Pak Syahril, SGI VII, dan Berkah Penempatan




Saat menginjakkan kaki lagi di kita ini. Seluruh badan sudah terasa letih, karena perjalanan yang agak panjang dari desa penempatan. Tadi, saya berangkat pukul 05.30 WIB dan baru sampai di Pontianak tepat pukul 10.15. kedatangan saya ke Pontianak saat ini untuk dua tujuan; 1 melakukan transfer uang ke S. R. Ana untuk membantu pembelian tiket pesawat Pak Syahril, 2 untuk bertemu bang Syahrul Dompet Ummat Kalimantan Barat.

Agenda yang pertama sudah saya kerjakan, seketika sampai di Pontianak saya langsung menuju ke bank Syariah mandiri untuk teransfer uang. Uang itu merupakan uang yang dititipkan bu Is (warga desa penempatan saya) untuk dikirimkan ke suaminya yang ada di Lombok. Tapi karena suaminya tidak punya rekening bank, maka saya teransferkan via rekeningnya S. R. Ana (teman semasa kuliah di kampus). Uang tersebut akan digunakan untuk membeli tiket pesawat rute Lombok ke Pontianak. Suami bu Is bernama pak Syahril, mereka menikah sekitar 15 tahun yang lalu. Saat itu, kata bu Is pak Syahril datang ke Mengkalang (desa penempatan) hanya sebatang kara.

Sekitar akhir tahun 98 Ia datang kesini setelah kena rampok di Medan. Pak Syahril dulu adalah seorang TKI yang bekerja di Malaysia. Ketika ia akan pulang kampung ke Lombok, ia kena rampok di Medan Sumatera Utara. Karena barang bawaan habis dirampok, akhirnya ia ikut temannya untuk bekerja di Kalimantan sebagai buruh penebang kayu hutan. 2 tahun bekerja sebagai buruh penebang kayu hutan, ia tidak mendapatkan hasil apapun. Dengan bermodal nekat, ia melarikan diri dari perusahaan tempatnya bekerja dan hijrah ke desa mengkalang sebagai nelayan.

Perjalanan cintapun dimulai, tak lama setelah saling mengenal mereka kemudian menikah. Pak Syahril yang asli orang Lombok, tidak bisa berkomunikasi lagi dengan keluarga yang ada di Lombok sebab nomor telepon yang waktu itu dipegangnnya hilang bersama barang yang dirampok. Ia tidak tahu harus menghubungi siapa, dan ia sebenarnya sangat ingin balik ke Lombok. Tapi keadaan keuangan saat itu belum memungkinkannya.

Pak Syahril telah memiliki dua orang anak disini, mereka adalah Nurjanah dan (kini kelas 6 SD) Chandra (Kelas 5 SD) hasil pernikahannya dengan Bu Is.  Sekitar awal 2010 Ketika perusaan perkebunan sawit masuk di Kalimantan dan banyak orang dari Lombok yang bekerja  disini, ia tidak tinggal diam untuk menanyakan alamat keluarganya yang bisa dihubungi disana. Tapi para pekerja asal Lombok itupun tidak tahu alamat yang dimaksud. Pak Syahrilpun hanya bisa pasrah dengan keadaannya tersebut.

Sampai pada awal 2015 lalu saya ditempatkan di desa ini. Banyak warga yang menginformasikan ke saya, bahwa disini juga ada warganya dari Lombok. Namun ia tak pernah pulang kesana. Sebab tidak tahu harus menghubungi siapa, cerita para warga. Sayapun berangkat menemui pak syahril kerumahnya. Saya coba ngobrol dengan bahasa Lombok “mbe leman pelinggih de..? (dari mana asal abang..?)”. ternyata ia sudah tidak bisa menjawab dengan bahasa Lombok, namun masih faham dengan apa yang saya tanyakan.

Dua  bulan saya berada di Mengkalang, saya hubungi teman saya di Lombok yaitu S. R. Ana. Saya minta dia mencari alamat keluarganya pak Syahril dan mencari tahu apakah keluarganya masih hidup. Alhamdulillah dengan bantuan Allah, S R. Ana bisa menemukan keluarga pak Syahril di Lombok. Semua sudah diatur olehNya. Dengan aplikasi whatsapp saya kirimkan photo pak Syahril agar keluarganya bisa melihat wajah pak Syahril kini. S. R. Ana juga mengirimkan photo ibunya pak Syahril. Merekapun saling bisa mengobati rasa kerinduan ibu dan anak. Kerinduan yang sudah terpendam lebih dari 15 tahun.

Tak lama setelah itu, saya fasilitasi pak Syahril balik ke  Lombok. Dan kini 6 bulan sudah pak Syahril berada di Lombok, dan saat ini saya sedang berusaha untuk mengirimkan biaya tiket balik ke Kalimantan. Karena disini anak dan istrinya sudah merindukan dia.

Agenda yang kedua yaitu bertemu dengan pak Syahril, dalam rangka membicarakan program pendampingan sekolah kerjasama DD, DU, dan Hypermart. Sekolah yang akan di dampingi adalah SDSI Sirojudin Jadid. SD swasta yang terlatak di sebalah barat kota Pontianak. Walaupun berada di kota, tapi secara fasilitas masih kekurangan. Oleh Makmal Pendidikan DD, SD inilah yang terpilih untuk didampingi. Karena merupakan SD pendampingan, maka akan ada satu orang gurunya yang akan dikirim ke BPI DD Bogor untuk mengikuti program pendidikan SGI E Class.

Tanggal 23 agusuts adalah tanggal keberangkatan menuju ke BPI. Mau tidak mau sayapun harus menyempatkan diri untuk mempersiapkan segalah hal yang berkaitan dengan tools seleksi guru. Sebab, walaupun satu orang guru yang dikirim, prosedur pra keberangkatan harus tetap dijalani, seperti microteaching dll. Mungkin akan ada beberapa guru yang akan jadi calon untuk dikirim, lalu dipilih salah satunya yang sesuai kriteria yang tepat.

Pak Syahrul sendiri adalah pegawai DU Kalbar yang selama ini memberi jalan bagi kami untuk melakukan asesstmen mengenai sekolah yang akan dipilih.  Karena hari ini saya mesti balik ke lokasi penempatan, jadi poin yang ingin saya bicarakan dengannya adalah siapa guru yang akan dipilih, dan kapan waktu akan dilaksanakannya seleksi.  

Serasa takdir memang telah berbicara bahwa saya menjadi jembatan bagi pak Syahril untuk balik kampung, dan saya menikmati semua proses ini. Begitulah kami di didik di SGI, selain menjadi guru, kami juga harus mampu melakukan tugas sosial lainnya. Bagi saya ini adalah pengalaman yang luar biasa. Menyambung kembali kerinduan anak dengan ibunya yang selama belasan tahun tak diketahui rimba sang anak. Gara - gara dulu pernah izin menjadi TKI di Malaysia.

Semoga semua perjalanan ini bisa dimudahkan,, amin..
Hadapi, hayati, dan nikmati.. i love this jobs...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia