Merajut Keberagaman di Kampus UII


UII (16/12/2017)
Sempat befikir untuk tidak ikut, akhirnya saya berangkat juga dari Purworejo menuju kampus. Butuh waktu sekitar dua jam untuk sampai di kampus. Dan Alhamdulillah sampai juga, setelah parkir motor di halaman kampus, saya langsung naik ke ruang seminar nasional lantai dua, kampus FIAI UII.

Ternyata sudah banyak peserta yang hadir, saya mungkin peserta kesekian yang datang. Jadwal acara di mulai jam 8 pagi, Tapi saya baru sampai kampus jam setengah 10. Walaupun begitu, setelah masuk ke ruangan seminar, masih ada kursi yang tersedia.

Saya duduk di bangku kedua dari yang paling belekang. Saya melihat Prof. Jawahir masih menyampaikan materi, saya langsung nyalakan mode rekaman di HP untuk merekam pembicaraan beliau. Sebab saya tahu, terlalu beresiko untuk saya catat. Karena dengan mencatat otomatis akan ada banyak kata-kata beliau yang tak mampu saya tangkap dan langsung saya tulis. Oleh karena itu, saya putuskan untuk merekam saja. Nanti biar bisa saya dengar lagi.

Setelah hampir empat puluh menit menyampaikan materi, giliran Prof, Yudian Wahyudi yang menyampaikan materi. Materi yang disampaikan difokuskan seputar Khilafah, dengan study kasus terkait pembubaran HTI di Indonesia. Menurut beliau, HTI telah salah menafsirkan kata khilafah, sebab di dalam Al-Qur'an sendiri tidak ada kata khilafah, apalagi sistem kekhilfahan. Al-Qur'an tidak pernah membicarakan tentang sistem khilafahan, Dalam pandangan beliau, Kekhilafahan bukanlah sesuatu yang wajib bagi NKRI sebab NKRI sudah memiliki Pancasila sebagai suatu sistem norma dan norma dasar bagi semua. 

Menurut beliau, sifat Pancasila itu sendiri ada dua yaitu sebagai norma yang Religius juga sekaligus Sekularis. Walaupun demikian, bagi Indonesia yang paling tepat adalah mengaplikasikan Pancasila. Beliau sangat sepakat dengan pembubaran HTI, sebab HTI mengancam eksistensi NKRI sebagai rumah bagi keberagaman penduduknya.

Setelah hampir dua jam persentasi dalam seminar, kedua pemateri pun menutup dengan kesimpulan, bahwa Relasi anatara agama dan demokrasi di Indonesia memiliki keterkaitan satusamalain yang tidak bisa untuk dipungkiri perannya.  

Sembari menunggu seminar sesi kedua, saya coba melihat sekeliling saya, siapa tahu dari teman-teman kelas ada yang hadir. Dan betul saja, sudah ada Solihin, Mustafid, dan mas Arifin. Masya Allah semangat teman-teman kampus saya untuk mencari ilmu sungguh luar biasa. 

Lanjut ke seson dua, seminar dengan tema yang sama. Sudah ada Dr.Yusdani dari UII dan Dr. Fredrik Y.Doeka dari NTT yang akan jadi pemateri. Masing-masing menyampaikan materi dengan multikulturalisme dalam Islam dan Multikuluturalisme dalam Kristen. Inti dari materi yang disampaikan oleh mereka berdua adalah bahwa bangunan kebereagaman Indonesia dari berbagai agama, sebagai sebuah konsensus yang  telah sama-sama disepakati dalam konsep negara Pancasila.

Dan kita perlu merajut keberagaman, agar NKRI tetap terjaga. Tidak perlu memperuncing perbedaan diantara kita, yang perlu kita rajut adalah semangat kebersamaan, dan semangat membangun Indonesia yang ragam dan multi etnis. Masing-masing agama telah memiliki peran yang baik dalam membangun agama dan negara di Indonesia. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

TEORI IJTIHAD IMAM SYAFI’I

Jalan Kerja