TERIMAKASIH GURU...
Oleh
Ahmad Rizal Khadapi
![]() |
Gambar Ilustrasi (by.ARK) |
Sekitar jam 08.00 pagi tadi saya berangkat ke Pontianak dari
daerah penempatan saya sebagai guru relawan SGI Dompet Dhuafa angkata VII di
Desa Mengkalang, kecamatan kubu, kabupaten Kubu Raya. Kedatangan saya ke
Pontianak kali ini untuk menemani Mas Imam ( M. Fachrudin Imam) Manajemen SGI
untuk empat hari kedepan Insya Allah. Ia datang dalam rangka untuk supervisi sekolah
SDSI Sirojun Jadiid Pontianak dan untuk melakukan assessment kedua kali lokasi
penempatan SGI XVI di kecamatan Selimbau
Kabupaten Kapuas Hulu.
Sekitar pukul 12.15 pm saya sampai di Rumah Singgah
Pontianak, dan langsung ketemu dengan mas Imam. Kurang lebih 30 menit berbicara
sama beliau, saya lalu izin keluar untuk mencari Koran. Seperti biasa ketika
berada di kota saya selalu menyempatkan diri untuk membeli koran. Biasanya saya
akan membeli koran Kompas, Pontianak Post, dan Suara Pemred. Tapi kali ini saya
hanya membeli koran Kompas saja.
Halaman pertama Kompas edisi 23 November 2015 dibuka dengan
judul “Kecukupan Guru Masih Semu”. Saya penasaran dengan isi berita tersebut, tak
lama setealh itu sayapun membaca isinya lebih lanjut. Betapa terkejutnya saya
melihat data yang ditampilakn , dimana secara nasional Indonesia mengalami
kelebihan guru. Khusus untuk jenjang pendidikan dasar kebutuhan guru sebanyak
492.765 orang di 34 propinsi. sedangkan di porvinsi Kalimantan Barat kekurangan
guru sebesar 2.448. apakah Indonesaia benar-benar kelebihan guru..? ah
entahlah.... saya tidak ingin terlalu jauh bertanya soal itu. Yang jelas saya
sudah dan sedang merasakan bagaimana kelebihan guru itu, tidak berarti belum
bisa di maksimalkan pemerintah.
Berbicara soal guru memang tidak akan ada habisnya. Selalu saja
ada masalah dan masalah, baik mengenai kualitas, kuantitas, atau kesejahteraan
mereka. semoga hari guru nasioanl tanggal 25 November nanti bisa membawa secercah perubahan pada guru. Ketika berbicara tentang guru, saya jadi merenung tentang masa lalu
saya.
Baru kemarin rasanya saya
lulus dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Jika mengingat masa-masa itu,
sejujurnya, saya tidak hanya sekolah di SD. Tapi juga di Madrasah Ibtidaiyah
(MI). Saya masuk MI pada pertengahan tahun 1998, tahun dimana Indonesia mengalami
krisis moneter, karena spekulan yang berna George Soros. Saya mendaftar sekolah bersama ayah saya di
MI Tarbiyatul Muslimin, Dasan Malang, Desa Paok Motong, Kecamatan Masbagik.
Sebuah sekolah swasta
dengan sistem pendidikan pondok pesantren. Alasan ayah saya mendaftarkan saya
sekolah di sini adalah karena sekolah ini sekolah agama. Sehingga di harapkan
kelak ketika saya mendapat ilmu agama
saya bisa menjadi anak yang soleh.. Amiin. Namun saat itu saya ingat betul ibu
saya sangat ingin sekali saya sekolah di SD negeri, alasannya karena SD Negeri
lebih terjamin mutunya.
Sekarang saya sadar bahwa SD atau MI, sama-sama baik. Karena
saya juga pernah mengajar di dua model pendidikan dasar tersebut. satu tahun
yang lalu semasa magang, saya mengajar di MI Nurul Iman kab. Bogor, dan kini
mengajar di SD Negeri 12 Kubu kab. Kubu Raya.
Saat duduk di bangku kelas satu (1) MI Tarbiyatul Muslimin,
wali kelas saya bernama ibu Murni. Kami biasa memanggil beliau Ibu Guru Murni.
Beliau mendidik kami dengan baik, dengan riang, dan penuh gembira. Lagu pertama
yang masih saya ingat sampai dengan saat
ini adalah lagu potong bebek angsa. Ada juga kami diajar membaca
Al-qur’an, saat itu saya baru hafal tiga surat saja, yaitu Al ilkhlas (kulhu),
An-nas, dan Al-fatihah. Diantara tiga
surat itu, yang paling saya senangi adalah Al-ikhlas, karena mudah di hafal.
Saya belajar mengenal huruf
latin saat di ajar sama beliau juga, hurfu A, B, sampai Z. Saya bisa
tulis dan baca hingga saat ini karena jasa beliau. Rasanya saya ingin menyapa
beliau dari sini, Apa kabar... Ibu Guru Murni..? semoga engkau baik baik saja,
dan selalu menjadi guru yang hebat bagi kami. Tak tertandingi jasa –jasamu bagi
kami hingga saat ini. Saya ingin mengucapkan terima kasih guruku.
Pada saat saya
memasuki semester 2 kelas III, saya lalu dipindahkan oleh orang tua saya
ke SD N Rumeneng (kini SD Negeri 3 Paokmotong). Sebuah SD yang berada di
kampung ibu saya. Saya dipindahkan karena suatu hal yang sangat bersifat
Privasi. Bagi saya menemukan teman teman baru semasa kelas 3 adalah hal yang
luar biasa. Wali kelas 3 saya di SD bernama Ibu Guru Masitah. Saya tidak begitu
mengenal beliau, tapi saya masih ingat wajah beliau. Tidak berapa lama, saya
naik kelas 4, dan wali kelas saya adalah Ibu Guru Rohanah, biasa kami
memanggilnya ibu Anah.
Bagi saya beliau adalah guru yang special, beliau sangat
tahu bahwa sampai dengan kelas IV SD
saya masih belum terlalu pandai di mata pelajaran Matematika. Mata
pelajaran ini selalu membuat saya resah
ketika akan masuk sekolah. Karena biasanya saya akan diminta maju kedepan
mengerjakan PR. Ketika saya bilang .. maaf
bu, saya belum mengerjakan PR. Maka Ibu guru Anah, tidak sedikitupun
marah, malah sebaliknya ia lalu tersenyum manis dan mengatakan.... sini nak mari
ibu bantu, mana yang masih kesulitan
bagimu..
Setelah mendapat bantuan dari ibu guru Anah, saya masih
tetap diminta maju kedepan mengerjakan
PR di papan tulis. Beliau tahu kali ini saya tidak percaya diri maju ke papan tulis, dengan semangatnya beliau
lalu mengatakan. ‘ Ayo..nak kamu pasti bisa, jawabannya seperti apa yang ibu
ajarkan tadi...’. karena
motivasi-motivasi dari beliau, saya lalu mempunyai tekad untuk selalu
mengerjakan PR. Walaupun saya tahu..bahwa jawaban dari PR Matematika saya
selalu saja salah. Tapi beliau sekali lagi tidak pernah mempermasalahkan hal
tersebut. saya sangat senang belajar sama Ibu guru Rohanah, terima kasih guru.
Lulus dari SDN 3 Paokmotong, saya lalu masuk ke sekolah SMP
terbaik di kecatan temapat tinggal saya. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri
1 Masbagik menjadi tumpuan belajar saya selanjutnya. Kelas 1 jumlahnya mencapai
12 rombongan belajar. Dengan tiap rombongan belajar berisi 42 siswa. Saya duduk
di kelas 1.2 dari 1.1-.12, ada 41 teman saya dalam satu kelas. Di kelas satu
SMP saya mengenal mata pelajaran baru mulai dari fisika, biologi, geografi,
bahasa inggris, dan mata pelajaran pertukangan. Saya tidak tahu kenapa saya
belajar pertukangan waktu kelas satu SMP. Tapi paling tidak sampai dengan saat
ini saya masih bisa membuat paping blok karena mata pelajaran pertukangan yang
pernah diajarkan waktu kelas satu.
Bagi saya, selain Matematika mata pelajaran yang paling
sulit pada saat SMP adalah Bahasa Inggris. Hingga kini saya tidak terlalu bisa
menggunakan bahasa Inggris dalah kehidupan sehari hari. Karena memang jarang
saya gunakan, kira kira kalau disuruh ngobrol sama orang Inggris, saya pasti
akan bilang, oke..Mr .. Please... teach me English conversation.
Guru mata pelajaran Bahasa Inggris ketika saya kelas 1 SMP,
bernama pak Rumsiah. Beliau adalah guru yang hebat, karena mampu membuat mata
pelajaran Bahasa Inggris yang begitu sulit di aplikasikan menjadi sangat mudah
untuk di ucapkan. Gaya mengajar beliau begitu khas.. dengan sedikit bumbu
humor, Bahasa Inggris menjadi pelajaran yang menyenangkan. Dan semua teman teman
saya menjadi tahu bagaimana memperkenalkan diri pada orang lain menggunakan
Bahasa Inggris.
Hallo my friends...
How are you....?
I want to introduce my
self..
My name is Ahmad Rizal
Khadapi
I come from Rumeneng
I am thirteen years old
And now i am studying
English in Class 1 SMPN 1 Masbagik.
Thanks..
Memperkenalkan diri adalah salah satu materi pelajaran
Bahasa Inggris yang paling saya ingat. Bentuk percakapannya kurang lebih
seperti percakapan perkenalan diri diatas. Alhamdulillah saya bersyukur bisa di
ajar oleh beliau. Saya ingin sekali bertemu dengan beliau suatu saat nanti, dan
saya ingin mengucapkan Terima Kasih Guru.
2006 saya masuk ke jenjang Sekolah Menengah Kejuruan. Sekolah
yang di anggap kelas dua dibanding sekolah SMA. Melanjutkan studi ke jenjang
SMK adalah kesepakatan bersama antara saya dan ayah saya. Oleh pak Masihin,
saya di interviewe tentang berbagai macam hal, mulai dari cita-cita hingga
masalah pacar. Semua dilakukan untuk mendapatkan siswa yang terbaik.
Saya mengambil jurusan Perdagangan di SMK Negeri 2 Selong
kabupaten Lombok Timur. Bagi saya masa SMK adalah masa masa paling menyenangkan
sebagai remaja. Penuh dengan drama percintaan khas lagunya almarhum Chrise
(kisah kasih di sekolah). Ada satu guru yang paling membuat saya selalu
termotivasi di SMK. Namanya ibu Esty Rahayu Ningsih. Beliau berasal dari Jawa,
namun hijrah ke Lombok Timur pada saat menikah dengan suaminya.
Beliau mengajar mata Pelajaran Akutansi dan Kewira Usahaan. Sebelum
memulai kegiatan belajar, belaiau selalu bercerita tentang keluarga, bisnis,
dan pengalaman hidupnya. Selalu ada hikmah yang dapat kami petik dari cerita
cerita beliau ketika mengajar kami kelas III. Dan cerita cerita beliau membuat
saya termotivasi untuk menjadi seorang bpebisnis andal, walaupun saat ini hal
itu belum kesampaian. Namun efek cerita beliau kini terasa, cerita motivasi itu
membuat saya dapat melangkah jauh dari apa yang saya cita-citakan sendiri.
Salah satunya adalah membuat saya menjadi seorang guru di
daerah penempatan. Padahal saya bukan lulusan fakultas keguruan, melain seorang
serjana hukum (SH), sama seperti beliau. Karena beliaupun adalah seorang
serjana ekonomi (SE). Hingga kini saya masih termotivasi untuk terus melangkah,
sebagaimana nasehat motivasi beliau ketika itu. Saya ingin mengucapkan
terimakasih guruku.
Saya tidak akan bisa membalasa jasa-jasamu. Semoga Allah
Yang Maha Rohma dan Rohiim menyertai mu sepanjang masa.. Amiin, kini baru saya
sadari bahwa tugas seorang guru bukan hanya mengajar, mendidik, dan memimpin. Tapi
tugas guru lebih dari itu semua. Guru harus mampu membawa ruang baru bagi anak
didiknya. Suatu ruang yang tidak bisa dilihat oleh anak didiknya,tapi mampu
dilihat oleh sang guru. Kemudian mengarahkan anak didiknya untuk melalui,
menjalani, dan meraih segala sesuatu yang terdapat di ruang tersebut.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih