Guru, Sesungguhnya Profesi yang Sangat Sulit
Foto: Zurijeta/Thinkstock Standar. Normal. Hanya formalitas yang tercurah dalam tulisan berintonasi yang tujuannya untuk menggarap tepuk tangan dari penonton. Atau untuk melihat nilai “A” besar di kertas puisi saya. Ya mau bagaimana lagi, pola pikir bocah kan masih begitu. Pandangan itu segera berubah pada saat saya menetapkan suatu petualangan, dimulai dari secarik kertas bernama ijazah. Hari itu, saya dengan mengunjungi SMA dengan status alumnus. Saya mencari guru BK karena aku ingin mencari informasi lowongan kerja. “Heh, ngapain piko malah kerja. Kamu kan pintar, nih coba daftar Sampoerna Foundation. Siapa tahu dapat beasiswanya,” kata sang guru BK. Saya memandangi formulir pendaftaran yang diberikan sambil tersenyum kecil. Saya bergumam di dalam hati: “Ternyata pencitraanku berhasil. Diri ini bangga.” Setelah saya meneliti lembaran itu, ternyata ada satu informasi penting. Adanya beasiswa yang dinamakan “Beasiswa Calon Guru Kebanggaan Bangsa.” Pada saat itu, hal yang...