Menemukan Arah Baru

Menemukan Arah Baru

Tidak ada yang bisa memprediksi dengan persis apa yang akan terjadi dengan masa depan, bagi kita yang lemah dan memiliki keterbatasan. Tugas kita tidak lagi berkaca dengan masa lalu, namun lebih dari itu harus mampu berimajinasi dengan masa depan. Walaupun kita tidak tahu bakalan terjadi atau tidak, namun itulah yang perlu kita lakukan.

Setelah ketegangan antara USA dan China dalam perang dagang, kini konflik kembali muncul antara USA dengan Iran dalam hal program nuklir. Perkembangan dunia memang selalu membuat kita ketar ketir, akan kah dimasa depan akan kembali meletus perang besar? Setelah perang dunia satu dan dua. Lalu bagaimana dengan masa depan ummat manusia, bilkhusus masa depan ummat Islam. Sementara di beberapa negara Islam, ia sedang Corat marut.

Yudian Wahyudi mengatakan jika dulu Ummat Islam ketertinggalannya ditemani oleh Buddhis China, dan Hindu India. Kini ummat Islam tertinggal di belakang sendiri. Sebab India sudah mampu bermain di ranah teknologi antariksa pun juga China kini menguasai pasar ekonomi dunia, sementara ummat Islam baik di Asia tenggara maupun timur tengah masih sibuk dengan konflik internal di negara masing-masing.

Apa yang kini kita alami memang buah dari ketidak mampuannya kita di masa lalu merancang strategi membangun ummat. Maka benar kata Anis Matta jika kita tidak pernah punya mimpi menjadi lima besar, maka kita tidak akan jadi apapun dimasa depan. Kekuatan imajinatif inilah kini yang menjadi bagian penting dari ummat Islam, agar ia tidak sibuk dengan konflik di internalnya sendiri, melepas sekat sekat perbedaan yang seringkali menjadi pemicu perpecahan, dan seharusnya kita sudah mulai bangkit menuju lima besar itu.

Tidak mungkin kita menjadi penonton peradaban lain yang sudah maju. Maka sudah saatnya kita kesampingkan berbagai bentuk intrik dan hal hal yang tidak penting penghambat kita bangkit. Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan untuk menjadi  bangsa yang memiliki peradaban tinggi:

Pertama disiplin, seperti dikatakan Mahatir Mohammad di kutip dari Eri Sudewo bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki kedisiplinan tinggi. Suatu bangsa jangan pernah berpikir untuk maju jika tidak memiliki kedisiplinan.

Kedua karakter, sebagaimana disampaikan Eri Sudewo karakter adalah kumpulan perilaku baik yang menjadi pola hidup sehari-hari. Karakter lahir dari sikap individu yang diajarkan oleh ibu dalam rumah tangga. Jika ibu dalam rumah tangga mengajarkan kebaikan maka anak anak mereka pun akan baik. Oleh karenanya dalam Islam ibu dikatakan sebagai tiang rumah tangga. 

Ketiga integritas (kejujuran), menjadi sikap hidup bagi manusia, tanpa kejujuran manusia akan menjadi hina, Hal ini disampaikan oleh Jainul Majdi. Bahkan Buya Syafii mengatakan di era pasca pos trust ini pasca kebenaran yang muncul adalah kebohongan atau hoax. Penangkal utamanya adalah penanaman kembali sikap jujur dalam diri manusia.

Keempat kemampuan berfikir dan berimajinasi. Setiap manusia diciptakan sama dengan kemampuan berfikir yang relatif sama, maka tak ada beda antara orang kulit putih dan kulit hitam, yang berhidung mancung ataupun pesek, yang bertubuh tinggi ataupun mungil, asal memiliki kemampuan berfikir dan berimajinasi makan ia akan menjadi maju. Sir  Nikola Tesla mengatakan " be alone, that ia secret of invention". Percaya pada kemampuan diri sendiri menjadi satu rahasia yang akan memacu kita untuk memiliki kemampuan berimajinasi dan menciptakan satu hal yang baru. Dulu umat Islam di kenal dengan peradaban yang teramat tinggi karena kemampuan berfikir dan berimajinasi. Nah kemampuan ini akan dapat di tumbuhkan kalau ia sering berdiskusi, membaca, menulis, dan menghayal.

Maka di mana arah baru itu kita tuju dan kita temukan, disitulah kita membayangkan dan memikirkannya serta berani beda dan mengatakan dengan lantang ketidakmungkinan untuk di taklukkan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia