Bakat Menghafal Ericha
Langit di ufuk barat perlahan tapi masti mulai
menunjukkan rona kemerah-merahan ditinggalkan terangnya mentari. Pohon-pohon
hijau di kiri kanan lereng bukit yang menghimpit kampung ini juga telah berubah
warna menjadi gelap kecoklatan. Cahaya-cahaya kecil dari lampu-lampu rumah
warga yang berada saling terpisah di lereng-lereng bukit sudah mulai muncul.
Terdengar suara langkah kaki anak-anak santri TPA di musholla Miftahul Huda baru saja
datang.
Waktu
kini menunjukkan pukul 17.30 wib pertanda bahwa kegiatan belajar mengaji di
musholla akan segera di mulai. Disini waktu magrib sekitar pukul 17.45 WIB.
para santri sudah siap mengaji. Mengaji disini berarti belajar membaca
Al-Qur’an dengan Iqro, belajar fiqih, belajar tajwid, dan belajar menjadi anak
sholeh. Kegiatan mengaji dilakukan setelah selesai sholat magrib berjamaah.
Namanya Ericha Kresniawati, salah satu
santri disini. Usianya baru 13 tahun.
Hari ini ia datang lebih awal. Tak seperti biasanya, semangat mengajinya kini
mulai tumbuh kembali. Setelah beberapa pekan tidak ikut mengaji. Terauma karena
bencana longsor di kampung ini beberapa bulan lalu masih menghantui dirinya. Tak gampang memang menghilangkan terauma
bencana longsor dalam ingatannya. Tersebab bencana itulah kemudian ia menjadi beberapa
kali merasa takut datang mengaji setiap maghrib.
Ericha adalah anak dari pasangan pak Sutikno
dan bu Yuni. Sejak kecil ia telah tinggal bersama eangnya. Ibu bapaknya sudah
lama berpisah. Kondisi inilah yang membuatnya terpaksa tinggal bersama eangnya.
Kini ia tercatat sebagai pelajar kelas 1 SMP, di SMP Muhamaddiyah Purworejo.
Setelah pulang sekolah, seperti biasa
iya membantu eangnya di rumah. Mencuci piring, memasak, berkebun, dan
lain-lain. Sore hari iya sudah siap-siap pergi mengaji. Iya terbiasa naik turun
bukit menuju musholla Miftahul Hudaa dukuh Rukem untuk mengaji. Jarak Muhoslla
dari rumahnya sekitar lima ratus meter. Setiap hari iya menembus jalan-jalan
menurun dan licin. Senter menjadi senjatanya menembus kegelapan malam ketika
iya pulang mengaji.
Dengan hati yang senang dan ikhlas, selalu iya
tancapkan niat untuk menjadi anak yang solehah dan pintar membaca Al-Qur’an. “Bacaan
Al-Qur’annya sangat bagus”, begitulah kata-kata yang terucap dari sang guru
ngaji, pak Sudiyo. Selama ini, anak-anak dukuh Rukem belajar mengaji bersama
pak Sudiyo di musholla Miftaahul Huda. Bagi pak Sudiyo, Ericha merupakan anak
yang spesial dan unik. Sebab, seringkali Ericha datang mengaji walaupun sedang hujan.
Ericha memang selalu datang mengaji ke
muhsolla, semangatnya itulah yang membuat Ericha menjadi special di hati sang
guru ngaji. Selain itu Erciha termasuk anak yang pandai membaca Al-Qur’an
dengan faseh. Kini..., sedikit demi sedikit ia mulai menghafal Al-Qur’an.
Setelah khatam membaca Al-Qur’an beberapa bulan lalu, program mengaji yang
sedang dijalaninya adalah menghafal. Hafalannya sudah sampai surat At-Takatsur.
Semangatnya menghafal Al-Qur’an, menjadi
pelita dalam hatinya. Surat At-Takatsur
bebrapa mala mini akrab dalam ingatannya.
Beberapa ayat memang belum bisa dihafalkan dengan tepat. Tapi iya begitu
sabar dalam menghafalkannya.
Program menghafal memang secara umum
baru saja mulai dilakukan di sini. Bersama pak Sudiyo, saya merancang program
untuk menghafal bagi para santri. Ini tidak lepas dari program PPPA Daarul
Qur’an yang akan menjadikan kampung ini sebagai Kampung Qur’an, dengan Rumah
Tahfidz di dalamnya.
Latar belakang dijadikannya kampung
Rukem, Sidomulyo, Purworejo sebagai kampung Qur’an, disebabkan bencana tanah
longsor yang menerpa kampung ini pada bulan Ramadhan lalu. Alhamdulillah berkah
dari bencana itu, kemudian menjadikan kampung ini sebagai prioritas program
Kampung Qur’an.
Bersama pak Sudiyo, yang juga menjadi
Kaum ( istilah untuk pemuka agama di kampung ini) saya mendiskusikan beberapa
program terkait dengan kegiatan menghafal bagi para santri. Kini sebagai
pondasi dasar kegiatan Kampung Qur’an dan Rumah Tahfidz disini.
Kegiatan-kegiatan menghafal Al-Qur’an mulai digalakkan untuk para santri.
Seperti yang tengah dilakukan Ericha. Walaupun belum semua santri aktif kembali
mengaji.
Ericha sangat senang menghafal
Al-Qur’an. Selain menghafal iya juga menjadi vokalis tim hadroh TPA Miftaahul Hudaa.
Suara jernihnya menjadi ciri khas tersendiri di bandingkan dengan santri yang
lain. Begitulah iya menyalurkan bakat terpendam dalam dirinya.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih