Rumah Impian
Sore sekitar jam 17.00 WITa ada janji bertemu dengan mas Irham di BTN Syariah Mataram (BTN Kantor Cabag Syariah Mataram, red). Saya janji via wa dari pukul 11.00 sebab permintaan untuk diberikan souvenir kalender dan buku notepad tahun 2021. Setelah menunggu hujan reda, sekira jam 16.30 saya berangkat dari kantor di kawasan Jl. Bung Karno Mataram. Lebih lama dari biasanya perjalanan 15 menit menjadi 20_an menit. Setelah sampai BTN Syariah saya menunggu mas Irham keluar.
Rumah Impian..,.adalah tema pembicaraan kami. Mas Irham yang bertugas sebagai bagian bisnis dan pembiayaan KYG (Kredit Yasa Griya) untuk perusahaan yang saya kembangkan menjelaskan, bahwa kebanyakan rumah KPR tidak memiliki desain yang menarik. Satu diskusi yang lumayan berisi terkait rumah KPR khususnya rumah subsidi.
Harga rumah KPR Subsidi sebagai rumah impian kebanyakan orang saat ini bagi milenial adalah satu yang mewah. Sebab sebagian besar diantara kita yang notabene milenial walaupun sudah menikah bertahun tahun belum tentu mampu membagun rumah sendiri atau memiliki rumah, tanpa mengajukan KPR di bank. Hemmmmm..., saya mengelus dada. Harga kian mahal tapi kualitas produk perumahan tidak berkembang signifikan, bahkan luas lahan di satu unit rumah cendrung semakin berkurang.
Saya sendiri juga tinggal di rumah KPR Subsidi. Sebagai rumah impian saat ini, kami berusaha memaksimalkan setiap sudut rumah yang desainnya sangat minimalis dengan luas lahan kurang dari 100m2. Bagaimana bisa menjamin masa depan..?, jika luas lahan tidak maksimal di setiap perumahan subsidi sebagai rumah impian kebanyakan anak muda.
Apatah lagi persayaratan untuk mengambil KPR subsidi tidak terbilang ringan. Jika kita bekerja sebagai karyawan kontrak, sudah otomatis pengajuan akan di tolak. Demikian juga jika penghasilan kita kurang dari 2 juta otomatis akan ditolak. Yang benar-benar mendapatkan KPR subsidi adalah mereka yg rata-rata penghasilan perbulannya diatas 4 juta rupiah, serta tercatat tidak memiliki tunggakan lain di bank.
Bagi mereka yang tidak bekerja di sektor formal sangat sulit untuk menembus tembok besar persyaratan pengajuan KPR Subsidi. Ada perbedaan dari sisi DP pembiayaannya. Untuk wiraswasta DPnya mencapai 10 % dari total harga, untuk karyawan swasta dengan status pegawai tetap mencapai 5%, sementara untuk PNS, TNI, Polri mencapai 1%.
Tenor atau jangka waktu cicilanpun terbilang lama, yakni mencapai 20 tahun maksimal. Artinya lebih dari 1/4 usia kita digunakan untjk membayar cicilan ke bank. Selama sistem ini terus berlanjut, maka bukannya tak mungkin jika hidup dalam dunia yang serba terbatas. Privasi keuangan kita hanya habis untuk biaya sehari hari dan cicilam demi cicilan. Tidak akan pernah bisa berubah menjadi orang yang terbebas secara finansial dan waktu. Belum lagi jika dikaitkan dengan cixilan mobil selama 5 tahun juga motor 3 tahun.
Bagi saya rumah impian itu kini bukan lagi rumah subsidi. Saya mulai ancang ancang untuk mempunyai rumah yang luas, dengan taman dan pekarangan yang luas khas rumah tempo dulu. Saya juga tidaj terlalu suka dengan desain rumah minimalis, sebab tidak ada areal lahan lebih yang dapat digunakan untuk bermain. Inveatasi terbaik saat ini bukan lagi rumah KPR, melainkan tanah yang kita beli dengan normal dan akan naik terus harganya di masa depan, kita bebas membangun apa saja diatasnya termasuk rumah impian.
Begitu kira kira diskusi saya dengan mas Irham. Tak lama setelah itu ia menyerahkan godybg kecil berwarna hitam bertuliskan "BTNsyariah Mataram" berisi kalender dan buku. Mulai detik ini nampaknya perbankan sudah harus mulai berpikir kembali untuk meneruskan produk Kredit Perumahan Rakyat (KPR) dan menggantinya dengan Pembiayaan Rumah Impian. Tidak harus bank menunggu rumah dari developer untuk dapat membiayai rumah ke konsumen, melainkan bisa juga secara langsung konsumen mendapatkan pembiayaan rumah impiannya, dengan begitu harga rumah dan pembiayaannya bisa lebih terjangkau.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih