HOS Tjokroaminoto, Refleksi dan Bayangan Kebangsaan Kita

Membicarakan HOS Tjokroaminoto
Pagi menjelang.., hari ini jam sekolah tidak menuntut saya untuk kesana. Saya lebih memilih aktivitas bebas namun tetap bermanfaat, dan pilihan itu adalah jalan-jalan menggunakan sepeda ke taman kota. Sambil bergegas menyiapkan berbagai macam keperluan, saya pikir asyik juga kalau bisa membuat satu tulisan tentang tokoh nasional di sana. Pikiran rileks karena suasana taman yang indah nan asri membuat semua itu lebih besar potensinya untuk berhasil. 

Saya masukkan saja buku berjudul “50 Pendakwah Pengubah Sejarah” buku yang ditulis oleh  M Anwar Djaelani ini merupakan terbitan Pro-U Media. Akhirnya sampai juga di taman kota Selong, taman ini meruapakan taman yang cukup startegis, berada disisi timur masjid Agung Selong, sebelah selatan sisi Pendopo Bupati, sebelah barat sisi Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Lombok Timur, dan sebelah utara gedung Pemuda Lombok Timur. Namun begitu melihat tidak ada bangku yang representatif untuk duduk dan membuka laptop, saya segera bergegas ke kantor Plaza Telkom yang berada tidak jauh dari taman kota, tepatnya persis seberang jalan kantor DPRD Lombok Timur.

Rencana untuk membuat tulisan singkat tentang tokoh nasionalpun sudah seratus persen, tinggal membuka buku yang sudah saya bawa, sepertinya tidak mudah untuk menuliskan siapa yang tepat. Tapi saya pikir akan lebih elok kalau saya mulai saja dari bapak dari para tokoh nasional kita yaitu HOS Tjokroaminoto. Sepertinya lebih tepat dan menginspirtaif. Sebagaimana yang di kemukakan oleh M. Djaelani HOS Tjokroaminoto adalah peletak dasar perubahan sosial politik di Indonesia, demikian yang disampaikan Ahmad Mansur Suryanegara.

Nama panjang beliau adalah  Haji Oemar Said Tjokroaminito atau lebih sering kita ingat dengan sebutan (HOS) Tjokroaminito lahir pada 16 Agustus 1882 di Madiun. Anak dari seorang Wedana di Kleco dan Cucu seorang Bupati Ponorogo, sementara kakek buyutnya adalah Kiai Bagus Kasan Besari merpuakan ulama yang senantiasa memperjuangkan tegaknya syariat Islam di wilayah Tegalsari, Ponorogo, Jawa Timur.

Pada usia 20 tahun HOS Tjokroaminoto telah menamatkan sekolah Pamong Praja di Magelang, tak lama setelah tamat ia memutuskan untuk bekerja sebgai Juru Tulis di kepatihan Ngawi antara tahun 1902 sampai dengan 1905. Setelah bekerja selama kurang lebih empat tahun iapun memutuskan berhenti, memilih hijrah ke Surabaya untuk bekerja di salah satu perusahaan swasta. Tak lama setelah bekerja di perusahaan swasta ia lantas memutuskan pindah ke perusahaan jasa konsultasi teknik, pada saat bekerja di perusahaan inilah seorang utusan dari Solo Jawa Tengah datang kepadanya dan meminta HOS Tjokoraminoto bergabung dengan Syarikat Dagang Islam. 

Syarikat Dagang Islam (SDI) sendiri merupakan organisasi niaga yang didirikan oleh K.H Samanhudi seorang saudagar yang sangat sukses di eranya. K.H Samanhudi sangat jeli, ia melihat bahwa tidak cukup SDI hanya bergerak dalam bidang niaga saja, sebab penderitaan rakyat tak mampu diselesaikan dari sisi ekonomi belaka. Kejeliaan tersebut membawanya untuk memperlebar visi SDI dengan melebarkannya ke dua sayap baru yaitu sayap politik dan dakwah. 

Untuk mencapai visi besarnya ini, ia kemudian mencari tahu siapa sosok yang tepat untuk melanjutkan estapet perjuangan yang telah digagasnya ini. Terdengarlah kabar, bahwa seorang pemuda pribumi nan jenius taat beragama yang dididik dengan cara Barat mempunyai keberanian luar biasa. Pemuda di maksud adalah HOS Tjokroaminoto yang berani keluar dari zona nyaman “Pegawai negeri” dengan alasan tidak mau “merunduk”. Semasa bekerja sebagai pegawai negeri HOS Tjokroaminoto  terbilang sangat pemberani, tak segan ia berbicara lantang, menatap tajam mata lawan bicaranya, memilih duduk di kursi daripada duduk dibawah yang menggambarkan kesataraan dengan penjajah Belanda kala itu. 

Maka aktiflah Tjokroamnoto di SDI. Dia dikenal sebagai sang oratr dan pemeri semangat rakyat. Bila di depan anggota SDI atau publik pada umumnya, dia pandai memainkan emosi pendengarnya lewat pidatonya yang berapi-api. Kecuali itu, Tjokroamnoto pandai menulis, Tulisan-tulisannya inspiratif.  Tjokroaminoto kharismatik dan populer. Popularitas yag didapatnya adalah buah dari usahanya dalam meumbuhkan kesadara masyarakat atas hak sosial politiknya. Memang, melalui keahliannya berorasi, dia dengan mudah mengomunikasikan perjuangannya kepada masyarakat. 

Tanggal 10 September tahun 1912 tercatat sebagai hari bersejarah. Hari dimana Syarikat Dagang Islam bertransformasi menjadi Syarikat Islam. Di tangan HOS Tjokroaminoto transformasi ini terjadi mengubah peta sejarah nasional, membuat Islam tidak hanya berkaitan dengan perkumpulan para pengusaha Muslim saja, namun lebih dari itu, kini ia menjadi wadah perjuangan kaum muslim menyambut hari-hari masa depan yang lebih baik. Tepat di usianya yang ke30  HOS Tjokroaminoto memimpin perjuangan Syarikat Islam. Perpaduan jiwa muda dengan visi besar jangka panjang, menjadikannya sebagai wadah ideal.

Kini SI berubah haluan, tak hanya kumpulan para saudagar lebih dari itu SI adalah kumpula umat Islam yag hendak mengilmui Islam da meengakka Islam. Oleh sebab itu anggotanya bukan hanya dari kalangan pedagang semata, melainkan lebih luas lagi. Kesibukan Tjokroamnoto bertambah, kongres-kongres Si diikutinya. Di Kongres SI Madiun pada 1923, SI berubah menjadi partai. Dengan nama yang tidak jauh berbeda juga dari asal usulnya yaitu Partai Syarikat Indonesia.

Rupanya kegelisahan senantiasa menghinggapi Tjokroaminoto, ia bingung bagaimana menerka masa depan PSI. Tak kala kebingungannya itu hadir, rasa gundah yang terus membuncah, maka ia curahkan seluruh pikiran-pikiran gelisahnya dalam sebuah buku berjudul  Tafsir Program Asas dan dan Program Tandhim. Buku yang berisi konstruksi memperjuangkan terwujudnya suatu keadaan yang kaum muslimin bisa menjalankan Islam dengan sepenuh-penuhnya supaya mendapatkan satu dunia Islam yang sejati. Bisa jadi terinspirasi dari kondisi lingkungan terjajah, yang membatasi setiap gerak ibadah umat Islam.

Selain itu pula ia juga menuli buku berjudul Tarikh Agama Islam. Buku ini disarikan dari karya penomenalnya Amir Ali. Buku yang juga pernah di baca oleh Bung Karno, buku tersebut berjudul The Spirit Of Islam, serta karya Kawaja Kamaluddin- The Ideal Prophet dan The Prophet of Muhammad. Tujuan penerbitan buku ini sendiri adalah untuk membuat umat Islam memahami sejarah Islam dan Nabi Muhammad SAW. 

Adapun buku yang bersifat idelgis, Tjokroaminoto menulis Islam dan Sosialisme. Di buku itu diuraikan secara tegas tentang sistem ajaran Islam yang menjunjung tinggi kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan. Islam sebagai jalan hidup adalah “tema” yang terus diperjuangkan  Tjokroaminoto. Dalam salah satu artikelnya yang berjudul “pemberi ingat dan penunjuk jalan kepada Umat Islam” yang ditulis pada kisaran tahun 1930-an, Tjokroamnoto memberi peringatan kepada umat Islam yaitu bahwa untuk mencapi kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat maka hendaklah seorang menjalankan agamanya dan berilmu. Hanya dan perkara ini yang bisa menghindarkan seseorang dari kerendahan drajat dan kesengsaraan.

Kebiasaan menulis artikel sang guru para tokoh bangsa ini juga dapat kita temukan di Bintang Surabaya bahkan lebih luas lagi ia pun berhasil mendirikan surat kabar Utusan Hindia, Fajar Asia, dan majalah Al-Jihad berkisar antara 1907 sampai 1910. Sebab dengan melalui media ia dapat menuangkan seluruh ide yang terpendam dalam pikirannya, semangat pergerakan yang bergelora dalam jiwanya, serta tentu saja tidak lupa menyarakan kepentigan ekonomi umat Islam. Ide dan semangat tersebut kelak dituangkannya ke dalam organisasi sosial politik Syarikat Islam yang dipimpinnya.

Tjokroaminoto bertipe “sang penggerak”. Bersama H.  Agus Salim, pada 1926 Tjokroaminoto mendirikan “organisasi Haji Hindia” pada 1927, merkea membentuk “Muktamar Alam Isalmi Far’ul Hindi Syarqiyah”, sebuah organisasi yang bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan Idnoensaia berdasarkan kepada spirit keislaman. Tjokroaminoto, wafat pada 17 Desember 934 di Yogyakarta dalam usia 52 tahun. Dia telah banyak berbuat kebaikan untuk negeri ini dan itu dimulainya sejak muda. Hal paling pokok yang telah dikerjakannya adalah menumbuhkan kesadaran nasional dari rakyat utuk merdeka dan itu ditumpukannya pada iman dan Islam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia