Ahmad Surkati: Mempercepat Kemerdekaan Indonesia

Ahmad Surkati: Mempercepat Kemerdekaan

Ahmad Surkati dilahirkan di Pulau Arqu, daerah Dunggulah, Sudan 1875, sempat mengenyam pendidikan di al-Azhar (Mesir) dan Mekkah, Surkati kemudian datang ke Jawa pada maret 1911 M. Hal ini bermula dari permintaan Jamiat Khair, organisasi yang didirikan warga keturunan Arab di Jakarta, untuk mengajar, karena ketidakcocokan, dia keluar serta mendirikan madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyah di Jakarta pada 6 September 1914. Tanggal berdirinya madrasah itu kemudian menjadi tanggal berdirinya Perhimpunan Al- Irsyad. Tujuan organisasi ini, selain memurnikan Islam, juga bergerak dalam bidang pendidikan dan kemasyarakatan.

Sejarawan Belanda G.F. Pijper dalam beberapa studi tentang sejarah Islam di Indonesia 1900-1950 memandang hanya al-Irsyad yang benar-benar gerakan pembaharuan Islam yang punya kesamaan dengan gerakan reformis di Mesir sebagaimana dilakukan Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Dengan demikian, Surkati juga seorang pembaharu Islam di Indonesia. Bung Karno (Sukarno, Red) bahkan menyebut Surkati ikut mempercepat lahirnya kemerdekaan Indonesia.

Ahmad Surkati wafat pada 6 September 1943. Sejak itu, perkembangan al-Irsyad tersendat, sekalipun tetap eksis hingga kini. Ada empat tokoh, sebut saja Haji Zamzam pendiri Persatuan Islam, Kiai Haji Hasyim Ashari pendiri Nahdlatul Ulama, dan Kiai Haji Ahmad Dahlan Pendiri Muhammadiyah, serta Ahmad Surkati pendiri al-Irsyad. Mereka adalah pejuang agama dan negara. Yang tak hanya mebaktikan dirinya pada pengembangan agama yang di bawa Rasulullah SAW akan tetapi turut juga menyuburkan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.

Bila Haji Zamzam, Kiai Haji Hasyim Ashari atau Kiai Haji Ahmad Dahlan hingga kini dibicarakan dan dikenang dengan penuh hormat, tidak demikian dengan Ahmad Surkati, pendiri al-Iryad yang bahkan dikenal sebagai guru Haji Zamzam, Ahmad Dahlan dan Al-Hasan ini bagai "anak hilang" dalam dunia pergerakan sejarah dinegeri ini. Mungkin ketidak populeran Ahmad Surkati berkaitan dengan sifat dan dasar berdirinya al-Irsyad yang berbasis masa keturunan Arab, konsentrasi garapan organisasi ini di bidang sosial pendidikan. Mungkin pula Surkati hanyalan imigran asal Sudan, dan bukan tokoh asli pribumi, faktor lain barangkali ketidak sukaan Ahmad Surkati dan al-Irsyad terhadap kultus Individu, sebagaimana apa yang telah diperjuangkannya sejak berdiri organisasi ini sejak tahun 1913. Surkati dilahirkan di pulau Arqu dekat Dongola pada tahun 1875 atau 1876. Dia berasal dari keluarga berpendidikan, ayah dan kakeknya menempuh pendidikan di Mesir dan ayahnya luluasan al-Azhar. Surkati menerima  pendidikan awal dari ayahanya serta menghafal al-Qur'an pada usia belia. Ahmad Surkati dengan nama lengkapnya adalah Ahmad Bin Ahmad Surkati al-Ashari, banyak belajar agama dari ayahnya, Muhammad seorang terpelajar lulusan al-Azhar Kairo Mesir. Belajar dan menetap di Heejaz selama 15 tahun, untuk kemudian menimba ilmu ulumul hadist. Dan karena kecerdasannya ia di minta mengajar di Mekkah.

Melihat sukses yang dicapainya di Mekkah, wajar bila orang merasa keheranan Surkati menerima undangan suatu organiasi kecil (Jamiat Khair) berpindah dari kota suci Islam ke daerah jajahan yang jauh. Kepindahan ini dibicarakan luas oleh kalangan Muslim  melalui dunia pers Arab Internasional. Surkati sendiri menyatakan bahwa ia berpindah ke Hindia karena ia merasa dapat lebih menyumbangkan dan lebih bermanfaat bagi Islam disini.

Ia berkata, "antara kematianku mengejar iman di Jawa dan kematianku tanpa mengejar iman di Mekkah, aku memilih Jawa". Dan perlawanan Ahmad Surkati adalah terhadap praktek-praktek beragama yang menyimpang serta heterodoks (pengaruh animisme, hindu, ataupun buda) Maka dari itu Surkati memandang perlu praktek-praktek agama tersebut dikembalikan pada ajaran yang benar . ***

Sumber: majalah wisata hati edisi 63 I/Maret/2016 Jumadil Awal 1437 H.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

TEORI IJTIHAD IMAM SYAFI’I

Jalan Kerja