WARNA WARNI RASA HATI
Waktu sudah menunjukkan larut malam, tapi mata saya belum juga bisa
dipenjamkan. Entah kenapa..? rasanya ada sesuatu yang mengganjal dalam hati
saya, dari tadi saya coba untuk tidur dan sejenak terlelap, tapi kemudian
bangun kembali. Pikiran saya terbang kemana-mana, terpikirkan dan terbayangkan
banyak hal yang belum jelas, terutama tentang masa depan. Apakah saya akan
disini terus..? seketika pertanyaan itu muncul dalam hati saya, disambut dengan
bayangan-bayangan masa depan dengan semua rencana yang telah dibuat beberapa
tahun lalu.
Saya tidak menerima e-mail dari Harvard University seperti bayangan perkiraan
saya dua tahun lalu, dan tidak juga wisuda dengan ditemani seorang istri
seperti impian yang telah saya targetkan. Banyak faktor yang membuatnya tidak
bisa direalisasikan, tapi saya tak akan mengungkapkannya disini. Semua itu
adalah hal yang saya impikan dua tahun lalu. Kini saya kemudian bertanya.., setelah
ini apa langkah saya selanjutnya...? hari-hari yang membosankan tampaknya
tidak bisa saya hindari dalam pergulatan hati. Disatu sisi ingin segera
berubah, disisi lain terikat dengan suasana, pekerjaan ini seperti buah
simalakama, diambil dan tidak diambil masing-masing ada dampaknya, entahlah
mungkin ada juga hikmahnya di masa depan. Biasanya saya tidak pernah memikirkan
ini secara mendalam, tapi keresahan hati saya seolah makin menjadi-jadi.
Kini serasa jiwa saya menghitung hari dan waktu, kapan lagi waktu yang
tepat untuk mencapai target. Lima tahun lagi mungkin saya bisa S3, sedangkan
untuk menikah saya sudah terlanjur mematok tahun ini, tapi belum ada
tanda-tanda untuk segera bertemu jodoh, oh... Tuhan...!!! Lebih-lebih lagi..,
beberapa waktu belakangan ini saya sedang konsenterasi mengumpulkan modal untuk
cost pernikahan nanti, laki-laki selalu terkendala dari sisi ini.
Dalm resah diri..., hati ini kemudian berkata “Persiapan adalah hal yang paling
mungkin saya lakukan saat ini”. Tapi...,
sungguh, yang resah bukan hanya saya, keluarga, dan teman, mereka yang baru
ketemu saya juga turut resah, dan selalu ada pertanyaan yang muncul “sudah
berkeluarga..?” pertanyaan yang tidak pernah disaring, susah untuk dijawab. Tak
dijawab dikira sombong, kalau dijawab menjadi ejekan darinya. Apa ia harus
bertanya soal itu?, dan saya harus menjawab. Kalau tidak segera jawab, saya
akan kena ceramah “segerakan...”. Hei...!!!! siapa yang tidak mau menyegarakan,
dari dulu juga sudah mau saya segerakan. Tapi maaf saya tidak seberuntung anda
dalam hal asmara, sebab Tuhan masih menguji keseriusan saya, dan selalu tidak berhasil
dalam ujian ini, sehingga Tuhan menundanya, mungkin bukan keseriusan saya yang
belum teruji, tapi ridho orang tua juga keluarga, tanyakan hal ini pada mereka.
Bagi saya, tidak mengapa anda bertanya begitu, tapi tolong hargai juga
kawan-kawan yang masih dalam persiapan. Setidaknya anda sudah peduli dengan
“bertanya”, dan saya mensyukuri itu. namun anda bertanya di waktu tidak tepat, sebab anda
tidak pernah tahu pilihan hati saya. Ooo ya...., Ada lagi yang berusaha
menjodohkan..., oh.., sekiranya perasaan itu bisa dipaksa..., maka mungkin ada
yang sudah saya lamar dari dulu selain dia yang sudah saya cintai, tapi
nyatanya hati tidak bisa dipaksakan, seberapa canntik dan baikpun urusan
agamanya, kalau diantara kami tidak ada ketertarikan dan kesamaan visi mana
bisa jadi jodoh. Lalu timbulah fitnah.., bahwa saya memiliki kriteria yang
terlalu rumit..., Allohu Akbar..., yang tahu hati seseorang hanya Allah bukan,
kamu.
Bagi kita..., yang terlanjur dipandang sebelah mata karena belum menemukan
pasangan hidup, bersabarlah...!!!, memang rasa iri akan selalu mengitari hati
kita terhadap kawan sebaya yang sudah menikah, mempunyai anak, dan sukses dari
sisi materi. Tapi mari kita yakinkan diri bahwa Allah sedang menuntun kita
untuk bertemu dengan jodoh terbaik, kemudian mengantar kita dari satu impian ke
impian yang lain yang lebih sukses dari mereka kelak dimasa depan.
Saran saya bagi kawan-kawan yang sudah menikah..., cukup anda mendoakan
bagi kami yang terbaik, sebab pertanyaan adalah sebuah kepura-puraan tentang
kepedulian yang semu. Dan ketika jodoh sudah membersamai saya nanti, anda
kemudian akan bertanya sudah berapa tahun usia anaknya..? Aamiin...sekali lagi
Semoga Allah swt meridhoi jalan hidup kita semua dan mengampuni kesalahan demi
kesalahan kita, mengangkat drajat kita, memudahkan urusan rizki, jodoh, dan
jalan ke SyurgaNya...Aamiin.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih