Bersabar Vs Marah = Guru Harus Sabar



            Menjadi guru itu memang butuh kesabaran, karena rasa sabar akan mengarahkan guru menjadi guru yang berbudi pekerti. Apa jadinya jika setiap guru yang mengajar di sekolah tidak memiliki rasa sabar dalam menghadapi anak didiknya. Kesabaran seorang guru bisa jadi lebih berlipat kali lipat daripada orang pada umumnya. Karena setiap satu orang guru akan menghadapi 20-30 anak didik dalam satu kelas selama 6-7 jam dalam sehari.

            Ketika seorang guru menghadapi anak didik yang super aktif (nakal), kesabaran seorang guru kadang kadang akan hilang. Pada saat yang demikianlah kadangkala emosi guru menjadi labil dan melakukan tindakan-tindakan yang dilarang, seperti mencubit, memukul, atau sekedar memelototi. Melihat tindakan guru yang seperti itu lalu apakah otomatis anak didik akan menjadi tidak nakal lagi..? ternyata menurut pengamatan saya, dengan marahnya seorang guru ketika mengajar dikelas kepada siswanya justru membuat siswa tersebut semakin bandel, bahkan menjadi lebih aktif lagi.

            Sebenarnya kita semuapun faham, bahwa siapapun dikala menjadi guru, ia mesti lebih menahan diri untuk tetap sabar. Sebab posisi guru adalah sebagai pembimbing bagi anak didiknya. Lalu apakah dengan marahnya seorang guru terhadap anak didiknya, ia dikatakan tidak mendidik siswa dengan baik, atau telah gagal member teladan yang baik bagi siswanya..? jawabannya adalah marahnya soerang guru merupakan bentuk bimbingan kepada anak didiknya tersebut. Supaya anak didik yang lain didalam satu kelas tidak terkena efek dari tingkah laku super aktif siswa yang bersangkutan.

            Memang harus diakui, bahwa bentuk kemarahan seorang guru terhadap anak didiknya adalah cara penyampaian pesan mendidik yang masih kurang tepat. Sebab nabi SAW pun menganjurkan untuk menahan amarah dalam keadaan apapun sebagaimana sabda beliau “la takdlhob-la takdlhob-la takdlhob ( jangan-marah jangan-marah jangan-marah).” Sebab marah akan menyebabkan konsentrasi mengajar akan buyar dan tidak focus lagi terhadap tujuan pembelajaran.

            Diantara sebab siswa nakal (super aktif) adalah, pengaruh lingkungan keluarga, pengaruh teman bergaul, pengaruh tontonan baik di televisi atau kehidupan sehari-hari, dan bawaan keturunan. Kita tidak mungkin merubah sifat siswa yang memang sudah seperti itu. Memiliki tingkat keaktifan diatas rata-rata. Hanya saja keaktifannya seringkali kurang tepat. Maka tugas seorang guru adalah mendidik, juga mengarahkan, lebih-lebih lagi adalah membimbing anak didik itu menjadi lebih baik lagi. 

            Cara-cara yang digunakan dalam melaksanakan tugas sebagai guru sebisa mungkin menghindari jalan kekerasan, dan memperbanyak kesabaran dalam berintraksi dengan siswa yang super aktif. Apabila kita sebagai guru sudah mulai jengkel dengan tingkah laku anak didik kita yang super aktif, maka bersegeralah untuk mengingat apa yang menjadi tugas utama kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia