Bunda Jumi
Bunda Jumi
Saya panggil beliau dengan sebutan ibu. Keluarga baru saya di kampung ini. Nama
lengkapnya Bu Jumilah, kelahiran lima puluh tahun silam. Sering kali bercerita banyak hal kepada beliau, terutama tentang keluarga. Suka sekali kalau dimasakkan mi Jawa dengan kuah yang lezat dan panas.
Dua tahun disini, selain beliau ada juga Bu Painah. Biasa di panggil Ibu Nah. Saya tinggal di rumah beliau, bersama embah Pon dan embah Min. Pak Man juga Tito anak laki-laki yang paling kecil. Anak ibu Nah yang wanita bekerja di Semarang, bernama Lilin Suranti.
Setiap hari saya selalu dimasakkan banyak menu oleh beliau. Mulai dari oseng-oseng sampai ikan rese ( ikan asin yang di keringkan). Paling suka kalau di masakkan sayur-sayuran, itu masakan kesukaan saya. Sayangnya saya gak bisa makan tahu atau tempe bacem hehehe..., Kenapa emangnya...???
Gak tahu sih..., Tapi rasa manisnya itu belum pas di lidah saya, yang sedari dulu kebanyakan makan pedas. Khas orang Lombok banget.
Kembali ke bunda Jumi ...begitulah saya memanggil beliau
Bunda Jumi ini luar biasa. Sehari-hari bekerja dengan membuka kios mini. Jualannya sederhana, mulai dari lotek, tahu berontak, tempe goreng, rolade, sampai berbagai macam es.
Ada juga produksi kimpul olahan.
Kimpul itu sejenis umbi-umbian.
Saya lupa bahasa Indonesianya apa. Tapi kayaknya kimpul juga.
Ada olahan tela juga.
Terbiasa bangun jam 3 pagi untuk masak dan menyiapkan berbagai macam barang dagangan, bersama anaknya yang bernama Fatma.
Fatma masih kelas X SMA di SMA 1 Purworejo,
Anak paling kecil dari empat bersaudara. Kedua kakak perempuannya sudah menikah, juga kakak laki-lakinya. Dan semua anak bunda Jumi hidup mandiri. Yang paling besar tinggal di Jakarta. Sementara yang perempuan ikut suaminya. Tinggal Fatma jadi penerus cita-cita keluarga.
Biasanya bunda Jumi mengisi pengajian mingguan. Terutama jadi pemateri kajian fiqh bagi ibu ibu warga kampung dua pekan sekali di Musholla Miftaahul Hudaa Rukem. Belakangan ini beliau juga ikut mendampingi saya pada kegiatan remaja Muslim saat malam Sabtu Yasinan Remaja. Beliau bertindak sebagai pembuka materi atas nama keluarga. Senang rasanya..., Sebab saya pikir dukungan dakwah makin bagus, selepas ini bisa saya tinggal pulang kampung halaman.
Bunda Jumi punya cita-cita melihat Fatma kuliah. Insya Allah masuk UGM kalau bisa Harvard University USA sekalian. Dukungan hati sepenuh hati tentu saja selalu mengalir dari bunda Jumi. Bagaimanapun caranya Fatma kelak harus kuliah, tutur beliau di satu pagi saat saya berkunjung ke rumahnya. Suami beliau benrama pak Wito Utomo bekerja di kota, sebagai pegawai bangunan. termasuk karakteristiknya tidak terlalu banyak bicara/pendiam orangnya, mungkin itu juga karakter yang mengalir ke Fatma, si bungsu yang selalu khas senyumnya.
Cucu bunda Jumi cukup banyak. Yang terbaru bernama Mutia anak dari embak yu Wulan. Semoga makin banyak Insya Allah Walhamdulillah. Banyak anak banyak rizki kata Nabi SAW. Cucu yang paling besar kalau tidak salah si Agun. Dua bulan lalu ikut khataman Qur'an. Sudah menghafal QS Al Mulk. Suaranya mirip Syaikh Musyairi Rasyid Fatahillah.
Kalau tidak salah cucu beliau ada tujuh. Hehehe maaf saya kurang tahu berapa jumlah totalnya. Tapi insya Allah saya akrab sama beliau. Sudah jadi ibu saya disini soalnya. Sering curhat ke beliau, juga sering main ke rumahnya beliau. Mudah-mudahan kelak bisa membalas jasa beliau dan jasa semua ibu-ibu yang sudah merawat saya di kampung ini ..Aamiin ...Allohumma Aamiin ...
Saya panggil beliau dengan sebutan ibu. Keluarga baru saya di kampung ini. Nama
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3RyIinU_QGJFmwk0nrCPFyMJ0IEoGRQDXn0S_XO4vco2TFRzLRGmS1lLLTlqv4CswSzixrL6pNRdE8MM1gcZh9FjfCD1SbGKUFF9OAaYXSeGOhJxRPIZiqorVvBX2jKuxlPGYW0LPiN0/s320/IMG_20190109_195258.jpg)
Dua tahun disini, selain beliau ada juga Bu Painah. Biasa di panggil Ibu Nah. Saya tinggal di rumah beliau, bersama embah Pon dan embah Min. Pak Man juga Tito anak laki-laki yang paling kecil. Anak ibu Nah yang wanita bekerja di Semarang, bernama Lilin Suranti.
Setiap hari saya selalu dimasakkan banyak menu oleh beliau. Mulai dari oseng-oseng sampai ikan rese ( ikan asin yang di keringkan). Paling suka kalau di masakkan sayur-sayuran, itu masakan kesukaan saya. Sayangnya saya gak bisa makan tahu atau tempe bacem hehehe..., Kenapa emangnya...???
Gak tahu sih..., Tapi rasa manisnya itu belum pas di lidah saya, yang sedari dulu kebanyakan makan pedas. Khas orang Lombok banget.
Kembali ke bunda Jumi ...begitulah saya memanggil beliau
Bunda Jumi ini luar biasa. Sehari-hari bekerja dengan membuka kios mini. Jualannya sederhana, mulai dari lotek, tahu berontak, tempe goreng, rolade, sampai berbagai macam es.
Ada juga produksi kimpul olahan.
Kimpul itu sejenis umbi-umbian.
Saya lupa bahasa Indonesianya apa. Tapi kayaknya kimpul juga.
Ada olahan tela juga.
Terbiasa bangun jam 3 pagi untuk masak dan menyiapkan berbagai macam barang dagangan, bersama anaknya yang bernama Fatma.
Fatma masih kelas X SMA di SMA 1 Purworejo,
Anak paling kecil dari empat bersaudara. Kedua kakak perempuannya sudah menikah, juga kakak laki-lakinya. Dan semua anak bunda Jumi hidup mandiri. Yang paling besar tinggal di Jakarta. Sementara yang perempuan ikut suaminya. Tinggal Fatma jadi penerus cita-cita keluarga.
Biasanya bunda Jumi mengisi pengajian mingguan. Terutama jadi pemateri kajian fiqh bagi ibu ibu warga kampung dua pekan sekali di Musholla Miftaahul Hudaa Rukem. Belakangan ini beliau juga ikut mendampingi saya pada kegiatan remaja Muslim saat malam Sabtu Yasinan Remaja. Beliau bertindak sebagai pembuka materi atas nama keluarga. Senang rasanya..., Sebab saya pikir dukungan dakwah makin bagus, selepas ini bisa saya tinggal pulang kampung halaman.
Bunda Jumi punya cita-cita melihat Fatma kuliah. Insya Allah masuk UGM kalau bisa Harvard University USA sekalian. Dukungan hati sepenuh hati tentu saja selalu mengalir dari bunda Jumi. Bagaimanapun caranya Fatma kelak harus kuliah, tutur beliau di satu pagi saat saya berkunjung ke rumahnya. Suami beliau benrama pak Wito Utomo bekerja di kota, sebagai pegawai bangunan. termasuk karakteristiknya tidak terlalu banyak bicara/pendiam orangnya, mungkin itu juga karakter yang mengalir ke Fatma, si bungsu yang selalu khas senyumnya.
Cucu bunda Jumi cukup banyak. Yang terbaru bernama Mutia anak dari embak yu Wulan. Semoga makin banyak Insya Allah Walhamdulillah. Banyak anak banyak rizki kata Nabi SAW. Cucu yang paling besar kalau tidak salah si Agun. Dua bulan lalu ikut khataman Qur'an. Sudah menghafal QS Al Mulk. Suaranya mirip Syaikh Musyairi Rasyid Fatahillah.
Kalau tidak salah cucu beliau ada tujuh. Hehehe maaf saya kurang tahu berapa jumlah totalnya. Tapi insya Allah saya akrab sama beliau. Sudah jadi ibu saya disini soalnya. Sering curhat ke beliau, juga sering main ke rumahnya beliau. Mudah-mudahan kelak bisa membalas jasa beliau dan jasa semua ibu-ibu yang sudah merawat saya di kampung ini ..Aamiin ...Allohumma Aamiin ...
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih