Rumah Dalam Persfektif Karakter Masyarakat
Pagi sekitar pukul 09.00 WIB saya berangkat menuju Rasau Jaya di lokasi penempatannya mbak Riyanti. Sebenarnya lokasi penempatan embak Riyanti masuk wilyah kecamatan Kubu tapi karena nama sekolahnya SDN 06 Pinang Luar yang lebih dekat dengan wilayah Rasau Jaya maka sekolahnya masuk kec. Rasau Jaya. Kami sudah berada di daerah penempatan sekitar 7 bulan. Artinya setengah semester kami telah lalui.
Kedatangan saya ke lokasi penempatannya embak Riyanti adalah untuk menjemput dia. Karena kami harus kumpul tim di Kota Pontianak dalam rangka laporan kegiatan tebar parcel pendidikan dari DD, juga untuk merancang jadwal MonEv. yang akan dilaksanakan mulai tanggal 30 agustus ini.
Seperti biasa tidak ada yang aneh dalam perjalanan saya menuju kesana. Hanya entah apa yang kemudian membuat saya mengambil HP Samsung Young 2 dari kantonng rompi samping kiri bawah yang saya kenakan. Saya buka aplikasi camera, dan jepreeetttt...!!! seketika itu juga gambar suasana penyebrangan di dermaga Rasau Jaya arah Pinang Luar terekam mata kamera.
Sebuah rumah bertingkat dua adalah fokus gambar yang saya ambil. Tidak ada yang aneh dengan rumah itu, karena rumah di daerah ini memang umumnya beratapkan seng dan terbuat dari papan. Ketika melihat dengan seksama rumah itu.. barulah kemudian saya merasakan ada yang aneh. Yah... rumah itu penuh dengan jemuran pakaian. Rumah seperti ini biasanya identik dengan rumah susun yang berada di pinggiran Jakarta.
Maka ketika itu juga timbul pertanyaan dalam hati saya, kenapa rumah penuh jemuran bisa ada di sini, padahal lahan sangat luas dan lagi pula tidak elok dipandang mata karena berada di dermaga penyebrangan/tempat umum..? Saya hanya berspekulasi sepertinya virus menjemur pakaian di dinding rumah bukan hanya miliknya rumah susun pinggiran Jakarta. Tapi juga ada di daerah.
Setidaknya saya ingin mengatakan bahwa luas lahan di daerah Kalimantan tidak bisa menjamin luar rumah yang akan dibangun, karena memang rumah dibangung berdasarkan biaya.. kalau punya uang banyak tentu rumah yang dibangun juga bisa lebih luas, bahkan dengan halaman yang hijau penuh dengan taman.
Hal ini juga menggambarkan bagaimana kehidupan masyarakat kita belum memiliki karakter hidup rapi, indah, bersih, dan bersahabat. Karakter seperti ini hanya dimiliki oleh mereka yang berpendidikan, dan faham konsep rumahku surgaku. Selain harus elok dipandang dirikita juga mesti elok dipandang orang lain.
Dengan gambaran diatas maka kita bisa memberikan pernyataan, "bahwa pendidikan akan menentukan sejauh mana kehidupan bermasyarakat itu bisa terlihat indah dari gambaran rumah yang ia tempati ". Saya tidak bermaksud menjustice bahwa kehidupan bermasyarakat di daerah masih belum maju dan estatis secara peradaban. Tapi setidaknya kita harus sadar bahwa kita masih tertinggal puluhan tahun dengan kehidupan bermasyarakat negara tetangga kita, seperti Malaysia atau Brunei.
Maka menurut saya, pemerintah atau pemerintah daerah semestinya lebih aktif memperhatikan hal hal kecil semacam ini. Karena ini akan mencerminkan sejauh mana tingkat pelayanan publik terhadap masyarakat. Artinya bagaimana mungkin pelayanan lebih besar akan diberikan kepada masyarakat, jikalau hal-hal kecil seperti ini belum bisa di urus dengan lebih baik.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih