PAMER
Saya melihat postingan seorang sahabat yang begitu menggelora. Ia sedang berpose diatas lahan yang hendak dibelinya untuk membangun perumahan. Namun dalaam catatan saya banyak sekali fose yang sama tidak terbukti kebenerannya, validitas dan reliabilitasnya gak ketemu. Mungkin ini yang disebut "pamer" mencari sensai dan menutupi segala kelemahan yang terjadi dalam dirinya dengan mengedepankan sesuatu yang belum pasti. Spekulasi lebih tepatnya dalam konotasi yang lebih positif, siap yang tahu bahwa dibalik apa yang dipamerkan tersimpan sejuta catatan negatif yang masoh terus dijaga kerahasiaan. Kan memmbongkar rahasia orang yang bersifat aib itu tidak boleh.
Ada lagi seorang sahabat yang suka memposting poto kantornya di media sosial. Lebih kepada ingin mengesankan diri sebagai orang yang sudah sukses dan telah meninggalkan masa lalu yang kelam. Sekali lagi kita tidak pernah tahu apa yang sungguh terjadi dibalik layar, bagaimana polemik selalu nyata dibalik layar daripada fose positif yang terlihat dalam lini masa. Ini sekali lagi tentang pamer.., dan banyak orang tidak suka dianggap remeh orang lain. Salah satu cara mengatasinya adalah memamerkan kemewahan yang nampak pada dirinya. Walaupun kemewahan itu semu.
Lagi seorang sahabat menghubungi saya untuk dapat membeli mobilnya, ia mengatakan mobilnya sudah lama lunas dan tinggal pakai saja. Setelah saya tertarik dan hampir mau membelinya, setelah makan siang bareng dikawasan Pagutan Mataram, ia mengatakan bahwa mobil ini memang lunas, saya melunasinya dengan cara mengambil uang pembiayaan di finence. Hemmm..., saya berpikir dua kali untuk membelinya. Dan akhirnya hilang cerita, sekali lagi kita ga pernah tahu bagaimana cerita di balik kesuksesan orang yang nampak kasat mata dalam dunia media sosial. Semunya semu.
Baru baru ini..sahabat saya ditempat kerja tiba tiba di datangi olwh debt collector. Kasusnya tidak sederhana.., setelah mencicil selama kurang lebih 2 tahun, akhir tahun kemarin ia tak sanggup lagi membayar cicilan mobil sehingga menonggak sekitar 5 bulan. Dan pada akhir apa yang kita lihat, semua tampk shock..bahwa yang terlihat mewah adalah betul betul titipan. Lalu kenapa kita harus mengagumi orang yang "nampak sukses" padahal pada dasarnya yang terlihat tidak semanis yang terjadi sesungguhnya.
Pada era media sosial seperti saat ini memang "pamer" adalah senjata untuk mengangkat harkat dan harga diri meskipun kebenarannya hahya 30% dan selebihnya adalah hoaks. Kita diajarkan untuk lebih cermat lagi,lebjh bersyukur lagi ketika melihat media sosial agar tidak terpancing dengan yang nampak. Smdan sebaiknya kita jalani saja hidup ini apa adanya, jangan suka melihat orang lain apalagi sampai membandingkan diri. Wassalam...
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih