Puasa
Puasa
Apa sih makna puasa sebenarnya?? Banyak pendapat ulama, banyak juga pendapat ahli fiqh, ahli hukum Islam dll. Tapi bagi saya puasa adalah menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa dengan durasi tertentu yang sudah ada aturannya dengan jelas dalam hukum. Sebab tiap negara beda beda durasi waktu menjalankan puasanya.
Tantangan puasa kita juga berbeda, bagi kita yang di Lombok dan Indonesia secara umum puasa sangat lah terasa sebab kita adalah masyarakat yang mayoritas memeluk agama Islam, dimana mana kita dengar azan berkumandang, tiap malam bisa kita dengar suara merdu lantunan Qur'an dari masjid sampai tengah malam, jam 3 pagi kita dengar merbot masjid bangunkan kita sahur, media sosial pun dipenuhi dengan ajakan untuk buka bersama, terawih bersama, zakat infaq shadaqah yang banyak, kajian kajian keislaman yang merebak, ah serba enak hidup di indonesia sebagai Masyarakat yang mayoritas Islam.
Lalu bagaimana dengan di luar sana, di Jepang misalnya, di Australia, di Filipina, Eropa, Amerika, atau yang paling dekat Singapura. Tentu sudah beda. Akan tidak nampak suasana Ramadhan seperti yang kita rasakan di Indonesia. Sebab culture sudah beda, penguasa negara juga sudah beda, sistem hukum sudah beda, agama mayoritas yang di pegang oleh penduduk setempat di masing-masing negara juga sudah beda. Sehingga sebagai orang Indonesia ketika berada di luar negeri kita perlu beradaptasi dengan seksama.
Puasa dalam Al-Baqarah 183 menghendaki setiap yang menjalankannya menjadi orang yang bertakwa. Menurut Al Maududi tujuan tersebut tidak bermaksud untuk menjadikan setiap orang itu pasti bertakwa setelah menjalankan ibadah puasa, melainkan menggunakan kata "dengan harapan" setiap yang menjalankannya menjadi orang yang Soleh dan Insya Allah bertakwa.
Al Maududi membagi tujuan puasa itu menjadi lima bagian yaitu:
a. Mencegah diri dari dusta, Rasulullah Saw dengan berbagai cara telah menunjukkan tujuan puasa yang sebenarnya, dan menerangkan bahwa dengan melemparkan dan menghauskan diri tanpa mengingat-ingat tujuan puasa yang sebenarnya adalah tak ada gunanya, beliau mengatakan " barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan yang keji (dusta) dan melakukan kejahatan (kepalsuan), Allah tidak akan menerima puasanya, sekalipun ia telah meninggalkan makan dan minum" Riwayat Bukhari, Muslim, dan Ahmad dari Abu Hurairah r.a.
Dalam hadis lain beliau juga mengatakan " banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak memperoleh apa-apa selain lapar dan haus, dan banyak orang yang bangun di malam hari tetapi tidak memperoleh apa-apa selain berjaga malam saja.
Menurut Al Maududi, maksud dari kedua hadist ini sangat jelas, yakni bahwa semata-mata melaporkan dan menghauskan diri bukanlah ibadah, tapi hanyalah suatu alat untuk melaksanakan ibadat yang sebenarnya. Dan ibadah yang sebenarnya adalah mentaati hukum dan aturan Allah karena takut kepada_Nya, dan mengajarkan hal-hal yang mendatangkan ridhaNya karena cinta kepada_Nya. Dan akhirnya mengendalikan hawa nafsu agar sejauh mungkin tersalur menurut aturan aturan yang telah digariskan Allah. Orang yang tidak sadar akan ibadah yang sebenarnya ini, akan sia-sialah perbuatan melaporkan dan menghauskan dirinya itu. Allah tidak memerlukan amal yang demikian itu.
b. Iman dan introspeksi,
Rasulullah Saw telah menyuruh kita memperhatikan tujuan puasa yang sebenarnya, dengan sabdanya " barangsiapa menjalankan puasa dengan penuh iman dan mengharapkan akan keridhaan Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu".
c. Perisai diri dari dosa,
Dalam sebuah hadist dikatakan "puasa adalah bagaikan perisai (yakni perisai yang melindungi diri dari serangan setan). Karena itu orang yang berpuasa hendaklah menggunakan perisainya dan mencegah diri dari hal-hal yang tidak patut. Apabila ada seorang mengajak atau mengajak bertengkar dengannya, hendaklah ia berkata "aku sedang berpuasa dan jangan libatkan aku dalam perbuatanmu".
d. Rangsangan untuk berbuat baik,
Dalam hadist hadist yang lain Rasulullah telah memberi petunjuk bahwa orang yang sedang berpuasa hendaklah banyak banyak mengerjakan kebaikan. Khususnya selama ia berpuasa hendaklah ia mengembangkan dalam dirinya rasa simpati terhadap saudara-saudaranya sesama muslim, karena dengan merasakan sendiri lapar dan haus, ia dapat merasakan apa yang dirasakan saudaranya yang miskin dan sengsara. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Rasulullah biasanya sangat baik selama bulan Ramadhan. Tak seorang pengemis pun yang kembali dari pintu rumahnya dengan tangan hampa, dan budak budak memperoleh kemerdekaan nya dari beliau.
e. Pahala memberi makan untuk berbuka
Menurut sebuah hadist Rasulullah Saw mengatakan:,
"Barangsiapa memberi makan untuk berbuka kepada orang lain yang berpuasa, maka hal itu akan menjadi ampunan dan keselamatan baginya dari api neraka, dan dia akan memperoleh pahala sebanyak pahala orang yang berpuasa itu tanpa dikurangi sedikitpun".
Sumber:
Abul A'la Al Maududi, dasar-dasar Islam, Bandung, Penerbit Pustaka, 2010.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih