islam di Rusia adalah
adanya gagasan yang di dengungkan oleh kelompok Jadidis (pembaharu) seperti
Ismail Bek Gaprinski, Rizaeddin Fahreddin, Musa Jarullah Bigi yang menggagas
univikasi Islam dan Rusia, dan dorongan kepada kaum Muslim menggabungkan sains
dan ilmu agama, penguasaan terhadap bahasa Rusia, Inggris, dan Arab sebagai
bahasa agama.
B. Saran
Mengingat terbatasnya ruang literasi
tentang kajian Islam Rusia. Maka penelitian lebih lanjut mengenai pemikiran dan
peradan Islam di Rusia perlu menjadi satu konsentrasi khusus. Sebab dalam
prediksi masa depan, bisa jadi Rusia akan menjadi salah negara dengan mayoritas
penduduk Islam terbesar.
DAFTAR PUSTAKA
Alan W. Fisher, “ Englightened Deopitsm and Islam
under Catherine II, dalam Slavic Review, vol. XXVII”.1968,
Azade-Ayse Rorlich, The Volga Tatars, A
Profile in National Resilience, Stanford, California; Hoover Istitution
Press, 1986
Dieter Heinzig, Rusia dan Uni Soviet di
Asia, dalam analisa (Jakarta; CSIS 1983)
Edward W.Said, Orientalisem, terj. Asep Hikmat
( Bandung: Pustaka, 2011)
Indriyanto, Makalah pada seminar internasional
hubungan Rusia Indonesia dalam Kajian sejarah, Semarang Universitas Diponegoro,
16 November 2000
M. Ali Kettani, Muslim Minoritas In The World
Today; ( London; Mansel, 1986)
M. Anwar Syarifuddin, Hegemoni Budaya dan Dinamika
Dakwah di Rusia, Jurnal Ilmu Dakwa Vol.6 No 2, Edisi Juli Desember 2012,
N.M. Karamzin., Istoriya Gosudarastva
Rossiiskogo (Serjarah Pemerintahan Rusia), Buku I, Rostov-on Don; 1994.
Theda Skocpol, Negara dan Revolusi Sosial Suatu
Analisis Komparatif tentang Prancis, Rusia, dan CIna. Jakarta; Erlangga,
1991.
Wan Jamaluddin Z, Arabistika : Jendela Kecil Kajian
Islam di Rusia (Menelisisk sejarah Awal Pertumbuhan Kajian Islam di Rusia Abad
IX-XVIII M), Jurnal Analisis, Volume XI, Nomor 2, Desember 2011
[2]Wan Jamaluddin Z, Arabistika : Jendela Kecil Kajian Islam di Rusia
(Menelisisk sejarah Awal Pertumbuhan Kajian Islam di Rusia Abad IX-XVIII M), Jurnal
Analisis, Volume XI, Nomor 2, Desember 2011, hlm, 360
[5]M. Anwar Syarifuddin, Hegemoni Budaya dan Dinamika Dakwah di Rusia, Jurnal
Ilmu Dakwa Vol.6 No 2, Edisi Juli Desember 2012,hlm 268
[7] Kajian lebih mendalam mengenai sejarah Rusia bisa kita temukan dalam
bukunya N.M. Karamzin., Istoriya Gosudarastva Rossiiskogo (Serjarah Pemerintahan
Rusia), Buku I, Rostov-on Don; 1994., hlm., 60
[10] Theda Skocpol, Negara dan Revolusi Sosial Suatu Analisis Komparatif
tentang Prancis, Rusia, dan CIna. Jakarta; Erlangga, 1991., hlm., 51
[11] Indriyanto, Makalah pada seminar internasional hubungan Rusia Indonesia
dalam Kajian sejarah, Semarang Universitas Diponegoro, 16 November 2000, hlm.,2
[21] Azade-Ayse Rorlich, The Volga Tatars, A Profile in National
Resilience, Stanford, California; Hoover Istitution Press, 1986, Hlm, 38
[22] Rusifikasi merupakan upaya untuk untuk menggalakkan erpindahan agama ke
Kristen Ortodoks sebagai langkah awal dalam mencapai asimilasi kultural dalam
bidang-bidang lain, seperti hukum, pedidikan, dan kebijakan ekonomi
[23] Lebih lanjut lihat M. Anwar Syarifuddin, Hegemoni
Budaya dan Dinamika Dakwah di Rusia, Jurnal Ilmu Dakwa Vol.6 No 2, Edisi
Juli Desember 2012, Hlm 273-274
[24] Azade-Ayse Rorlich, The Volga Tatars, A Profile in National
Resilience, Stanford, California; Hoover Istitution Press, 1986, Hlm.39
[26] M. Anwar Syarifuddin, Hegemoni Budaya dan Dinamika Dakwah di Rusia, Jurnal
Ilmu Dakwa Vol.6 No 2, Edisi Juli Desember 2012, Hlm.275-276
[27] Alan W. Fisher, “ Englightened Deopitsm and Islam under Catherine
II, dalam Slavic Review, vol. XXVII”.1968, hlm 548
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih