Pinangan dari Taiwan

Saya kagum sama teman saya, ia mendapatkan undangan untuk melanjutkan studinya (tingkat magister) ke luar negeri yaitu Taiwan. Sebelum ia lulus dari kampusnya, fakultas keperawatan Universitas Airlangga undangan itu telah sampai ke alamat rumahnya. Tapi ia lebih memilih untuk tidak mengambil undangan itu. Bagi saya, keputusannya menolak itu memang agak aneh. Tapi..., mungkin dia punya pertimbangan lain untuk tidak mengambil undangan itu.

Sebelumnya, ia juga mendapatkan kehormatan menjadi delegasi yang ke Belanda. Kisah-kisah perjalanannya ke Belanda saya baca melalui akun facebooknya. Sepertinya pengalaman keliling Eropa itu telah mengalahkan sebuah pengalaman untuk bisa hidup di Taiwan.

Tahun lalu ia juga mendapatkan kesempatan ke Amerika Serikat, saya tidak tahu agenda kepergiannya  apa, tapi sepertinya kegiatan kepemudaan sedunia, dimana ia adalah salah satu wakil dari kawasan ASEAN. Saya sempat bertemu dengannya tahun 2015 lalu di Universitas Tanjungpura Pontianak ketika ada acara kemahasiswaan.

Pertemuan pertama kami terjadi tahun 2012 silam di Universitas Negeri Semarang, saya delegasi dari Universitas Mataram, sementara dia dari Universitas Airlangga, dalam agenda sebagai ketua dari lembaga masing-masing (DPM, red). Pengalamannya yang sangat banyak disertai dengan pembawaan yang kalem menunjukkan kecerdasannya.

Saya selalu mengamati status facebooknya, tulisan-tulisannya sangat menginspirasi saya. Baru-baru ini dia membuat blog pribadinya, barangkali untuk lebih fokus menuliskan ide-ide yang dimiliki, maupun membagi pengetahuan yang dia dapatkan.

Filsafat adalah salah satu pembahasannya. Dalam beberapa tulisannya saya mengamati dia selalu mengutip filsuf kebangsaan Francis yaitu Rene Descartes, dengan kata-katanya yang paling terkenal “Aku berfikir, maka aku hidup”.

Bagi saya, ia memiliki komitmen yang jelas dan tekad yang kuat terhadap diripribadinya. Sehingga apapun yang jadi keputusannya adalah bagian terpenting dalam hidupnya yang tidak mampu dipengaruhi orang lain.

Maka siapapun kita, kita perlu belajar dari keteguhannya. sesungguhnya harta benda yang paling berharga dalam dirikita adalah ketika bebas memutuskan segala hal yang berkaitan dengan hidup kita. Sebab kita sendiri yang akan mendapatkan sisi terbaik maupun sisi kurang baik dari keputusan itu.

Saya belajar darinya, tentang kebesaran hatinya untuk tidak menerima pinangan kampus dari Taiwan. Lebih memilih untuk mencari jalan yang lain, konsisten terhadap impiannya, sebab ia tahu pinangan dari Taiwan adalah godaan untuk menggapai impian yang sesungguhnya.

Semoga kesuksesan menyertaimu kawan...!!!! 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia