BIOGRAFI SINGKAT AL-KINDI
Membicarakan
Al-Kindi
Al-Kindi
adalah Filsuf yang pertama kali muncul di islam, usianya berkisar antara tahun
185 H/801 M-260 H/873 M. Dalam buku History of Muslim Philosophy,
Al-Kindi disebut sebagai “ahli filsafat Arab”, ia adalah keturunan bangsawan
Arab dari suku Kindah, suku bangsa yang di masa sebelum Islam bermukim di Arab
selatan. Nama lengkap Al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq ibn Sabbah ibn
Imran ibn Ismail bin Muhammad bin Al-Ash as bin Qasi Al-Kindi. Ayahnya adalah
gubernur Basrah pada masa pemerintahan Khalifah Abbasiyah Al-Hadi dan Harun Ar-Rasyid (170 – 194 H).
Al-Kindi lahir di Kufah. Ia memperoleh pendidikan kecilnya di Basrah, tetapi
tumbuh, dewasa, dan meninggal di Baghdad.
Di kota Baghdad ia terlibat dalam gerakan penerjamahan dan cukup
memiliki harta untuk menggaji banyak orang guna menerjamahkan atau menyalin
naskah-naskah ilmu pengetahuan dan filsafat dalam rangka mengisi dan melengkapi
perpustakaan pribadinya, perpustakaan al-Kindiyyah.
![]() |
ilustrasi |
Ibnu Abi
Usaibi’ah (1269 M) pengarang Tabaqatul Atibba mencatat Al-Kindi sebagai
salah satu dari empat penerjamah mahir pada masa gerakan penerjamahan. Tiga orang
lainnya adalah Hunain bin Ishaq. Tabit bin Qurrah, dan Umar bin Farkhan
at-Tabari. Meskipun sebagian penulis meragukan keikutsertaannya dalam menerjemahkan
buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat. Setidaknya ia ikut memperbaiki
terjemahan Arab dari sejumlah buku. Aktivitasnya lebih banyak tertuju pada
upaya menyimpulkan pandangan-pandangan filsafat yang sulit dipahami dan
kemudian mengarang sendiri. Dengan kata lain, ia turut menyumbangkan
pemikirannya secara efektif dalam memasukkan filsafat ke dalam khazanah
pengetahuan Islam. Bahkan, dalam the legacy of Islam di uraikan tentang
sumbangan Al-Kindi dalam “optika” diterjemahkan ke dalam bahasa
latin dan banyak mempengaruhi Roger Bacon.
Perjalanan
intelektual yang mengantarkan Al-Kindi menjadi ulama besar dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dua kota besar pada saat itu. Yaitu Kufah dan Basrah. Kedua kota
tersebut pada abad ke-2 Hijriah dan ke-3 Hijriah merupakan dua pusat kebudayaan
Islam yang bersaingan. Kufah lebih cenderung
pada studi-studi Aqliyah (rasional) di mana Al-Kindi melewatkan masa kanak-kananknya.
Dia menghapal Al-Qur’an, mempelajari tata bahasa Arab, kesusastraan dan ilmu
hitung, yang kesemuanya itu merupakan kurikulum bagi semua anak Muslim. Ia kemudian
mempelajari fiqh dan disiplin baru yang disebut kalam. Akan tetapi, tampaknya ia
lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan filsafat, terutama setelah ia pindah
ke Baghdad. Pengetahuan lengkap tentang ilmu dan filsafat Yunani bisa diperoleh
dengan menguasai bahasa Yuniani dan Syria sebab banyak karya Yunani diterjemahkan
dengan bahasa tersebut. Al-Kindi mempelajari bahsa Yunani, tetapi ia menguasai
bahasa Syria dalam menerjemahkan beberapa karya klasik. Ia juga memperbaiki
beberapa terjemahan bahasa Arab, seperti terjemahan enneads-nya Plotinus
oleh Al-Himsi, yang sampai kepada orang-orang Arab sebagai salah satu karya
Aristoteles. Al-Qifti sang penulis biografi mengatakan bahwa Al-Kindi menerjamahkan
banyak buku filsafat, menjelaskan hal-hal yang pelik, dan membuat intisari teori-teori
canggih filsafat.
Di Baghdad,
ia bertemu dengan Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim, dan putra Al-Mu’tasim ia diangkat
sebagai guru pribadi Ahmad ibn Al-Mu’tasim. Ibn Nabatah berkata Al-Kindi dan
karya-karyanya telah menghiasi kerajaan Al-Mu’tasim. Ia juga dikenal di masa
pemerintahan Al-Mutawakkil, Ibn Abi Usaibiah menceritakan kemasyhuran Al-Kindi pada masa lalu bahwa, Muhammad dan
Ahmad putra Musa ibn Syakir yang
bersekongkol untuk memushi orang yang maju dalam ilmu pentetahuan, mengutus Sanad
ibn Ali ke Baghdad untuk memisahkan Al-Kindi dari Al-Mutawakkil. Persekongkolan
mereka berhasil sehingga Al-Mutawakkil memerintahkan agar Al Kindi dirangket. Perpustakaannya
disita, pencilkan, dan disegel dengan nama perpustakaan Al Kindi.
Bila menilik pada masa Al-Kindi berinteraksi dengan
pemerintah Al-Mu’tasim tak heran menurut Harun Nasution kalau Al-Kindi manganut
aliran Mu’tazilah yang mengedepankan
rasio dan filsafat dalam pemahaman keislamannya. Di samping itu, zaman Al-Kindi
adalah penerjamahan buku-buku Yunani yang memberikan pengaruh besar terhadap
pola pikir Al-Kindi di mana ia turut aktif dalam kegiatan terjemahan.
Kisah lain
tentang Al-Kindi digambarkan dalam karikatur Al-Jahiz dalam kitab Al-Bukhala. Betapapun,
Al-Kindi hidup mewah di sebuah rumah, yang didalam kebun rumahnya, ia
memelihara banyak binatang langka, ia hidup menjauh dari masyarakat, bahkan
dari tetangga-tetangganya. Sebuah kisah menarik oleh Al-Qifti menempatkan bahwa
Al-Kindi adalah seorang tabib ahli. Ketika anak sang saudagar tiba-tiba lumpuh,
dan tak seorang tabib pun di Baghdad mampu menumbuhkannya, seorang memberi tahu
bahwa ia bertatangga denga filsuf tercemerlang, yang amat pandai mengobati
penyakit seperti itu. Al-Kindi mengobati anak yang sakit lumpuh itu dengan
musik.
Karya-karya
Al-Kindi
Dalam tulisan
Ahmad Hanafi, jumlah karangan Al-Kindi sebenarnya sukar ditemukan karena dua
sebab. Pertama, penulis-penulis bigorafi tidak sepakat penuturannya tentang
jumlah karangannya sebagaimana dijelaksan di atas. Ibn An-Nadim dan Al-Qafthi
menyebut 238 risalah (karangan pendek) dan Shaid Al Andalusi menyebutnya 50
buah, sedangkan sebagian dari karangan terseut telah hilang musnah. Kedua, di
antara karangannya yang sampai pada kita, ada yang memuat karangan-karangan lain.
Isi karangan-karangan
tersebut bermacam-macam, antara lain filsafat, logika, musik, aritmatika, dan
lain-lain. Al-Kindi tidak banyak membicarakan persoalan-persoalan filsafat yang
rumit dan yang telah dibahas sebelumnya, tetapi ia lebih tertarik dengan
definisi-definisi dan penjelasan kata-kata, dan lebih mengutamakan ketelitian
pemakaian kata-kata daripada menyelemi problema filsafat, pada umumnya, karangan-karangan
Al-Kindi berbentuk ringkas dan tidak mendalam.
Karena sebagian
besar karangannya telah hilang, sukar sekali untuk memberikan penilaian yang
tepat terhadap buah pikirannya. Sekalipun demikian, hal ini tidak mengurangi
penghargaan terhadapnya sebagai seorang filsuf
yang pertama-tama memberikan ulasan dan kritiknya terhadap buku-buku
filsafat dari masa-masa sebelumnya. Karangannya yang terkenal ditemukan oleh
seorang ahli ketimuran Jerman, yaitu Hillmuth Ritter, di perpustakaan Aya
Sofia, Istambul terdiri dari 29 risalah. Gambaran karya Al-Kindi menunjukkan
betapa luas pengetahuan Al-Kindi. Beberapa karya ilmiahnya telah diterjemahkan
oleh Geran dari Cremona ke dalam bahasa Latin, dan karya-karya itu sangat mempengaruhi
pemikiran Eropa pada abad pertengahan. Cardam menganggap Al-Kindi sebagai salah
satu dari dua belas pemikir terbesar. Sarjana-sarjana yang mempelajari
Al-Kindi, sampai risalah-risalah Al-Kindi yang berbahasa Arab ditemukan di
disunting semata-mata berdasarkan terjemahan
bahasa Latin.
Beberapa karya
Al-Kindi, baik yang ditulis sendiri atau ditulis ulang penulis lainnya, di
antaranya:
1. Book of the chemistry of the perfume
2. On the use of indian numerals
3. Treatise on the effecient cause of the flow and Ebb
4. Book of the Rays
5. The Medical Formulary of Aqrabadhin of Al-Khindi by M. Levey
6. Al-Kindi’s Metaphysics: a translation of Yaqub ibn Ishaq Al-Kindi’s
Treatise “On First Philosophy” by Alfred
I. Ivry
7. Scientific Weather Forecasting in the middle ages the writings, of Al Kindi, By Gerrit Boss and Charles
Burnett
8. Al-Kindi’s Treatise on Crypanalysis, By M, Mrayati, Y. Meer Alam and M. H.
At-Tayyan
Sumber: Dedi
Suprayadi, Pengantar Filsafat Islam (konsep, filsuf, dan Ajarannya), Bandung,
Cet.I, CV Pustaka Setia Bandung, hlm.49-54
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih