INSINYUR TANPA GELAR, MUSLIM TANPA PAMRIH
(Oleh: Tim Program PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta)
.
Garis-garis gambar itu adalah pondasi perpustakaan yang digambarnya dengan apik lengkap dengan perhitungan matematis. Mencengangkan, ini bukan gambar seorang sarjana teknik sipil melainkan hasil desain tangan seorang lelaki paruh baya yang bernama Sudiyo.
Sudiyo adalah warga kampung Rukem, Sidomulyo, Purworejo. Sudiyo bukanlah warga asli, hanya karena menikahi seorang gadis Rukem makanya ia menjadi orang Rukem. Kesehariannya bekerja sebagai buruh tukang bangunan di kota atau di desa-desa lain dengan bayaran rendah.
Setiap hari ia berangkat pagi buta dan pulang sore menjelang malam untuk menghidupi keluarganya. Anak perempuan pertamanya kini sudah lulus sekolah kebidanan, sedang anak keduanya, lelaki, kini sudah lulus SMA.
Sepulang bekerja laki-laki itu tak hendak banyak beristirahat. Masih banyak hal yang menjadi tanggung jawabnya, tidak hanya sebagai warga namun juga selayaknya sebagai Muslim.
Sudiyo menggemakan _adzan_ dan _iqomah_ sekaligus juga sebagai imam shalat _Magrib_ dan _Isya’_ di mushola kecil milik kampungnya. Mushola Miftahul Huda yang ukurannya hanya 4 x 4 meter dan Sudiyo adalah saksi sejarah bagaimana Islam bergerak di Kampung Rukem pada tahun 1990-an.
Mushola Miftahul Huda pada awalnya hanya berupa pos ronda yang mendadak disulap menjadi mushola dengan gelaran sajadah seadanya. Kini, mushola itu jauh lebih layak dari sekadar pos ronda yang hanya menampung 4-5 orang saja.
Selepas shalat biasanya ia memberikan tausyiah juga belajar mengaji Qur’an bersama-sama warga lain. Alhasil, berkat didikannya, Allah SWT. permudah murid-muridnya mampu membaca Al-Qur’an dengan lancar. Namun, laki-laki penyuka buku dan sejarah ini masih berharap ada hal lain yang bisa ia tularkan, yakni semangat membaca buku.
Baginya, buku adalah pengetahuan. Meski laki-laki desa itu tak pernah mengenyam bangku pendidikan tinggi, tapi ia faham betul tentang wahyu pertama yang turun, _Iqro’_ (bacalah!).
Keterbatasan telah mengendapkan keinginan mulianya itu, meski pria yang gemar berkebun ini tak bisa gemuk lantaran banyak “bekerja/berbuat”. Lebih-lebih saat ia dinobatkan menjadi _“Kaum”_ atau seseorang yang dituakan dalam hal agama.
Enam bulan lalu, longsor menghancurkan kampungnya. Banyak rumah roboh dan hancur tertimbun tanah. Banyak tetangga kehilangan tempat tinggal.
“Saya sampai belum sempat menyelesaikan rumah saya sendiri karena harus membantu membuat rumah warga lain yang kemarin rusak karena longsor”, kisahnya sedih dengan tetap diiringi senyum.
Sembari membangun gotong royong, Sudiyo (akrab dipanggil Pak Kaum) sudah diantri warga untuk menggambar desain rumah yang akan dibangun kembali berkat bantuan pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat lain.
Dalam hitungan tak sampai tiga bulan, gambar-gambar desainnya telah berubah menjadi puluhan rumah limasan khas Purworejo. Selama itu pula, tim Program PPPA Daarul Qur’an mendampingi Sudiyo untuk terus “menjadi Muslim” dengan akhlak terbaiknya.
Impian Sudiyo ijabah. Paskalongsor, ikhtiar terus berlanjut, Sudiyo, warga, dan PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta terus berbenah. Menjadi hikmah, kerugian materi diganti materi, kesedihan diganti kebahagiaan. BNI Syariah dan Yayasan Hasanah Titik melalui PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta bekerjasama membangun Taman Baca Hasanah.
Rencananya, perpustakaan itu dibangun tepat di samping Musholla Mifathul Huda. Visinya adalah agar mushola menjadi pusat ibadah dan pembelajaran bagi masyarakat. Buku-buku pun telah dipersiapkan oleh Tim Program PPPA Daarul Qur’an sebanyak lebih dari 300 eksemplar dari berbagai kajian ilmu.
Sekarang, perpustakaan itu sedang dirampungkan pembangunannya. Sengaja dikebut, meski Sudiyo beserta warga lain harus tetap bekerja pada siang harinya. Sejak proposal disetujui, ia telah menyisakan waktu di malam-malam sebelum tidurnya agar anak-anak dan para warga bisa segera membaca, mengaji, dan mengkaji buku-buku.
Perlahan, lembar putih bergambar desain perpustakaan impian Sudiyo kini sudah terlihat meninggi dengan batu bata yang disusun bersama pasir dan semen. Bismillah, ini adalah hadiah akhir tahun yang mengagumkan untuk Sudiyo dan warga Kampung Rukem.
Semoga lekas memberi harapan perubahan yang lebih baik untuk saudara Muslim di Kampung Rukem, Purworejo, kampung segera bangkit setelah longsor dan trauma berkepanjangan. _Insya Allah._ []
Salam,
Maulana
PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta
WA 0811 2515 124
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih