Ramadhan dan Normal Baru Pasca Korona

Hari ini telah memasuki hari ketiga puasa Ramadhan. Suasana yang sangat berbeda dirasakan seluruh umat muslim di dunia, ritual terawih yang biasanya selalu ramai di masjid tak nampak lagi, kebanyakan warga mengikuti himbauan pemerintah untuk sholat terawih di masjid. Rasanya dunia makin gelap, sebab makin hari jumlah kasus positif korona di Indonesia dan dunia makin bertambah. Tapi ada kabar bagus dari Vietnam seperti yang saya baca dari cnnindonesia.com bahwa dalam 6 hari terakhir Vietnam melaporkan 0 kasus korona sehingga membuka lockdown bagi warganya, sebuah prestasi yang patut di acungi jempol. 

Kembali ke suasana Ramadhan yang tidak normal, memang ini adalah tantangan besar bagi kita semua. Terutama bagi individu yang berpuasa, selain menahan lapar dan haus ia juga harus menahan pengeluaran agar tabungan tak terkuras dengan cepat. Semua takut kehilangan aset, tabungan, dan harta benda lainnya. Puasa kali ini benar benar puasa yang menguras energi dan pikiran. Tidak hanya bagi rakyat kecil macam kita melainkan bagi tatanan ekonomi dunia. Pertumbuhan ekeonomi di berbagai negara juga mengalami kemandekan, untuk pertama kali sejak 1930 an China mengalami pertumbuhan minus 6,7% sebuah angka yang mengindikasikan krisis ekonomi baru. 

Indonesia jiga menghadapi tantangan yang jauh lebih besar, laporanyang disampaikan oleh wakil presiden Ma'ruf Amin mengatakan bahwa terdapat lebih dari 5 juta warga yang menjadi pengangguran baru. Angka yang setara dengan jumlah penduduk provinsi NTB. Kedepan kita tidak pernah tahu apakah situasi akan makin baik atau malah tambah runyam. Situasi ketidak normalan ini memaksa kita untuk tetap di rumah dengan kegelisahan tingkat tinggi, apakah kehidupan akan berakhir atau membuat spesies bernama manusia menjadi spesies yang makin kuat setelah dihantam badai perang bernama korona. Apa yang terjadi di dunia tentu tidak lepas dari perbuatan tangan manusia, termasuk dalam hal bencana non alam seperti ini. Oleh karenanya kini kita perlu merencanakan era baru pasca korona yang bisa kita sebut sebagai era normal baru. 

Bisa jadi dalam 3 bulan kedepan semua terlepas dari korona tapi tidak semua bisa oulih menjadi normal dengan cepat, seluruh dunia akan mengindikasikan diri menjadi normal baru setidaknya dalam dua tahun kedepan. Normal yang membuat kita menjadi lebih baik dari sisi apapun. Kekutan berpikir positif dengan sikap imajener dan memasrahkan diri terhadap Tuhan yang maha esa adalah sunber energi yang harus selalu ada dalam dirikita. Agar kita tidak mati dengan pikiran negatif karena takut akan berbagai hal saat pandemi seperti sekarang. Puasa mengajarkan kita melihat sesuatu ada akhirnya, yaitu kemenangan. Insya Allah segera setelah korona ini akan ada kemenangan yang membahagiakan bagi umat manusia, layaknya ramadhan yang memberikan idul fitri setelah puasa sebulan penuh. Alhamdulillah ala kullihal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia