MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN

MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN

Perbedaan paling dahsyat antara kita dengan pendahulu adalah kemajuan teknologi. Hari ini perkembangan teknologi telah memacu kita untuk semakin dan lebih cepat bertindak. Tidak perlu ada lagi pesan yang dihantar dengan tempo waktu yang begitu lama. Dulu orang menulis surat selembar, dua lembar, tiga lembar, bahkan lebih kemudian mengirimkan via pos, si penerima akan menunggu dalam jangka waktu sepekan, atau bahkan lebih dari itu.

Tidak demikian halnya dengan keadaan saat ini. Kita bisa menulis pesan dan langsung mengantarkannya, seketika itu juga bisa langsung di baca, tanpa ada hambatan apapun asalkan punya paket data. Kita bisa mengirim video, gambar, dan berbagai macam konten lain yang berkaitan dengan informasi dengan sangat cepat. Mungkin saja di masa depan barang yang kita kirim via pos juga akan bisa dikirim secara online dengan cepat.

Menjawab tantangan zaman adalah pertanyaan tersendiri. Sepuluh tahun yang lalu saya masih menemukan bagaimana sulitnya membuat tiga ratus karakater tulisan di secarik kertas menggunakan mesin ketik saat masih duduk di kelas 1 SMA. Sedangkan hari ini, semua sudah berubah, tidak ada lagi kita temukan mesin ketik. Bahkan melalui aplikasi di handphone pintar yang kita pegang, kita bisa melakukan tugas dan fungsi yang sama dengan mesin ketika tanpa ada bunyi sama sekali dan dengan kecepatan yang jauh berpuluh-puluh kali lipat.

Saat saya kecil, permainan-permainan games hanya terpola pada playstasion saja, dan menunggu waktu beberapa lama untuk dapat menikmati permainan itu, dengan cara menyewanya ke pemilik PS. Hari ini kita menemukan sejumlah permainan di playstasion yang biasa kita temukan dulu sudah ada di satu genggaman smartphone, tinggal di download saja. Begitulah zaman berubah dengan sangat cepat, tidak ada yang menyangka. Bahwa semua akan sangat cepat perubahannya.

Tapi ada kondisi terbalik yang kita temukan di desa-desa terpencil dan pelosok yang ada di Indonesia, tidak hanya di luar Jawa, bahkan di Jawapun keadaan ini masih sama. Persoalan itu adalah IMPIAN dan MENTAL. Nampaknya mental kita tidak berubah sejak zaman penjajahan. Mental takut menghadapi masa depan dan takut memiliki cita-cita, takut untuk berubah menuju zaman yang lebih baik masih kental dalam masyarakat kita.

Kita menemukan banyak anak-anak tidak memiliki wawasan yang cukup luas dengan cita-cita yang besar. Cita-cita yang sama pada pada zaman saya kecil masih saya dapatkan pada kepolosan anak anak zaman sekarang. Nampaknya sekolah belum mampu menjawab tantangan zaman. Belum mampu memprediksi dan merekayasa anak didiknya ke masa depan. Tidak banyak memang perubahan strukturan yang kita temukan dalam masyarakat. Semua masih memegang teguh sisi-sisi komunalisme yang menyebabkan tersumbatnya akses wawasan kemasa depan.

Bagaimana kita menghadapi tantangan masa depan, tergantung bagaimana kita mendidik generasi bangsa saat ini. Tak ada tantangan zaman yang tidak bisa di jawab. Hanya saja kita melihat hilangnya peran negara dalam mempersiapkan generasi masa depan menjawab tantangan zaman. Masyarakat dibiarkan mencari bentuknya sendiri, dan masih mengurus tema tema lama tentang kebiasaan yang sudah ada.

Ada rasa miris dalam hati, ketika misalnya banyak orang lebih sering berkumpul untuk makan-makan daripada berdiskusi, banyak orang lebih sering berkumpul untuk berbicara kesana kemari daripada membicarakan arus kemajuan. Banyak orang lebih sering berkumpul menjalankan ritus agama daripada meneliti keagamaan itu sendiri. Maka posisi yang terjadi saat ini adalah stagnansi ilmu pengetahuan dalam masyarakat. Kita lupa mempersiapkan masyarakat untuk menjadi lebih baik dan maju di masa depan.

Menonton tv masih menjadi acara keluarga yang favorit setiap kali ada waktu luang daripada berdiskusi banyak hal tentang pengetahuan bersama keluarga. Bahkan di momen malam pergantian tahun sekalipun, lebih banyak orang pergi melihat acara musik dangdutan daripada berpikir untuk memperbaiki diri, membuat resolusi dan rencana, serta bersyukur telah menemukan tahun baru. Tentu saya tidak ingin dikatakan sebagai orang yang kaku. Tetapi problem menjawab tantangan zaman ini amat serius harus kita perbincangkan dan diskusikan, agar kita tidak otomatis termakan zaman, tidak otomatis menjadi korban konsumerisme zaman. Dan tak lupa kita harus menciptkan masa depan yang lebih tepat bagi kehidupan dan keberlanjutan dunia.

Lebih dari itu, maka mari kita lihat bagaimana keadaan kita saat ini. Dimana waktu demi waktu telah mengharuskan kita untuk menjadi yang lebih tepat  cepat dari yang lain. Cukup fokus pada kekuatan yang kita miliki, dan mengembangkannya menjadi lebih baik kembali. Kita tidak pernah tahu hari esok akan seperti apa. Tetapi kita tidak mungkin hidup dalam keadaan yang sama terus menerus. Sebab sesungguhnya manusia memiliki kecendrungan untuk terus berubah dan lebih baik. Tantangan di setiap zaman akan berbeda, genre musik tahun 90-an, 2000-an, hingga awal milenial ini sungguh sangat jauh berbeda. Tetapi berapa orang diantara kita yang menyadari bahwa zaman sudah berubah. Cara menghadapinya juga berbeda dengan cara zaman dulu. Perkembangan teknologi kini mengharuskan kita saling tersambung satu sama lain. Sebenarnya selain tulisan, ada video yang bisa digunakan sebagai media komunikasi. Tetapi kita masing-masing tahu perbedaannya, dan tingkat cara belajar setiap orang berbeda-beda, ada yang lebih suka dengan cara membaca, ada juga dengan mendengar dan melihat video tutorial. Tetapi umumnya budaya yang tidak pernah hilang dari zaman dulu adalah budaya tulis menulis. Oleh karena itu salah satu cara menghadapi  tantangan zaman adalah dengan memperbanyak tulisan.

Sharing tentang pengalaman dan keadaan kita saat ini. bisa jadi dengan begitu kita akan memberikan inspirasi kepada orang lain. Memberikan kemampuan membaca cepat pada orang lain. Dan budaya iniah yang terlewati di generasi kita saat ini. Mereka melewati budaya baca, sebelum masuk ke budaya teknologi. Akhirnya kita hanya menemukan anak-anak yang memainkan handphone sekedar untuk main game, chating via wa, membuka facebook, dll. Padahal hp bisa digunakan untuk mencari dan menyimpan berbagai macam materi pelajaran sekolah. Sayangnya hal ini tidak dimanfaatkan oleh banyak anak, dan guru di sekolah sepertinya lebih suka melarang anak didiknya membawa hp daripada mengarahkannya untuk menjadikan hp sebagai media belajar.

Kita tidak bisa mengalahkan zaman. Sebab zaman sendiri berubah merupakan kepastian yang tidak bisa dipungkiri. Tinggal saat ini bagaimana menhadapi tantangan zaman agar kita bisa melewati peradaban negara maju yang sudah jauh lebih kompelks. Mari kita berhenti sejenak, repot dengan hal-hal tidak penting yang membuat waktu kita terbuang sia-sia, seperti ngobrol dan ngumpul tanpa makna, atau sekedar kumpul makan-makan tanpa membicarakan sesuatu yang lebih urgent tentang masa depan diri dan dunia. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia