Menikmati Hujan di Kampung Qur'an
Begian terpenting dalam hidup kita adalah kebermaknaan. Ada satu
hadis dari Nabi SAW yang menyatakan "sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi hidupnya". Nah hadis ini telah memotivasi saya untuk menjadi bagian yang tidak kalah bermanfaatnya dari manusia yang lain. Saya bersyukur bisa berada disini, di kampung Rukem. Sebuah kampung yang terletak diantara perbukitan yang sangat menawan, hijau, rindang, dan peengan kesejukan. Tidak kalah penting tentu saja keramahan masyarakatnya. Bagi saya, inilah proses yang mahapenting dalam pembentukan rasa kebersyukuran dalam diri saya.
Setiap hari bertemu dengan masyarakat, bertemu dengan anak-anak dengan tingkah laku dan pola bermainnya yang menggemaskan, serta keceriaan ibu-ibu yang mengikuti pengajian setiap hari minggu. Mungkin Allah swt sedang mendidik saya juga sekarang, bahwa belajar tidak mesti di kampus, di kampung orang juga kita bisa belajar. Ya.., disinilah saya belajar tentang pentingnya menikmati hujan. Hampir setiap hari hujan turun disini, dan hampir setiap hari juga kami khawatir kalo-kalo terjadi bencana tanah longsor. Jangan tanya.., kalau hujan turun apakah listrik mati atau tidak..? tentu saja jawaban anda tepat.., bahwa listrik akan mati, malam ini saya berdoa walaupun hujan turun, tapi saya berharap listrik tidak mati sebab tesis saya belum rampung.
Kampung ini telah menggoreskan cerita tersendiri dalam kehidupan pribadi saya, cerita tentang masyarakat yang suka gotong royong, cerita tentang anak-anak yang selalu semangat untuk pergi sekolah dan datang mengaji, cerita tentang ibu-ibu yang selau memiliki waktu luang untuk menghafalkan Qur'an. Cerita tentang tingkah pola remajanya yang memiliki keinginan untuk bekerja di Jakarta. Begitu sederhana.., kehidupan warga disini, sehingga hampir-hampir saya tidak menemukan pembicaraan politik, apalagi isu hukum dan HAM.
Hujan.., telah menjadi energi tak terpisahkan bagi kampung ini. Begitu hujan turun rumputpun tumbuh, dengan tumbuhnya rumput, ternak-ternak kambing bisa dicarikan pakannya. Anda tahu ? 90% warga disini adalah peternak kambing. Pak Ponidi misalnya selain bekerja sebagai buruh harian lepas di kota, ia juga berternak kambing, ada sekitar 5 kambing yang dia punya. Begitupun halnya dengan mas Paino, bapak beranak satu ini sehari-hari bekerja sebagai buruh sebuah toko di kota, biasanya sebelum berangkat kerja jam 8 pagi, ia sudah mencari rumput untuk ternak kambingnya yang berjumlah 6 ekor. Pak Man juga sama.., setelah pulang dari kerja di kota sebagai buruh ia langsung mencari rumput untuk 5 ekor kambing yang ia pelihara.
Hujan.., telah menjadi berkah bagi warga. Tengoklah firman Allah dalam Qur'an surat An-Naba ayat 14 "dan kami telah turunkan dari awan air yang banyak tercurah " kemudian disambung ke ayat 15 "supaya kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan", lalu dalam ayat 16 Allah firmankan "dan kebun-kebun yang lebat?". Begitulah hujan, merupakan makhluk yang khusus Allah ciptakan dengan pengabdian untuk menumbuhkan biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan serta kebun.
Betapapun kita berfikir, hujan memiliki dua dimensi yakni bisa menjadi berkah bisa juga menjadi bencana. Oleh karena itu Nabi SAW mengajarkan kepada kita kalau hujan turun dianjurkan membaca doa "Allohumma Shoyyiban-Naafi'an", agar hujan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kita yang menikmatinya. Selain Bogor, barangkali kampung Rukem layak disebut sebagai kampung hujan, sebab hampir setiap hari hujan turun intensitas yang cukup tinggi.
hadis dari Nabi SAW yang menyatakan "sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi hidupnya". Nah hadis ini telah memotivasi saya untuk menjadi bagian yang tidak kalah bermanfaatnya dari manusia yang lain. Saya bersyukur bisa berada disini, di kampung Rukem. Sebuah kampung yang terletak diantara perbukitan yang sangat menawan, hijau, rindang, dan peengan kesejukan. Tidak kalah penting tentu saja keramahan masyarakatnya. Bagi saya, inilah proses yang mahapenting dalam pembentukan rasa kebersyukuran dalam diri saya.
Setiap hari bertemu dengan masyarakat, bertemu dengan anak-anak dengan tingkah laku dan pola bermainnya yang menggemaskan, serta keceriaan ibu-ibu yang mengikuti pengajian setiap hari minggu. Mungkin Allah swt sedang mendidik saya juga sekarang, bahwa belajar tidak mesti di kampus, di kampung orang juga kita bisa belajar. Ya.., disinilah saya belajar tentang pentingnya menikmati hujan. Hampir setiap hari hujan turun disini, dan hampir setiap hari juga kami khawatir kalo-kalo terjadi bencana tanah longsor. Jangan tanya.., kalau hujan turun apakah listrik mati atau tidak..? tentu saja jawaban anda tepat.., bahwa listrik akan mati, malam ini saya berdoa walaupun hujan turun, tapi saya berharap listrik tidak mati sebab tesis saya belum rampung.
Kampung ini telah menggoreskan cerita tersendiri dalam kehidupan pribadi saya, cerita tentang masyarakat yang suka gotong royong, cerita tentang anak-anak yang selalu semangat untuk pergi sekolah dan datang mengaji, cerita tentang ibu-ibu yang selau memiliki waktu luang untuk menghafalkan Qur'an. Cerita tentang tingkah pola remajanya yang memiliki keinginan untuk bekerja di Jakarta. Begitu sederhana.., kehidupan warga disini, sehingga hampir-hampir saya tidak menemukan pembicaraan politik, apalagi isu hukum dan HAM.
Hujan.., telah menjadi energi tak terpisahkan bagi kampung ini. Begitu hujan turun rumputpun tumbuh, dengan tumbuhnya rumput, ternak-ternak kambing bisa dicarikan pakannya. Anda tahu ? 90% warga disini adalah peternak kambing. Pak Ponidi misalnya selain bekerja sebagai buruh harian lepas di kota, ia juga berternak kambing, ada sekitar 5 kambing yang dia punya. Begitupun halnya dengan mas Paino, bapak beranak satu ini sehari-hari bekerja sebagai buruh sebuah toko di kota, biasanya sebelum berangkat kerja jam 8 pagi, ia sudah mencari rumput untuk ternak kambingnya yang berjumlah 6 ekor. Pak Man juga sama.., setelah pulang dari kerja di kota sebagai buruh ia langsung mencari rumput untuk 5 ekor kambing yang ia pelihara.
Hujan.., telah menjadi berkah bagi warga. Tengoklah firman Allah dalam Qur'an surat An-Naba ayat 14 "dan kami telah turunkan dari awan air yang banyak tercurah " kemudian disambung ke ayat 15 "supaya kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan", lalu dalam ayat 16 Allah firmankan "dan kebun-kebun yang lebat?". Begitulah hujan, merupakan makhluk yang khusus Allah ciptakan dengan pengabdian untuk menumbuhkan biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan serta kebun.
Betapapun kita berfikir, hujan memiliki dua dimensi yakni bisa menjadi berkah bisa juga menjadi bencana. Oleh karena itu Nabi SAW mengajarkan kepada kita kalau hujan turun dianjurkan membaca doa "Allohumma Shoyyiban-Naafi'an", agar hujan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kita yang menikmatinya. Selain Bogor, barangkali kampung Rukem layak disebut sebagai kampung hujan, sebab hampir setiap hari hujan turun intensitas yang cukup tinggi.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih