Catatan Kecil di Hotel Kurnia Jaya



Ada yang tahu jalan hidup kita akan seperti apa..? seorang sahabat dekat saya mengatakan kita sendiri yang menentukan jalan hidup yang kita inginkan. Tentu saja menentukan jalan hidup bukan sesuatu yang sulit. Jalan hidup yang sama-sama kita maksud yaitu jalan hidup menuju kesuksesan.
Saya ingin bercerita tentang Elang. Tulisan ini saya kutipkan dari tulisannya Rhenald Kasali di www.rumahperubahan.com,   begini ceritanya Apakah Anda tahu bahwa elang adalah unggas yang umurnya paling panjang di dunia, bisa mencapai 70 tahun. Usia ini hanya sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata harapan hidup penduduk Indonesia yang pada 2014 sudah mencapai 72 tahun. Cerita yang ingin saya sampaikan, usia sepanjang itu tidak diperoleh elang dengan cuma-cuma atau terjadi dengan sendirinya.
Mungkin Anda sudah pernah membacanya: ia harus melalui perjuangan yang berat. Bahkan harus melalui perjalanan perubahan yang sangat menyakitkan. Sejatinya ketika elang sudah mencapai usia 40 tahun, ia mulai menua. Ada ciri-ciri fisik yang menyertainya. Misalnya, paruhnya tumbuh memanjang dan membengkok. Panjang lengkungannya nyaris menyentuh dada.
Ini membuat paruh elang sulit digunakan untuk mematuk. Ciri-ciri lainnya, bulu sayapnya tumbuh semakin lebat dan kian tebal. Kondisi ini membuat elang sulit terbang. Bahkan tak bisa terbang. Apa jadinya jika burung tak bisa terbang? Mungkin ibarat petinju yang tangannya lumpuh. Atau ibarat pelari yang kakinya tak bisa lagi dipakai untuk berlari.
Matikah elang itu?
Jelas tidak. Alam mengajari kita naluri untuk bertahan hidup. Jangan gampang menyerah. Begitu pula dengan elang. Namun, untuk mencapai usia hingga 70 tahun, sang elang harus bersedia melakukan transformasi.
Bertransformasi pada usia 40 tahun jelas menyakitkan dan membutuhkan waktu yang panjang. Begini prosesnya. Sang elang harus terbang terlebih dahulu menuju puncak gunung. Di sana, ia akan membangun sarang di tepian jurang. Begitulah dengan bulu-bulunya yang menebal dan sayap yang terasa berat, elang harus naik menuju puncak gunung. Sangat melelahkan.
Di puncak gunung, elang akan membangun sarang yang akan menjadi rumahnya selama 150 hari. Itulah waktu yang ia butuhkan untuk melakukan proses perubahan. Pada tahap pertama, elang akan mematuk-matukkan paruhnya ke bebatuan sampai paruh itu lepas. Ia kemudian akan berdiam diri, menunggu paruhnya yang baru tumbuh kembali. Lalu, dengan paruhnya yang baru, elang tadi akan mencabuti satu per satu cakar-cakar yang ada di kakinya.
Lagi, setelah itu ia harus menunggu sampai cakar barunya tumbuh. Kemudian, dengan cakar barunya, elang akan mencabuti bulu-bulu tebal yang ada di tubuhnya dan menunggu sampai tumbuh bulu-bulu yang baru. Proses ini memakan waktu lima bulan. Begitulah, setelah melalui proses yang panjang dan menyakitkan, elang tampil dengan wajah barunya. Paruhnya kokoh dan sanggup digunakan untuk merobek mangsanya. Dengan sayap barunya, elang bisa kembali terbang tinggi.
Cakar barunya juga tajam dengan jari-jari yang kuat. Bisa untuk menerkam mangsanya. Dengan penampilan barunya, elang akan menjalani 30 tahun kehidupan barunya sebagai remaja baru. Segar, lincah, dan semakin berbahaya”.
maka disini saya ingin mengatakan bahwa alam selalu akan mengajarkan kita tentang satu perubahan dalam hidup. Kita sesungguhnya telah memiliki garis takdir kehidupan kita masing-masing yang di tuliskan oleh Tuhan. Contohnya, orang Jakarta akan lebih sering naik mode transportasi, bis, mobil, kereta dibandingkan dengan orang yang berada di Lombok. Sebab di Lombok transportasi kereta api belum ada, bis juga masih jarang. Dan mobil hanya dimiliki oleh sebagian kecil masyarakat.
Itu yang kita sebut sebagai takdir kehidupan. Atau misalnya, orang Inggris tanpa perlu tes TOEFLE dia sudah mahir dalam berbahasa Inggris. Sebab sehari-hari dalam hidupnya ia menggunakan bahasa Inggris. Beda dengan orang Indonesia, karena sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia, maka ia perlu belajar bahasa Inggris, kemudia mengikuti tes Toefle untuk mengetahui sejauh mana kefahaman berbahasa Inggrisnya.
Jadi hidup ini memang sudah ada garis takdirNya. Tugas kita saat ini adalah menjalankan takdir itu. Tapi satu hal yang perlu kita ketahui bahwa kita tidak boleh mempasrahkan diri dengan takdirNya. Kita harus mampu merubah diri. Dan memiliki satu sikap untuk lebih maju dalam hidup ini.
Perubahan dalam diri hanya bisa terjadi kalau kita memiliki kemauan yang keras untuk berubah, melepas diri dari confert zone dan berani mengambil risiko kehidupan yang lain. Sama seperti cerita Elang diatas, ia harus naik ke puncak gunung, kemudian mengalami proses yang begitu menyakitkan untuk dapat merubah dirinya sendiri.
Pertanyaannya pada kita adalah maukah kita merubah diri kita dan menjadi orang yang lebih sukses.?  Saya sendiri tentu menjawab mau. Sebab saya juga menginginkan satu perubahan yang lebih baik menuju kesuksesan yang diimpikan.
Saya ingin bercerita tentang satu hal. Saat kini saya sedang berada di hotel kurnia jaya Mataram sampai dua malam kedepan dengan tariff 200 ribu permalam. Maka saya sebenarnya sedang berada di garis perubahan itu. Kenapa..? karena kalau ukuran kesuksesan itu adalah materi, maka akan ada tanda-tanda kesuksesan materi itu datang pada dirikita, saya meyakini kalau saat ini saya bisa menginap di hotel yang biasa-biasa saja, maka suatu saat nanti saya akan bisa menginap di hotel bintang 5. Hotelnya para pejabat, para artis, para bangsawan, dan para raja.
Tentu saja, perubahan hidup yang saya rasakan saat ini , tidak serta merta saya dapat. Ada perjuangan panjang nan melelahkan yang tidak pernah lepas dari hidup saya. Dan hingga kini dan nanti perjuangan itu masih terus dilakukan. Walaupun kita tahu bahwa kejenuhan akan sebauh perjuangan itu kadangkala datang menghampiri. Tapi ingat sebagai manusia jangan pernah mudah merasa puas dengan apa yang sudah di raih.
Kembali pada topik yang kita bahas. Bayangkan saja.. ketika memasuki jenjang kuliah dengan jurusan fakultas hukum. Sebenarnya saya tidak memiliki impian apapun selain menjadi orang sukses. Ketika saya bertanya kepada teman-teman mengenai alasan mereka masuk di fakultas hukum, banyak diantara mereka yang menjawab ingin jadi hakim, jaksa, pengacara, dosen dll.
Padahal saya sendiri tidak pernah tahu alasan saya masuk di fakultas hukum. Kuliah saya lalui dengan semangat, saya masuk di berbagai organisasi dengan tujuan membangun relasi dan jaringan persahabatan. BEM DPM pun saya masuki. Maka dengan bekal organisasi kampus itu, saya bisa pergi ke Jakarta, Bandung, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. Saya bisa merasakan nyamannya naik pesawat terbang, serunya naik kereta api, uniknya sambutan di hotel dalam sebuah acara.
Tapi semua impian itu butuh proses untuk meraihnya. Dan proses itu menyakitkan. Tidak ada yang gampang dalam hidup ini. Anda harus berjuang, meraih dan berusaha dengan keras mendapatkan impian itu.
Empat tahun masa kuliah, sayapun lulu dengan predikat sangat memuaskan. Loh kok sangat memuaskan, kenapa tidak cum laude..? he he he ... otak saya tidak seencer otak mahasiswa yang eksak. Sebenarnya saya mampu untuk meraih cumlaude. Andai saja saya selalu belajar dan membaca ulang catatan kuliah saya sebelum mengikuti ujian. Tapi saya jarang melakukan itu, saya lebih suka membaca buku dan koran daripada membaca catatan kuliah. Tapi okelah indeks prestasi komulatif (IPK) saya 3,42. Saat itu menjadi lulusan terbaik ketiga di regular pagi priode yudisium keempat September 2013.
Dengan IPK seperti itu Insya Allah saya masih bisa untuk mendapatkan beasiswa S2. Pasca kampus, saya tidak langsung balik kampung. Tapi tinggal di Mataram. Ngapain.,..? sayapun tidak tahu akan ngapain. Ilham Armand teman satu angkatan saya bertanya begitu. Tapi saya jawab keberadaan saya disini untuk membuka peluang saya melanjutkan S2, yang entah kapan itu terjadi.
Tak berselang lama, saya berhasil melanjutkan pendidikan pasca serjana. Tapi bukan S2.. loh kok bukan S2..? he he saya ikut program Sekolah Guru Indonesia. Seuah program pendidikan khusus profesi guru dan pengabdian 1 tahun di daerah terpencil. Soal SGI saya sudah sering menceritakannya ditulisan-tulisan sebelumnya. Jadi cukup ya cerita tentang SGInya.
Saya ingin katakana if there is a will, there is a way.  Yuppsss.. jika ada kemauan, pasti ada jalan. tak usah menunggu jalan dulu, yang penting ada kemauan. Maka Allah akan memberi jalanNya. Saya pun berhasil mengikuti pendidikan SGI dan lulus tahun ini. Sekembali dari sana, saya sampai dengan saat ini tidak sedang bekerja. Saya mengisi hari-hari saya dengan bercengkrama bersama adik-adik saya, keluarga, sahabat, rekan dan lainnya. Jadi praktis saya tidak sedang bekerja dan tidak sedang berpenghasilan.
Apakah saya dulu punya perencanaan pasca SGI..? tentu saja, tapi saya hanya merencanakan satu hal yaitu melanjutkan studi ke jenjang S2. Maka dua bulan terakhir ini saya coba ikut daftar beasiswa LPDP. Menjalani program tes toefle di Unram, yang hasilnya sangat mengecewakan, ha ha ha skor saya Cuma 313. But no problem masih bisa di ulang lagi nanti. Karena itu saya belum melangkah lebih jauh.
Saya juga mencoba melamar seorang wanita, hehehe... hasilnya lumayan positif, untuk saat ini saya masih harus menunggu dia, karena belum di “iya”kan.  Jadilah rencana S2 belum terealisasi, menikah juga belum jadi. Terus... ??? nikmati saja proses ini. Toh... hidup ini sudah ada jaminan rizki dari_Nya. O..ya, saya lupa ceritakan untuk mendapatkan kehidupan yang sukses kelak ataupun kini. Masa-masa kritis seperti yang saya alami saat ini memang wajib di lalui. Sebab inilah sebuah siklus, dimana kita sedang di uji sikap sabar kita dalam mengahadapi masalah pada diri kita, oleh Allah swt.
Kalau ujian pada masa ini berhasil kita lalui, Insya Allah kita akan siap dengan ujian yang lebih besar nanti. Dan kesuksesan yang kita impikanpun akan berhasil kita raih. Ingat tidak ada kesuksesan yang kita raih tanpa ujian. Semua butuh ujian dan proses agar menjadikan kita lebih kuat dan tangguh dalam menghadapi masalah.
Note: maaf ya kalau ada salah-salah ketik, soalnya belum sempat di edit.
Kurnia Jaya Hotel, 06.27 10/april/2016
Syukuri, nikmati, lakukan,..
Salam Sukses.
Ahmad Rizal Khadapi


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia