PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU PROSES PENCARIAN KEBENARAN
Kebenaran merupakan puncak dari
tujuan Einstein belajar. Disamping itu, tujuan Einstein belajar adalah untuk
mengabdikan dirinya kepada ilmu pengetahuan itu
sendri serta kepada masyarakat luas (Rahasia Cara Belajar Einstein, 2014). Dari
apa yang diniatkan Einstein dalam proses menuntut ilmu yang dia tekuni maka
kita memahami arti
dalam setiap pembelajaran (menekuni
kegiatan menuntut ilmu) sebagai bagian pendidikan diri
jelaslah untuk mencari kebenaran.
M.Husnaeni dalam bukunya
“Dan Allah pun Tertawa”menjelaskan
bahwa ada empat tahapan penting dalam melakukan kegiatan pendidikan supaya
dapat menghasilkan peserta didik yang memahami kebenaran yaitu:
1.
Mengajak peserta didik
untuk tilawah, membaca yaitu dengan tahapan mengeja deretan kalimat
dalam bacaan, serta
mengamati gejala-gejala alam (atau dalam bahasa modern-nya disebut riset (research)).
2.
Mengajak peserta didik
untuk melakukan tazkiyah
atau pembersihan diri
yaitu dimulai dari pemurnian niat menuntut ilmu
yakni bukan sebatas untuk keperluan dunia,
serta harus mengedepankan prilaku jujur dan amanah
dalam menuntut ilmu. Menurut beliau, apalah
makna ilmu setinggi langit kalau kelakuan sehari-hari selalu munafik.
3.
Mengajarkan Al-qur’an.
Kenapa…??? karena Al-qur’an merupakan wahyu Allah Swt dengan kebenaran yang
tak dapat patahkan
lagi. Sehingga semesetinya
para pembelejar sejati yang mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan patutnya
merujuk kepada Al-qur’an
dalam mengarungi lautan ilmu yang masih terpendam.
4.
Harus mampu
menghantarkan pserta didik mencapai puncak hikmah atau kearifan. Ilmu yang
dicapai bukan hanya sebagai modal hidup di dunia, melainkan menjadi bekal
perjalan di alam bak, serta menghantarkan manusia kepada jalan kepada-Nya.
Keempat
tahapan diatas beliau selami melalui Qur’an Surat Al-juma’ah ayat (2) dimana Allah berfirman
“Allahlah
yang telah mengutus seorang Rasul
Saw dari kalangan kaum Quraisy kepada bangsa yang ummi. Rasul Saw itu
membacakan ayat-ayat Allah
Swt kepada mereka, membersihkan jiwa mereka, dan
mengajarkan Al-Qur’an dengan Hikmah
kepada mereka ”.
Oleh
karena itu dapat difahami bahwa tujuan dari suatu pembelajaran yaitu untuk
mendapatkan kebenaran yang masih terpendam
nun jauh penuh kegaiban, harus terus digali dan dicari hingga setiap misteri
ala mini bisa teruaraikan menjadi suatu cahaya kebenaran.
Dan kebenaran itu sesungguhnya ada disekitar kita, ada dialam raya ini, ada
dalam Kitabullah. Allah SWT memerintahkan kita “untuk senantiasa (bertafakkur)
berfikir tentang ciptaan-Nya. Sebagaimana
firman-Nya bahwa “sesungguhnya berfikir
tentang ciptaan Allah itu jauh lebih banyak nilai ibadahnya”.
Proses
berfikir merupakan kegiatan yang bersifat individu ( dalam hal yang demikian inilah disebut
dengan pembelajara kognitif). Pada sisi
yang berbeda Allah juga memerintahkan kita untuk senantiasa beribadah
kepada-Nya secara berjamaah (bersama-sama) karena dengan demikian Allah akan membalasnya dengan pahala 27 derajat. Artinya, jika kita memikirikan, dan ingin mengambil hikmah
ilmu pengetahuan dari ciptaan Allah di alam semesta ini
melalui proses
berfikir yang dilakukan secara berjamaah/kerjasama,
itu lebih utama dari proses berfikir secara individu. Dalam proses
pembelajaran “kerjasama” sangat penting untuk menumbuhkan sifat tanggung jawab
sosial kepada peserta didik, hal demikian kita kenal dengan kecerdasan afektif.
Salah
satu tokoh pejuang kemerdekaan bangsa
Indonesia yakni M.Yamin sendiri telah
merumuskan
beberapa hal terkait dengan pendidikan Indonesia (M. Yamin Dan Cita-Cita
Persatuan, 2005);
1.
Pendidikan harus
didasarkan pada pengajaran yang bersendikan agama,
pendidikan dan pengajaran nasional bersendi pada agama dan kebudayaan bangsa
Indonesia yang menuju kearah keselamatan dan kebahagiaan Indonesia.
2.
Pendidikan perlu
diarahkan untuk mendukung adanya kebudayaan. Adanya kebudayaan yang baik dari suatu bangsa, muncul dari usaha pendidikan berbudidaya rakyat
seluruhnya.
3.
Pendidikan yang bebas
biaya kepada masyarakat kurang/tidak mampu.
4.
Sekolah menengah dibagi
menjadi dua bagian yaitu A (dari Alam)
dan B (dari Budaya), untuk menyesuaikan pengajaran dengan peserta didik.
Jika kita lihat
dari empat prinsip utama diatas, bahwa apa
yang menjadi alam pikiran M. Yamin tentang dunia pendidikan dalam proses
mencari kebenaran melalui
pendidikan sebagai suatu pondasi membangun bangsa. Beliau mendasarkan
pendidikan dan pengajaran harus bersendikan agama sebagai yang utama (di no.1).
Karena pada dasarnya beliau sangat sadar bahwa pendidikan tanpa agama akan
terasa gersang dan kering, pun sebaliknya agama tanpa ilmu pengetahuan akan
sulit untuk diketahui nilai –nilai kebenaran .
Sebagai
kesimpulan akhir, proses belajar dengan tujuan untuk mencari kebenaran, harus
tetap mengutamakan agama sebagai pondasi dasar. Maka dalam setiap kegiatan
pembelajaran seyogyanya nilai-nilai agama harus lebih banyak porsinya untuk
diberikan kepada peserta didik, baru kemudian berlanjut kepada nilai-nialai
sosial budaya kehidupan sehari-hari
yang berasas agama, dan terakhir adalah nilai-nilai
ilmu murni yang terkait dengan ilmu pasti
yang berasas agama. Sehingga hasil akhir yang
diharapkan adalah manusia Indonesia yang tahu akan kebenaran ilmunya, tahu cara
memanfaatkannnya, dan tahu pula mengapa ia harus memanfaatkan ilmu yang
didapatkannya hanya semata karena Allah
Swt.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih