Bahagia dan Tantangan Dalam Berumah Tanngga.
Bahagia kala bersamamu...
Menjalani hidup rumah tangga adalah fase ke empat dalam perjalanan hidup kita sebagai manusia. Setelah kelahiran dan menjadi bayi.., kita kemudian melewati masa kanak kanak yang mengasyikkan, dilanjutkan dengan masa sekolah, remaja, dan kerja, fase ini membawa kita tumbuh menjadi orang dewasa yang berpikir sangat luas. Kadang kita menemukam banyak kebingungan dalam diri tentang sosok apa sebenarnya dirikita sendiri.
Setelah masa kebingungan itu selesai, kita dihadapkan dengan titik jenuh dalam hidup, lalu tantangan yang kita hadapi adalah menuntaskan stigma orang yakni menikah adalah bagian dari sosialisme manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk religius. Sebagai makhluk biologis manusia membutuhkan pasangan untuk terus berkembang biak. Sementara sebagai makhluk religius manusia membutuhkan isntitusi pernikahan untuk dapat dikategorikan pwngikut Sjnnah Nabi saw yang taat.
Bagi saya..fase itu kini sedang saya jalani dan lakoni. Tahapan demi tahapan hidup ini adalah langkah langkah kita menuju kehidupan abadi diakhirat. Tentu saja saya bahagia menemukan pasangan hidup dalam bingkai pernikahan, namun yang paling penting adalah apakah pernikahan meningkatkan akadar takwa kita oada Allah swt atau justru sebaliknya.
Dibelakang itu semua banyak peristiwa yang telah saya lalaui selama.masa pernikahan enam bulan terakhir. Ujiannya adalah sebuah pertanyaan yang berbunyi 'Sudah isi apa belum..?'. Pertanyaa. Yang berbau doa juga mengandung tingkat sensitifitas yang tinggi. Sebagian yang sudah menikah langsung dalam bulan pertama, kedua dan ketiga dapat dikatakan positif hamil, sebagian laginyang lain menunggu hingga berbulan bulan bahkan bertahun bertahun.
Ada yang mendapatkan keturunan dengan mudahnya ada juga yang harus menunggu agak lama. Irulah nikmat dadi Tuhan, manusia di uji dengan rasa khawatir, takut, suka, duka, dan bahagia. Kini kita mengahadapi rasa khawatir, dalam rentan usia pernikahan menginjak kepala 6 bulan, belum ada juga hasil yang menyatakan rasa sumringah nan bahagia. Tunggulah takdir Tuhan itu, karena ia datang di saat kita telah benar benar berharap dan yakin padaNya. Terlepas dari bagaimana orang lain mendapatkannya, setiap orang diuji dengan kenyataan yang berbeda, dan tidak bisa disamakan satu dan laiinya.
Saya sekali lagi tetap bahagia, fase awal kehidupan pernikahan adalah pondasi yang menentukan kebahagiaan rumah tangga di masa depan, juga fase yang menjadi penentu kelanggengan di masa depan. Komitmen dan janji sehidup sedunia seakhirat harus mampu diejawantahkan dalam sikap sabar, syukur, dan bahagia menjalankan hari hari demi hari dalam hidup berumah tangga. Tentu saja setiap dari kita yang telah berumah tangga memiliki tantangannya masing masing. Seperti saya yang dihadapkan pada tantangan untuk memiliki anak, yang lain mungkin saja ada yang sama, atau ada dengan tantangan berupa tidak punya rumah, kendaraan, dan lain sebagainya.
Tidak ada pilihan lain selain menikmati dan mensyukurinya. Dengan demikian kita akan mamlu menjadi manusia yang takwa dengan syukur dan sabar. Betapa banyak diantara kita yang tak memiliki rasa syukur dan sabar di dalam hidupnya akhirnya membuat dia stres dan tak mamlu merencana masa depan. Sudah dikataka. Dalam Al Qur'an bahwa orang orang yang menikah dijamin rizkinya aleh Allah. Bauk rizki berupa harta benda maupun rizki berupa kesehatan, keafiatan dan keturunan.
Akhir kata semoga apa yang menjadi cerita dalam perjalanan rumah tangga saya, mamlu membuat kita teringat pada allah swt, bahwa Dia yang maha tahu dan maha segalanya adalah penentu nasib dan masa depan kita sebagai makhluk. Wallphua'lam.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih