Tanda Diterimanya Amal
“dari aisyah Radiyallahu anha ia berkata, Rasulullah saw jika melakukan suatu amalan beliau menetapinya ( Muttafaqun Alaih)”
Pengantar
Tak seorangpun bisa memastikan amalannya
telah diterima. Setiap kali memuntaskan suatu amalan, manusia hanya bisa
berharap. Kepastian diterima tidaknya, hanya allah swt semata yang mengetahui.
Nabi Ibrahim As telah memberikan contoh
k3epada kita. Sesaat setelah menuntaskan amalan mulia membangun ka’bah, beliau
segera menunjukkan rasa harapnya kepada Allah swt. Beliau berdoa agar
amalannya diterima.
Dalam hadist diatas Rasulullah saw
memberi teladan pentingnya istiqomah dalam beramal. Beliau jika beramal selalu
mengkontinyukannya. Sebab meski Nampak kecil dan sedikit tapi amalan yang kontinyu
efeknya bergitu dahsyat. Di antara kedahsyatannya karena ia merupakan tanda
diterimanya amal kita.
Itulah sebabnya rasulullah saw sangat menyukai amalan yang kontinyu. Seorang tabiin bernama Masruq pernah bertanya pada Aisyah RA “amalan apa yang paling disukai oleh rasulullah saw, Aisyah menjawab “yang kontinyu” (Muttafaqun alaih).
Tak ada alasan berhenti
Manusia tercipta sebagai hamba yang tugas utamanya beribadah kepada Allah. Selama jantung masih berdetak, maka tugas beribadah tetap berlaku. Seorang dianggap berakhir masa tugasnya jika Allah mewafatkannya. Allah swt berfirman “sembahlah tuhannmu hingga datang yang meyakinkan (kematian) QS Al Hijr 99)”.
Batas akhir kita adalah kematian. Wajar
jika para salaf mengecam orang yang membatasi taatnya dalam bulan ramadhan.
Dikatan kepada Bisr Al Hafi Rahimahullah “sesungghnya suatu kaum bersungguh
sunggh beribadah di bulan ramadhan” ia berkata “mereka seburuk buruk kaum,
mereka tidak mengenal Allah kecuali di bulan ramadhan. Sungguh orang saleh
beribadah dan bersungguh sungguh sepanjang tahun” (Miftahul Afkar littaahhub
lidaril qarar, 2/283).
Dalam Al Qur’an juga terdapat celaan
kepada orang yang berhenti dari kebaikan yang pernah dilakukannya. Allah
berfirmah yang artinya “dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang
menguarikan benangnya yang suda dipiintal dengan kuat, menjadi cerai berai
kembali (An Nahl 92)”.
Orang berhenti dari amalannya, persis
seperti digambarkan dalam ayat diatas. Susah payah dalam memintal benang, namun
setelah kuat ia justru menguraikannya kembali. Contohnya lelah berpuasa dan
menjalankan ketaatan, namun pasca puasa ia urai kembali. Ibnul Jauzi berkata ,
sebagaimana di nukil ibnu Jajar dalam Fathul Bari “amalan yang kontinyu dintiai
karena dua faktur, pertama orang yang meninggalkan amal setelah melakukannya
seperti berpaling. Kedua terus menerus dalam beramal bearti terus menerus dalam
berkhidamat. Tidak sama orang yang menetapi pintu setiah meski beberapa saat dengan seorang yang menetapinya
seharian kemudian meninggalkannya (fathul Bari 1/103)”.
Mudah Bagi yang Bermujahadah
Pilar penting dalam menjalankan ibadah adalah rasa takut
dan harap. Takut siksa Allah karena khawatir amalannya tidak akan diterima.
Namun perasaan ini hendaknya diimbangi rasa harap dan optimism. Sehingga
terhindar dari sifat putus asa.
Dua hal inilah yang dimiliki oleh para
nabi dan orang orang saleh terhdahulu. Meski mereka telah mempersembahkan
amalan amalan yang istimewa mereka selalu menginginya dengan permohonan agar
diterima. Merek menangis bukan lagi karena disa dan maksiatnya. Tetapi mereka
menangis karena takut amalannya tidak diterima oleh Allah swt.
Allah swt berfirman “dan orang orang yang memberikan apa yang
telah mereka berikan dengan hati yang takut, karena mereka tahu bahwa sesungguhnya
meraka akan kembali pada tuhan mereka (Al Mukminun 60)”.
Aisyah berkata terkait ayat ini “aku
bertanya kepada Rasulullah tentang ayat ini apakah mereka orang yang minum
khamar atau mencuri. Rasulullah menjawab; tidak wahai putri assiddik, akan
tetapi mereka itu berpuasa melaksanakan sholat, dan bersedekah dan mereka takut
tidak diterima,- mereka itulahy yang berlomba lomba dalam kebaikan ( Riwayat
Attarmidzi)”.
Jika dua hal ini bisa diselesaikan dalam
hati dan pikiran kita. Keistiqomahan sangat mungkin diraih. Sebab ibadah di
luar bulan ramadhan lebih mudah dan ringan daripada saat ramadhan. Tapi kemudahan itu akan menjadi sulit jika
kita tidak serius dan sungguh sungguh. Kesungguhan mutral selalu hadir dalam
setiap target yang hendak kita capai. Allah menjamin orang yang sungguh sungguh akan mendapatkan
jalan menuju tujuan yang hendak dicapainya.
Allah swt berfirman “dan orang orang
yang berjihad untuk mencari keridhaan kami, benar benar akan kami tunjjukkan
kepada mereka jalan jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar benar beserta
orang orang yang berbuat baik (Al Ankabut 69)”.
Mengandalkan pertolongan Allah
Ada banyak alasan gang bisa menyelinap
dalam hati dan pikiran untuk membenarkan kelalain kita. Bisa dengan merasa
sudah banyak beramal. Padahal kita tidak tahu seperti nasib amal kita. Itulah
sebabnya musuh terbesar manusia setelah setan adalah dirinya sendiri. Bisa
dibayangkan, betapa beratnya perjuangan kita. Seba ada dua kekuatan besar yang
mesti kita tundukkan, yaitu hawa nafsu dan setan. Tidak meungkin kita bisa
menunjuukan dua kekuatan itu kecuali dengan bantuan dan pertolongan Allah
swt. Semoga kita senantiasa termasuk
dalam golongan hamba Allah swt yang mendapat pertolongannya. Aammin…
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih