Penjual Rumah


 

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya dalam masa usia yang menjelang dewasa dulu saya akan menjadi seorang penjual rumah. Setelah menempuh pendidikan S2 tentu saya berharap bisa jadi dosen dan menikmati karir sebagai pendidik.

Namun begitulah jalan hidup. Kita tidak akan pernah tau akan jadi apa kita di masa depan, pun juga ketika dulu saya menempuh pendidikan S1 dan S2, pikiran sederhana saya tentu saja tertuju pada keinginan keinginan yang sama dengan mayoritas teman teman yang menempih pendidikan S2.

Saya pikir bukan hanya saya sendiri yang memili profesi tidak sama dengan ilmu yang saya raih selama bangku kuliah. Banyak orang akan mengira atau memiliki pandangan bahwa tidak perlu pendidikan tinggi untuk jadi penjual rumah 'sales marketing'. Saya juga sepakat akan hal ini. Tapi memang tidak ada salahnya juga jika penjual rumah seorang yang S2. Apakah itu layak atau tidak, tentu saja saya tidak ingin terjebak pada persepsi kebanyakan orang.

Apa yang saya ungkapkan saat ini adalah realitas kebanyakan anak anak Indonesia yang tidak memiliki kejelasan dengan pekerjaannya setelah menempuh pendidikan. Karena situasi dunia kerja bukan lagi menuntut kita lulusan apa, tapi kita bisa apa. 

Lakukanlah pekerjaan itu dengan sepenuh hati, tidak perlu berkecil hati dengan apa yang kini kita dapatkan. Jika kita selalu memiliki rasa syukur maka ketenangan akan datang. Dan keyakinan untuk menjadi apa yang kita impikan tentu akan kita dapatkan suatu saat nanti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia