PENDIDIKAN KITA



            Pada tanggal 2 Mei lalu kita peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Sebagai tanda bangkitnya pendidikan Indonesia. Hari Pendidikan Nasional (HaDikNas) sejatinya tercetus dari hari lahirnya Ki Hadjar Dewantara, yang menjadi pelopor pendidikan nasional Indonesia. Dengan tujuan membangun pendidikan berbasis akhlah dan moral Ki Hadjar Dewantara melahirkan Sekolah Taman Siswa. Spirit pendidikan Ki Hadjar Dewantara bermakna, dengan pendidikan, Negara mampu melahirkan manusia cerdas, berpengetahuan luas, dan berkarater.

            Lalu bagaimana dengan kondisi pendidikan kita saat ini..? sudah menjadi rahasia umum jikalau pendidikan Indonesia masih tertinggal jauh kulitasnya dengan pendidikan negeri tetangga. Pemerintah juga telah secara serius untuk mengimplementasikan amanah Pasal 31 ayat (4) UUD 1945 bahwa “negara memperioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari Anggara Pendapatan dan Belanja Negara serta dari Anggaran Pedapatan dan Belanaja Daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”.

 Tapi sampai dengan saat ini kita belum jua mampu merasakan adanya perubahan kualitas pendidikan yang lebih bagus. Pada tahun ini, pendidikan menjadi sektor yang memiliki anggaran terbesar dari RAPBN 2015. Anggaran pendidikan mencapai Rp 408, 5 triliun atau 20, 59 persen dari total belanja negara yang dianggarkan melalui belanja pemerintah pusat sebesar Rp 154, 3 triliun dan dana desa sebesar Rp 254, 1 triliun.

            Kita juga menyadari bahwa memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia, tidak hanya menjadi tugas guru dan pemerintah, namun juga mnejadi tugas masyarakat dan orang tua siswa. Pendidikan yang berbasis pada perbaikan moral dan akhlak atau yang populer disebut dengan pendidikan karakter adalah wujud yang ingin diupayakan oleh negara.

             Beberapa waktu yang lalu saat Ujian Nasional (UN) tingkat SMA, kita  dikejutkan dengan bocornya jawaban soal UN. Namun pada saat yang bersamaan di Yogyakarta ada siswa SMA peserta UN yang melaporkan bocornya jawaban soal UN tersebut ke kampus UGM. Secercah harapan muncul, tindakan yang dilakukan oleh siswa itu bisa jadi tanda pendidikan nasional kita sedang bergerak kearah perbaikan yang bagus, baik pada sisi kualitas ilmu pengetahuan, moral, akhlak, dan karakter siswa.

            Kita tidak bisa membayangkan akan seperti apa nasib generasi masa depan bangsa ini, selama menempuh pendidikan di sekolah, hanya menjadi wahana untuk transfer ilmu, bukan untuk mendapat perbaikan diri, moral, akhlak, dan karakter. Oleh karena itu, melahirkan pendidikan yang berkualitas, tidak hanya didasarkan pada sisi kognitif saja, melainkan juga pada sisi afektif dan psikomotorik juga. Agar peserta didik kita menjadi tahu kenapa ia mesti menuntut ilmu, dan bagaimana mereka harus menerepkan ilmu yang mereka dapatkan dalam pergaulan hidup mereka sehari hari di masyarakat. 
 
            Sudah bukan saatnya lagi kita mengeluh tentang pendidikan Indonesia yang masih tertinggal. Tapi kini saatnya kita bangkit untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia. Menurut hemat saya, ada beberapa hal yang harus kita lakukan untuk memperbaiki pendidikan Indonesia, antara lain: 1 pemerintah harus berkomitmen serius untuk membenahi pendidikan nasional, 2 setiap instansi pendidikan diberikan standard pelayanan operasioanal kepada siswa dan masyarakat. 

3 setiap guru yang mengajar di sekolah harus memiliki raport tiap semester guru untuk memantau peningkatan kualitas mendidik mereka, sebagaimana siswa yang mendapatkan raport, 4 Sekolah yang belum berkualitas dan berada di daerah terpencil dan terluar, harus menjadi perhatian utama, 5 Pemerintah harus gencar membimbing masyarakat, dalama rangka menyadarkan mereka untuk memeperbaiki sisi edukatif anak, dengan cara melarang anak untuk menonton acara-acara televisi yang tidak sesuai dengan perkembangan psikologis anak.

            Kedepan kita berharap, bahwa pendidikan Indonesia yang berkualitas dan berkarakter mampu kita wujudkan bersama. Dan kualitas pendidikan yang merata di seluruh Indonesia bisa di rasakan oleh semua anak daerah. Sebagai bahan instrospeksi di Kalimantan Barat perbandingan antara jumlah guru yang mengajar di kota dengan guru yang mengajar di daerah terpencil, seperti pohon kelapa dengan pohon pepaya. 

            Artinya lebih banyak guru yang ada di kota daripada guru yang mengajar didaerah terpencil. Dari sisi infrasturktur sekolah, juga kita melihat bahwa fasilitas pendidikan yang ada di sekolah perkotaan jauh lebih bagus daripada di sekolah terpencil.  Saya kira inilah pekerjaan utama pemerintah yang harus segera di selesaikan. Modal utama memperbaiki kualitas pendidikan adalah kejujuran dan akuntabilitas, jika kita jujur ingin meningkatkan kualitas pendidikan, maka harapan itu pasti tercapai, tapi selama ketidak jujuran menghiasi dunia pendidikan kita, selama itu pula pendidikan jalan di tempat. Karena pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu mengajak peserta didik menerawang masa depan mereka dengan penuh antusias. Maka dengan program Kartu Indonesia Pintar (KIP)  yang di canangkan oleh Presiden Joko Widodo, kita berharap bisa di implementasikan dengan tepat sasaran, agar pendidikan Indonesia lebih berkualitas.
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia