Langit Cita-Cita

Langit tanpa warna

Harus saya bisa meresapi makna dibalik
Yeni, Fatma, Isti, dan Tegar
adanya saya disini. Dua tahun sudah lewat, ditemani banyak cerita warga, budaya, sosial, dan keagamaan. Selalu saja ada yang bisa dibikin cerita dari kampung tengah bukit ini. Syukurnya begitu, sedihnya tentu saja semua terlalu monoton. Tidak banyak aktifitas, juga tantangan yang membangkitkan jiwa muda. Tapi dibalik itu saya jadi tahu bahwa kehidupan masyarakat desa memang di disgn Tuhan dengan mode lambat.

Kemarin Isti dan Fatma saya minta datang ke rumah. Saya mau kasih buku buku koleksi saya, dari kamus hingga buku kuliah. Selain ke mereka saya titipkan juga untuk Erna satu buku bertemakan kesehatan. Fatma dan Isti dua remaja kampung ini yang selalu aktif. Mereka sekarang masih SMA. Seringkali saya tanya cita-cita yang terpendam dalam diri mereka. Fatma bercita cita masuk FEB (Fakultas Ekonomi dan Bisnis) UGM. Sementara Isti belum punya cita cita apapun. Erna lebih berani lagi, ia ingin masuk sekolah tinggi kesehatan di Yogyakarta tapi ibunya belum mengizinkan, keinginan ibunya adalah melihat Erna kuliah di seputaran Purworejo saja. Sebab Erna seringkali sakit sakitan. Hati Erna pun kerasa hancur. Ia curhatan hal itu pada saya tiga pekan yang lalu.

Saya belum bisa memberi solusi apapun. Saya hanya mendengar keinginan terdalam hatinya. Dan berusaha memberikan motivasi terbaik. Dua hari yang lalu saya datangi rumah nya dan disuguhkan beberapa makanan plus minuman. Maksud hati ingin bicara sama bundanya, tapi belum kesampaian.

Begitu juga Fatma. Seringkali saya bicara banyak sama ibunya. All out mendukung anaknya kuliah dimana pun. Akhirnya saya kasih tantangan melanjutkan studi di Havard Law School. Daripada nanggung hanya sampai di UGM Yogyakarta. Mending ngambil hukum sekalian di Harvard. Dia anak yang pintar, satu satunya remaja sini yang mampu masuk SMA 1 Purworejo. Tentu memiliki peluang lebih besar untuk lanjut studi. Apalagi beasiswa sudah makin banyak. Di sekolah ia ngambil jurusan IPS. Saban hari saya tanya rangking berapa, ia jawab rangking 11. Sudah lumayan untuk ukuran dia yang baru semester 1 kelas X.

Buku TOEFl dan buku karya Professor Yudianto saya kasih ke Fatma untuk di baca. Maksudnya biar termotivasi ke Harvard. Apalagi Prof Yudianto adalah salah satu yang berhasil mengajar sebagai dosen dan Professor Islami Studies disana. Tentu dengan begitu akan ada efek baiknya bagi dia yang membaca.

Famaayya'mal Mistqoladzaarotin Khoirroyyaroh... Tidak ada sesuatu yang dia dia di dunia ini. Langit tanpa warna itu hanya hiasan. Setelah itu langit akan berwarna kembali dengan warna biru cerah serta awan putih bagi generasi kampung ini dan kemajuan kampung ini. Saya berharap begitu dan berdoa agar generasi kampung ini menjadi lebih edukatif.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia