UNBK, Cermin Ketimpangan Kualitas Pendidikan Bangsa
![]() |
gambar ilustrasi |
Pembukaan
UUD 1945, kemerdekaan memiliki sebuah janji untuk (1) melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, (2) memajukan kesejahteraan umum,
(3) mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdsarkan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Seperti
kata mendikbud Anis Baswedan, pendidikan dapat dipandang sebagai proses penting
untuk memenuhi janji kemerdekaan. Pendidikan yang berkualitas akan mencetak
generasi masa depan yang berkualitas. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan dimaknakan sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menilik
makna pendidikan di atas, maka dapat di ambil beberapa unsur dalam pembangunan pendidikan nasional ;
a, Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana. b, mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif. c, mengembangkan potensi
peserta didik yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat
Kita
lahir dan kita tak mengerti apa-apa, kita belajar, tapi sejatinya kita juga
masih banyak tidak mengerti apa-apa. “pengetahuan sejati muncul ketika kita
mengetahui bahwa kita tak tahu apa-apa, dan dalam mengetahui bahwa kita tak
tahu apa-apa, itulah yang membuat kita menjadi orang terpandai,” ujar Socrates.
Dengan
mengetahui bahwa kita tidak tahu apa-apa, kita mestinya tidak pernah berhenti.
Tidak pernah mandeg mencari ilmu. Tidak selesai menggali ide. Seperti bejana
kosong jiwa punya kehausan berjalan terus menerus dalam tradisi belajar.
Pendidikan
sejati adalah proses membentuk jiwa dan karakter. Pendidikan bukan sekedar
sarana uji coba. Tapi ia lebih kepada inovasi perbaikan. Seperti kata Simon
Philips (2008) dalam Nur Saudah Al Arifa “karakter adalah kumpulan tata nilai yang
menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan prilaku yang
ditampilkan”.
kita
tentu mengapresiasi terselenggaranya ujian nasioanal berbasis komputer (UNBK).
Sedikit demi sedikit memberi ruang baru dalam proses perbaikan pendidikan
nasional. Esensi dari ujian nasional adalah untuk mengetahui rata-rata tingkat
kecerdasan anak Indonesia. Namun sangat kita sayangkan, bahwa UNBK secara tidak
langsung semakin jelas menggambarkan tumpang tindihnya kualitas pendidikan
nasional. Sekolah-sekolah perkotaan dengan gagah berani menghadapi UNBK karena
ketersedian fasilitas komputer yang memadai, jaringan internet yang cukup,
serta jaminan listrik dari PLN.
Sementara
sekolah-sekolah yang berada di daerah terpencil, tidak memiliki dana untuk
menyediakan komputer, masih merasakan ujian nasional yang khas, yakni ujian
nasional berbasis kertas. Sungguh sangat
menyedihkan sekali rasanya. Melihat ketimpangan dalam dunia pendidikan yang
semakin menganga lebar.
Kita
tahu, ini adalah usaha sadar pemerintah memperbaiki ketertinggalan pendidikan
Indonesia. Kita tidak tahu, apakah hasil UNBK akan menunjukkan keberhasilan
memperbaiki ujian nasional atau tidak. Dalam kunjungannya ke SMA Hangtuah
Surabaya saat memantau pelaksanaan UNBK di sekolah tersebut senin 4 arpil 2016,
Mendikbud Anis Baswedan mengatakan “pelaksanaan UNBK tidak dipaksakan pada
sekolah-sekolah yang tidak mampu
menyediakan komputer.”
Persoalan
keberhasilan pendidikan kita sesungguhnya tidak boleh di ukur hanya dari hasil
UN berupa angka-angka normatif. Karena kita tahu hasil UN akan menempatkan
siswa tertentu mendapatkan nilai terbaik, atau sekolah terntentu dinyatakan
meluluskan 100% siswanya, baik dengan UN berbasis kertas atau UN berbasis
komputer. Tapi yang paling penting dari pada pendidikan kita yaitu hasil
mansuia Indonesia setelah menjalankan sekian tahun proses pendidikan telah
mampu atau tidak melahirkan karakter manusia Indonesia sesuai cita-cita besar
bangsa ini?
Barangkali
kebijakan UNBK adalah hasil evaluasi pelaksanaan UN selama ini. Terutama, setelah
maraknya isu kebocoran kunci jawaban UN ketika hari pelaksanaan. Semoga saja UN
berbasis komputer mampu menjawab tantangan pendidikan nasional. Bukan hanya sebuah
proyek, atau bukan hanya sebuah akses mengejar ketertinggalan angka posisi pendidikan
dari negeri tetangga. Sekali lagi kita ingatkan kepada pemerintah untuk fokus
memperbaiki kerumitan pendidikan nasional kita. Agar generasi masa depan
Indonesia yang terlahir dari rahim sistem pendidikan negeri ini mampu membawa
kemajuan peradaban bangsa menuju Indonesia Jaya.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih