Rahasia dan Siasat Politik Menjelang Pilpres
Rahasia dan Siasat Politik Menjelang Pilpres
![]() |
diolah dari berbagai sumber |
Keputusan sudah diambil, pendaftaran sudah dilakukan, dan tes kesehatan masing-masing pasangan calon sudah dilakukan tempatnya di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta. Kini kita ketahui faktanya ada dua pasangan calon presiden yang akan berkontestasi, tidak ada perubahan, tidak ada penambahan, ataupun pasangan yang dianulir, keputusan KPU sepertinya akan menetapkan dua pasangan ini menjadi calon presiden dan wakil presiden kita untuk dipilih secara resmi tahun depan.
Mengutip bahasanya Burhanudin Muhtadi “sang pengamat politik” pilpres (pemilihan presiden, red) ini adalah remacth dari pilpres tahun 2014 lalu. Tentu kita belum lupa sengitnya pilpres 2014 antara Prabowo dan Jokowi yang berlangsung dramatis dengan selisih suara yang sangat tipis, hingga gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Efeknya sampai lari ke “senayan”, anggota dewan yang terhormat ikut terpecah jadi dua, satu kubu “KMP (Koalisi Merah Putih)” satu lagi KIH (Koalisi Indonesia Hebat).”
Iya untuk saat ini.., kita sebagai rakyat hanya bisa jadi penonton.., eh..kalau bisa juga berpartisipasi menghentikan isu black campign, agar tidak terulang cerita yang sama seperti tahun 2014 lalu. Ya..black campaign (kampanye hitam) ini yang tidak boleh sebab akan merusak daya nalar demokrasi kita, tak akan jernih kita memilih calon pemimpin kalau ada isu-isu yang gak penting. Setelah itu kita berharap bakal milih diantara salah satunya. Semoga yang menang bisa mempersatukan bangsa, memajukannya, dan membuat rakyat makin sejahtera.
Kaitannya dengan pilpres tahun depan yang serentak dengan pilleg (pemilihan legeslatif, red), kita mesti menjadi pemilih yang cerdas jangan sampai masuk golput (golongan putih: istilah untuk pemilih yang gak menggunakan hak pilihanya, red). Sebab dengan kita milih presiden sama wakil presiden yang sudah jadi sepaket, kita bakal tahu bagaimana masa depan bangsa kita. Sejujurnya pasangan Joko Widodo dan K.H Ma’ruf Amin adalah pasangan yang tidak banyak orang duga. Opini yang berkembang di media massa beberapa hari sebelum pak Jokowi ngumumin calonnya adalah prof. Mahfud MD yang bakal jadi cawapresnya beliau. Bahkan sampai beliau diundang oleh pak Pratikno ama Teten Masduki ke Istana untuk ngasih tahu hal tersebut, katanya dalam ILC (Indonesia Lawyer Club) tadi malam (14/08/2018).
Namun sayang, di detik-detik terakhir sebelum pengumuman. Prof. Mahfud dikasih tahu lagi bahwa dia gak jadi calon wakil presidennya Pak Jokowi dan pak Jokowipun mengumumkan bahwa calonnya adal KH. Ma’ruf Amin. Bagi KH. Ma’ruf Amin seperti yang beliau sampaikan di media massa, bahwa pemilihannya beliau adalah suatu penghargaan bagi ulama oleh Jokowi. Tentu boleh saja kita sepakat dengan apa yang beliau katakan. Dan kita berpendapat hal tersebut merupakan satu kemajuan dalam eskalasi politik kebangsaan antara negara dan agama.
Tapi yang lebih dramatis lagi adalah pernyataan “jendral kardus” dari wakil sekretaris jenderal partai Demokrat saudara Andi Arif. Ia mengatakan itu, sesaat setelah Prabowo mengumumkan calon wakilnya yaitu Sandiaga Salahudin Uno. Ini tentu saja merupakan ungkapan kekecewaan darinya, sebab bukan kader Demokrat yang dipilih sebagai wakil. Padahal, seperti yang santer diberitakan sebelumnya kemungkinan Agus Harimurti Yudhoyono akan jadi pendampingnya Prabowo.
Buntut lain dari kecewanya Andi Arif adalah pernyataannya di twitter yang mengatakan bahwa PKS (Parta Keadilan Sejahtera) dan PAN (Partai Amanat Nasional) menerima uang mahar politk sebesar Rp 500 milyar dari Sandiaga Uno. Dalam pada itu seiring waktu berjalan, PKS sepertinya agak geram hingga melaporkan pernyataan Andi Arif tersebut. Lebih dari itu, sepertinya koalisi dari Prabowo Sandi walaupun tetap didukung Demokrat terlihat seperti tidak utuh cenderung retak, belakangan setelah melakukan pemeriksaan atasu kasus tersebut BAWASLU (Badan Pengawas Pemilu) menyatakan “uang mahar satu triliun itu tak terbukti, sehingga kasusnya dihentikan.” Satu berita gembira yang menangkan publik. Tapi kita tahu bahwa berpolitik itu memang tak ada yang tanpa mahar, apalagi politik pemilihan presiden.
Pada lain sisi hal yang sama sepertinya juga menimpa koalisi Jokowi KH Ma’ruf Amin. Pernyataan prof. Mahfud MD dalam ILC yang menyatakan bahwa KH Ma’ruf Amin mengintruksikan kalau bukan kader PKB yang jadi cawapres maka NU tidak akan bertanggung jawab terhadap pemerintahan, cukup mencederai moral politik kita. Tapi apa mau dikata.., semua proses politik yang penuh dengan teka-teki selalu melahirkan rasa penasaran yang begitu dalam di hati publik. Terpenting bagi kita adalah keberlangsungan bangsa dan negara di atas golongan.
Dalam al-Qur’an surat al-Mujadilah ayat 10, Allah berfirman;
“sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan supaya orang mukmin berduka cita.”
Maka mari kita terbiasa untuk tidak membicarakan rahasia negara, rahasia organisasi, dan rahasia pribadi, mengumbarnya kedalam ruang publik, baik media sosial ataupun media massa. Cukup rahasia-rahasia politik yang dapat menimbulkan kegoncangan publik diketahui oleh elit, kecuali aturan mainnya “undang-undang” membolehkan itu, dan sescara sosiologis masyarakat lebih dewasa menerimanya dalam arti tidak menjadikan hal tersebut sebagai senjata melakukan “black campaign”.
Sikap kita dengan hal tersebut yaitu menjadikan info itu sebagai ibroh pengetahuan, sebagaimana firmanNya:
“dan, Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah itu sangat besar (QS An-Nisa 113)”
“barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan pandaikan ia dalam agama, (al-Hadits)”
Semoga gelaran pemilihan presiden tahun depan (2019) mampu melahirkan pemimpin Indonesia yang berjiwa besar, serta mensejahtrakan masyarakat, menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kesusilaan..aamiin.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih