ARKHA VISION 2028


Barangkali memang jalan hidup saya harus seperti ini, berjauhan dari keluarga, terpisah ruang dan waktu, dengan ibu, adik, ayah, dan
kakak, serta semua kerabat yang lain. bahkan sejak kecil saya sudah tidak satu rumah dengan ayah. Ada hikmah tersendiri tentu yang dapat saya petik. Mungkin saja kalau ayah dan ibu saya tidak bercerai saya akan menjadi seorang pedagang saat ini, dan atau menjadi TKI. Padahal keluarga saya bukanlah keluarga yang "kekurangan" secara materi, karena almarhum kakek saya  merupakan orang terpandang juga terkaya waktu itu. Sempat juga sampai memiliki dua buah mobil, sebagai ukuran kekayaan yang terus bertambah, bisnisnya beliau meraja lela.

Tapi disini saya tidak ingin berbicara tentang almarhum kakek saya, juga almarhumah nenek saya yang tidak pernah saya lihat seja kecil, bahkan ibu saya sendiri tidak pernah melihat rupanya. sebab waktu ibu saya kecil, nenek saya sudah meninggal. Jadi otomatis kakek pun menikah lagi dan dikarunia 4 orang anak, Tiga perempuan satu laki-laki. sementara ibu saya serasa hidup seorang diri, ia harus bekerja saorang diri untuk dapat pergi sekolah,  pada satu hari  terpaksa haru bekerja siang dan malam hanya untuk bersekolah, karena memang almarhum kakek saya tidak terlalu mendukung apa yang menjadi keinginan ibu saya.

Mungkin itu sebabnya ibu saya tidak lanjut sekolah sampai jenjang Perguruan Tinggi. Lama tidak bersekolah, akhirnya dalam usia yang masih terbilang muda ibu saya menikah. Pernikahan ini juga tidak terlampau lama, kurang lebih hanya sepuluh tahun, sebelum kemudian wanita lain yang kini jadi ibu tiri saya datang dalam kehidupan kami. Dinamika keluarga yang begitu kompleks sudah saya alami sejak kecil, untuk masuk sekolah ke jenjang SMP saja, hampir-hampir semua biaya dari ibu saya, barulah pada saat SMA bapak saya datang sebagai penerus tanggung jawab ibu, karena segera setelah saya masuk SMA ibu saya juga kembali membiayai adik saya untuk sekolah di jenjang SMP.

Dari itulah, saya kadang bertanya.., apakah nasib yang ibu saya alami sejak kecil akan berubah pada diri saya, dalam arti kesejahteraan yang makin meningkat, kedudukan yang makin baik di masyarakat, juga tentu saja harmonisasi keluarga yang makin indah. Dari itu saya merencanakan agar keluarga masa depan saya lebih baik, tidak bermaksud mengulang sejarah keluarga saya yang begitu kompleks hingga generasi seterusnya, tahapan-tahapan ini coba saya lalui dengan sabar, semua demi masa depan yang lebih hebat. Walaupun saya masih bertanya-tanya kemana arah selanjutnya hidup saya setelah ini.

Sesudah merampungkan study S2 di UII tentu saya ingin bergegas mencari beasiswa S3, tapi persyaratan untuk S3 minimal dengan nilai bahasa inggris yang lebih bagus. Tujuannya tidak tanggung-tanggung, yaitu Harvard University Amerika Serikat. Satu target yang terlihat sangat ambisisius. pertengah 2016 lalu saya menulis alasan dibalik keinginan untuk melanjutkan study ke Harvard Law School, bukan semata-mata karena alasan pribadi, namun tentu saja untuk menyambung tali peradaban menuntut ilmu dan membangun Izzah Islam yang lebih baik.

Bagi saya, tidak ada yang tidak mungkin, selama kita masih berfikir mungkin, yakin, dan percaya serta berdoa kepada Allah swt. Sebab Allah swt maha tahu yang terbaik bagi hambaNya. Karena memang pada dasarnya kita lemah, maka kita berusaha untuk kuat, juga karena kita tertindas maka kita berusaha untuk bangkit, lebih dari itu yang kita usahakan adalah menjadi hambaNya yang selalu berjuang, berdoa, dan mengharap kepadaNya.

Kita ingat firman Allah swt dalam Al-Qur'an "sesungguhNya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beramal sholeh dan nasehat-menasehati dalam kebenaran". Untuk dapat nasehat-menasehati dalam kebenaran kita harus melakukan sesuatu yang Al-Qur'an sebut sebagai "iqro" atau dalam bahasa Indonesia dinamakan dengan "baca". Proses membaca hanya bisa kita lakukan kalau kita menuntut Ilmu dalam era kekeinian identik dengan sekolah. Apalagi di era globalisasi, dan era media yang tanpa batas saat ini. Ter;lebih berkembangnya teknolnologi nano serta  teknologi masa depan yang lebih canggih menuntut kita untuk terus menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam diri kita.

Oleh karena itu, bagi kita umat Islam. Kalau kita mau bangkit.., maka tidak boleh ada diantara satupun umat Islam yang pendidikannya tidak sampai pada jenjang perguruan tinggi. sayangnya ketika menasehati hal seperti ini, saya harus mengakui bahkan adik saya sendiri pendidikannya tidak sampai jenjang perguruan tinggi. Tapi saya berjanji untuk bangsa dan negara ini, serta umat ini. Kelak saya akan memiliki program pendidikan dengan nama wajib pendidikan S2 bagi seluruh Rakyat Indonesia. sebab Finlandia saja sekarang pendidikannya sudah wajib pendidikan tinggi. Sebenarnya sangat mudah untuk memajukan pendidikan di Indonesia, bahkan dengan pendidikan yang terjangkau bagi semua, tentu saja akan memajukan bangsa Indonesia sendiri.

Sebagai contoh misalnya, ketika saya berusaha untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya jujur saja secara tidak langsung perekonomian keluarga saya pelan-pelan mulai terangkat. Tentu hal ini juga perlu kita lihat pada sisi yang berbeda, sebab ada juga sebagian diantara lulusan perguran tinggi yang pekerjaannya tidak sesuai dengan tingkat pendidikannya.Pada sisi yang demikian, tentu bukan sistem pendidikan atau lembaga pendidikan yang bermasalah, tapi kesiapan mental dari lulusan perguruan tinggi untuk bekerja, itulah yang akan menentukan berhasil dan tidaknya seorang yang pendidannya sudah tinggi. bagi kita semua yang terpenting adalah bagaimana kita mampu untuk mengembangkan pendidikan, kreatifitas diri, dan kemampuan bersaing untuk bangsa dan negara.

Dari itu semua, sesungguhnya saya sendiri juga telah memiliki kesadaran yang bersifat lebih kosmos, dengan kesadaran universal. Artinya ada perubahan paradigma pada diri saya, selain untuk memajukan diri saya sebagai individu, keluarga sebagai komunitas terbatas, juga yang paling penting adalah merubah masyarakat, agama, juga bangsa dan negara ini. Bahkan sejujuranya saya memiliki Visi 2028, dalam arti sepuluh tahun dari sekarang kontibusi kehidupan saya sudah ada ditataran global alias Rahmatan Lil Alamin. Denagan begitu saya  berusaha mewujudkan vis agama ini sebagai visi rahmatan lil alamain, kedalam kehidupan masa depan saya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia