Ramadhan Yang Mendamaikan
Ramadhan Yang Mendamaikan.
Puasa ramadhan kali ini benar-benar gak habis pikir. Kita kehilangan jati diri sebagai anak bangsa yang penyabar, penuh cinta kasih, dan menghormati perbedaan. Tak nampak tayangan tivi yang menenangkan suasana hati. Kisruh sosial politik nampaknya jauh lebih penting daripada ceramah ceramah yang bertemakan cinta sesama manusia.
Kita tidak lagi mendapatkan contoh yang baik dalam kehidupan ini. Coba saja lihat sesama tokoh agama yang satu agama saling memanas-manasi hati dan pikiran masyarakat. Bukannya ini bulan ramadhan ya...??? Bulan dimana hati dan pikiran yang menggelisahkan itu di buang. Bulan dimana kita saling berangkulan dalam satu shaf berjamaah. Bulan dimana kita seharusnya merasakan indahnya kebersamaan karena seringnya kita buka puasa bersama.
Hari ini kita melihat perbedaan adalah kebencian, kita juga melihat konflik sosial makin tajam, hukum makin sulit ditegakkan, keadaan ekonomi ummat semakin terbebani, dan rasa keadilan seakan tidak hinggap dalam hati sanubari setiap anak bangsa.
Mari kita berpikir positif, agar kita mampu menata ulang kembali bangunan kebangsaan kita, bangunan keagamaan kita, mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan Individu, mendahulukan kebermanfaatan daripada kemudharatan, dan menjadikan momen ramadhan ini adalah momen merekatkan ikatan kesetiakawanan antar umat beragama juga inter umat seagama bukan saling menjauhkan.
Ramadhan mengajarkan kita untuk menahan diri dari apapun yang bisa memodia kesucian bulan ini, mengajarkan kita untuk jujur bertutur kata, jujur dalam tindakan, dan selalu menjaga Akhlakul Karimah. Menjauhkan diri dari kemaksiatan, kemungkaran, pertikaian, konflik, adu jotos, dan pertumpahan darah.
Optimis dengan kehidupan berbangsa kita, agar kita menjadi bangsa yang unggul. Jangan sampai hadirnya kita sebagai anak bangsa menjadi mudharat bagi bangsa ini, hadirnya kita sebagai anak bangsa adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia sebagaimana termaktub dalam UUD 1945.
Puasa ramadhan kali ini benar-benar gak habis pikir. Kita kehilangan jati diri sebagai anak bangsa yang penyabar, penuh cinta kasih, dan menghormati perbedaan. Tak nampak tayangan tivi yang menenangkan suasana hati. Kisruh sosial politik nampaknya jauh lebih penting daripada ceramah ceramah yang bertemakan cinta sesama manusia.
Kita tidak lagi mendapatkan contoh yang baik dalam kehidupan ini. Coba saja lihat sesama tokoh agama yang satu agama saling memanas-manasi hati dan pikiran masyarakat. Bukannya ini bulan ramadhan ya...??? Bulan dimana hati dan pikiran yang menggelisahkan itu di buang. Bulan dimana kita saling berangkulan dalam satu shaf berjamaah. Bulan dimana kita seharusnya merasakan indahnya kebersamaan karena seringnya kita buka puasa bersama.
Hari ini kita melihat perbedaan adalah kebencian, kita juga melihat konflik sosial makin tajam, hukum makin sulit ditegakkan, keadaan ekonomi ummat semakin terbebani, dan rasa keadilan seakan tidak hinggap dalam hati sanubari setiap anak bangsa.
Mari kita berpikir positif, agar kita mampu menata ulang kembali bangunan kebangsaan kita, bangunan keagamaan kita, mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan Individu, mendahulukan kebermanfaatan daripada kemudharatan, dan menjadikan momen ramadhan ini adalah momen merekatkan ikatan kesetiakawanan antar umat beragama juga inter umat seagama bukan saling menjauhkan.
Ramadhan mengajarkan kita untuk menahan diri dari apapun yang bisa memodia kesucian bulan ini, mengajarkan kita untuk jujur bertutur kata, jujur dalam tindakan, dan selalu menjaga Akhlakul Karimah. Menjauhkan diri dari kemaksiatan, kemungkaran, pertikaian, konflik, adu jotos, dan pertumpahan darah.
Optimis dengan kehidupan berbangsa kita, agar kita menjadi bangsa yang unggul. Jangan sampai hadirnya kita sebagai anak bangsa menjadi mudharat bagi bangsa ini, hadirnya kita sebagai anak bangsa adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia sebagaimana termaktub dalam UUD 1945.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih