MIMPI-MIMPI REMAJA RUKEM

bersama remaja putri rukem



Erna bercerita kepada saya tentang keinginannya untuk lanjutkan study di sekolah tinggi kesehatan yang ada di kota Yogyakarta. Ia baru sekarang duduk di kelas XII salah satu sekolah menengah kejuruan (SMK) yang ada di Purworejo. Karena biasanya ia dan teman-teman sering ikut kegiatan yasinan malam sabtu, maka sesekali saya bertanya tentang keinginan masa depannya, terutama pada tahun 2019.


Selain Erna ada juga Cahya, ia masih duduk di bangku kelas X salah satu SMK yang ada di Purworejo. Anak dari pak Giono termasuk yang paling menonjol karena tinggi badannya paling cocok kalau ikut tes Polisi Waniti. Barangkali akan langsung diluluskan. Sudah sesuai persyaratan. Ia anak kedua dari pasangan Pak Sugiono dan Ibu Igo.


Kemudian ada Linda anak tunggal dari bu Ayem, ia merupakan siswi SMK juga di salah satu sekolah kejuruan di Purworejo. Ia mengambil jurusan tata busana, dan hampir setiap hari ada tugas membuat pola dari sekolah. Pernah satu kali saya lihat gambar pola yang sudah selesai di buatnya, dan amat sangat bagus dalam pandangan saya.


Ada Isti juga yang mengambil jurusan tata busana di sekolah yang sama dengan Linda. Ia punya keinginan untuk membeli mesin jahit pada tahun 2019. Salah satu keinginan paling besarnya yang jadi resolusi di awal tahun baru ini. Semoga saja tercapai apa yang jadi keinginannya.


Beda dengan Tegar, anak pertama dari pak Kukuh ini memiliki keinginan untuk mengganti motornya pada tahun 2019. Dari motor metic ke motor laki, karena biar lebih percaya diri ke sekolah. Entah bagaimana caranya, tapi ia ingin tahun 2019 ini bisa mempunyai motor laki katanya pada saya saat saya tanya keinginan paling kuatnya pada tahun 2019.

Begitu juga dengan Rizki, tahun 2019 ia ingin memiliki motor baru sebab motor lamanya terlalu lambat, ungkapnya. Selain itu juga ia ungkapkan caranya yaitu dengan menjual handphone miliknya agar bisa melakukan tukar tambah dari hasil jual handphone itu. Hemmm.....!!! bagus juga idenya, tapi kurang solutif karena ia akan kehilangan salah satu barang berharga yang paling susah di dapatkannya. Rizki baru kelas IX MTs di Purworejo. Anak dari pak Jumeri ini dulu terkenal cerdas di sekolah sewaktu masih SD, tapi berangsur-angsur prestasinya kurang memuaskan saat masuk MTs.

Bagian saya disini adalah melakukan motivasi pada mereka. Pembinaan diluar sekolah dan sekaligus menjadi guru juga bagi mereka. Kadang merasa sebaya karena sesekali saya memanggil mereka dengan sebutan teman-teman. Tapi seringkali mereka memanggil saya dengan sebutan ustadz...hemmm..., panggilan yang sudah terlanjur umum saya terima disini sejak saya baru datang. Padahal seringkali saya katakan kepada warga bahwa aslinya saya bukan seorang ustadz, sebab saya tidak pernah mondok selama sekolah dulu. Walaupun begitu, ya memang..., dari kalangan keluarga saya juga banyak pendidikan agama saya terima terutama dari embah de saya.

Keinginan yang paling besar bagi saya disini tentu saja tetap menemani mereka hingga mereka mendapatkan cita-cita yang mereka kejar. Saya suka berandai-andai bahwa diantara mereka kelak ada yang akan kuliah di luar negeri dan membawa perubahan bagi kampung halamannya. Sementara saya sudah di kampung saya yang ada di Lombok. Tidak ada warisan yang paling berharga selain warisan ilmu. Saya berharap semua proses ini akan menjadikan saya lebih baik lagi. Bahwa Tuhan telah menitipkan jiwa raga saya disini untuk membina mereka.

Saya juga menganggap bahwa keberadaan saya disini sebagai bagian dari proses transformasi diri menjadi seorang yang sedang menuntut ilmu. Kita ingat firman Allah, "tidak septautnya bagi kaum mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Seyogyanya dari tiap-tiap golongan di antara mereka ada sekelompok orang yang memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka kembali kepadanya, supaya mereka dapat mengaja dirinya (QS at-Taubah [9]: 122)".

Menurut Hamim Ilyas, ayat ini memerintahkan agar ada sebagian umat yang memperdalam pengetahuan tentang agama yang diungkapkan dengan li yatafaqqahu fi ad-din. Begitulah kita kira-kira menebar manfaat, bagi saya semua akan indah pada saatnya. Menjadi bagian tidak terpisahkan dari mereka adalah sesuatu yang sangat mengasyikkan yang membuat jiwa saya selalu tertantang dan selalu muda. Bagi saya mereka adalah ladang amal ibadah, ladang yang terus membuat saya belajar tentap penerapan ilmu agama. Ilmu yang selama ini saya coba perdalam di sekolah atau perguruan tinggi.

Bagian kita memang berbeda-beda, mimpi-mimpi mereka adalah mimpi saya juga. Sebab semua akan menjadi mimpi kolektif untuk membangun bangsa, agama, dan negara ini. Semoga mimpi-mimpi mereka Allah izinkan untuk mereka raih. Doa kita selalu mengalir untuk terus berharap pada yang Maha Kuasa Allah swt. dan bagi kemajuan negeri ini. Agar kelak kita bisa berdiri lebih tinggi daripada bangsa Barat maupun bangsa-bangsa lain yang telah membuat kita rendah.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia