Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

FORTUNATELY

Gambar
Dalam bahasa Inggris rasa syukur disebut dengan fortnately yang menandakan rasa keberuntungan dan keberterimakasihan terhadap Tuhan yang Maha Kuasa. Barangkali hal inilah yang sekarang saya rasakan. Saya bisa merasakan hal-hal kecil yang saya lakukan justru membahagiakan saya dan menyenangkan hati saya. Sebab kebersyukuran atas nikmat terhadap Tuhan yang Maha Kuasa. Ada banyak cerita yang membuat saya merasa bahagia (happines),   hal-hal kecil yang saya maksud seperti kehangatan mengerjakan tugas kuliah secara bersama-sama dengan teman-teman kampus, dimana kami saling memotivasi agar bisa mencapai target wisuda sesuai jadwal. Keceriaan melihat anak-anak didik saya bermain setelah mereka berhasil menyelesaikan bacaan qur’annya. Permainan yang paling menyenangkan hati mereka saat ini adalah bermain bola kasti, walaupun kadang mereka kesakitan terkena lemparan bola kasti, tapi mereka selalu tertawa bahagia, berusaha sekuat tenaga memukul bola sejauh-jauhnya, dan berlari seke...

Menikmati Hujan di Kampung Qur'an

Gambar
 Begian terpenting dalam hidup kita adalah kebermaknaan. Ada satu hadis dari Nabi SAW yang menyatakan "sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi hidupnya". Nah hadis ini telah memotivasi saya untuk menjadi bagian yang tidak kalah bermanfaatnya dari manusia yang lain. Saya bersyukur bisa berada disini, di kampung Rukem. Sebuah kampung yang terletak diantara perbukitan yang sangat menawan, hijau, rindang, dan peengan kesejukan. Tidak kalah penting tentu saja keramahan masyarakatnya. Bagi saya, inilah proses yang mahapenting dalam pembentukan rasa kebersyukuran dalam diri saya. Setiap hari bertemu dengan masyarakat, bertemu dengan anak-anak dengan tingkah laku dan pola bermainnya yang menggemaskan, serta keceriaan ibu-ibu yang mengikuti pengajian setiap hari minggu. Mungkin Allah swt sedang mendidik saya juga sekarang, bahwa belajar tidak mesti di kampus, di kampung orang juga kita bisa belajar. Ya.., disinilah saya belajar tentang pentingnya menikmati hujan. ...

Pinangan dari Taiwan

Gambar
Saya kagum sama teman saya, ia mendapatkan undangan untuk melanjutkan studinya (tingkat magister) ke luar negeri yaitu Taiwan. Sebelum ia lulus dari kampusnya, fakultas keperawatan Universitas Airlangga undangan itu telah sampai ke alamat rumahnya. Tapi ia lebih memilih untuk tidak mengambil undangan itu. Bagi saya, keputusannya menolak itu memang agak aneh. Tapi..., mungkin dia punya pertimbangan lain untuk tidak mengambil undangan itu. Sebelumnya, ia juga mendapatkan kehormatan menjadi delegasi yang ke Belanda. Kisah-kisah perjalanannya ke Belanda saya baca melalui akun facebooknya. Sepertinya pengalaman keliling Eropa itu telah mengalahkan sebuah pengalaman untuk bisa hidup di Taiwan. Tahun lalu ia juga mendapatkan kesempatan ke Amerika Serikat, saya tidak tahu agenda kepergiannya  apa, tapi sepertinya kegiatan kepemudaan sedunia, dimana ia adalah salah satu wakil dari kawasan ASEAN. Saya sempat bertemu dengannya tahun 2015 lalu di Universitas Tanjungpura Pontianak k...

Hukum Progresif: Aksi, Bukan Teks*

Gambar
Hukum progresif adalah sebuah konsep mengenal cara berhukum. Cara berhukum tidak hanya satu, melainkan bermacam-macam. Diantara cara berhukum yang bermacam-macam itu, hukum progresif memiliki tempatnya sendiri. Untuk membuat deskripsi yang jelas mengenai hukum progresif, maka ia dapat dihadapkan kepada cara berhukum yang positif legalistis. Dalam cara berhukum terakhir, maka berhukum adalah menerapkan undang-undang. Cara berhukum yang demikian ini semata-mata berdasarkan undang-undang (alles binnen de kader van de wet) atau “mengeja undang-undang”. Disini orang tidak berfikir jauh kecuali  membaca teks dan logika penerapannya. Cara berhukum seperti ini adalah ibarat menarik garis lurus antara dua titik. Titik yang satu adalah (pasal) undang-undang dan titik yang lain adalah fakta yang terjadi. Segalanya berjalan secara linier, sehingga cara berhukum sudah seperti mesin otomatis. Paul Scholten menyebutnya sebagai “ hanteren van logische figuren ” (Scholten, 1954) sedang...

Hatta; Inspirasi Kemahasiswaan Saya

Gambar
Replika teks proklamasi di Monumen Jogja Kembali (Monjali) Sudah hampir dua tahun saya kembali menjadi mahasiswa lagi. Mahasiswa tentu sebutan yang sangat luar biasa bagi kebanyakan orang. Terlebih mahasiswa S2 yang kuliah di Yogyakarta, bagi saya yang berasal dari  luar  Jawa, sungguh akan sangat mengagumkan. Waktu jadi mahasiswa S1 di Universitas Mataram saya membawa satu visi yaitu menjadi mahasiswa yang berguna bagi masyarakat. Sebab saya pikir, yang membedakan saya dengan status siswa adalah kegunaannya di masyarakat. Idealisme saya tumbuh, sebab saya bergabung dengan teman-teman di gerakan mahasiswa baik internal maupun eksternal kampus. Walaupun  saya bukanlah termasuk mahasiswa yang terlalu idealis. Sebab segalanya masih bisa saya kompromikan. Satu mahasiswa yang menjadi idola saya adalah Soe Hok Gie, dalam buku Catatan Seorang Demonstran saya terkesan dengan aksi-aksinya juga idealisme yang dimilikinya. Masa-masa menjadi mahasiswa..., saya men...

Mengembangkan Metode Belajar Anak (Santri) Kampung Qur’an

Gambar
Saya mulai berfikir satu hal, apakah yang saya lakukan ini akan berkelanjutan ataukah tidak..? dalam artian mungkinkah setelah saya pergi nanti dari kampung ini kegiatan-kegiatan menghafal dapat terlaksana lagi, anak-anak yang ngaji akan semakin berkembang. Setelah lebih dari satu tahun berada disini, saya mulai sadar bahwa selama ini saya berangkat dari sikap otodidak. Tidak ada perencanaan yang matang, kemana anak-anak didik saya di kampung ini saya kembangkan, dan apa yang mesti menjadi unggulan. Tahfizul Qur’an memang tujuan, itu menjadi visi tersendiri yang melatarbelakangi kampung ini di tunjuk menjadi kampung qur’an. Tapi sedari awal saya sudah sadar, bahwa saya sebenarnya tidak tepat berada disini, sebab saya bukan seorang penghafal qur’an. Juga bukan ustadz lulusan pondok. Kadang latar belakang saya yang seperti ini membuat saya merasa tidak percaya diri. Namun, semua ini adalah proses yang masih terus berjalan. Saya tahu tidak mudah memang untuk merubah diri, apalag...

2018 "Mendorong Anak Memiliki Visi Hidup"

Gambar
Tiba tiba saya di sodorkan satu pertanyaan oleh hati kecil saya, "bagaimana masa depan anak didik saya disini..?". Ada semacam ke khawatiran yang terpendam tentang masa depan mereka.   Sepekan yang lalu saat tahun baru menginjakkan kaki di hari pertama, saya ajak anak didik saya untuk membuat prioritas hidup mereka satu tahun ( 2018). Ternyata di luar dugaan saya mereka tidak memiliki impian apapun untuk hidup mereka setahun akan datang. Saya berfikir mungkin karena usia mereka masih anak anak jadi saya wajarkan. Namun saya mulai melatih mereka untuk memiliki mental sebagai seorang pemimpi, memiliki keinginan yan terencana dan berusaha meraihnya. Saya tidak peduli apakah cita cita itu akan mereka dapatkan pada tahun ini sesuai target atau setelah tahun ini berlalu. Yang jelas saya hanya katakan dalam hati bahwa mereka harus belajar memiliki mimpi. Agar mereka tahu kemana arah hidup mereka. Satu pernyataan menarik dari Prof. Rhenald Kasali " kalau setiap hari me...

Prof Dr K Yudian Wahyudi Dari Santri jadi Guru Besar di AS*

Gambar
Artikel ini saya ambil laman Republika, tujuannya satu untuk mengetahui lebih jauh tentang beliau. kebetulan semester ini (2018, red) beliau mengajar saya di mata kuliah legal Maxim. Semoga bisa membuat saya lebih terinpirasi untuk mengejar cita-cita menuntut ilmu hingga hayat terakhir. Yudian Wahyudi adalah dosen pertama dari Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang berhasil menembus Harvard Law School di Amerika Serikat. Hal itu diperolehnya setelah menyelesaikan pendidikan doktor (PhD) di McGill University, Kanada. Ia juga berhasil menjadi profesor dan tergabung dalam American Asosiation of University Professors serta dipercaya mengajar di Tufts University, Amerika Serikat (AS). Keberhasilannya menjadi guru besar dan mengajar di salah satu universitas ternama di AS, telah mengukir sejarah baru dalam dunia pendidikan Islam. Yudian adalah alumnus santri di Pondok Pesantren Termas, Pacitan, Jawa Timur. Kini, Yudian menerbitkan perjalanan kisahnya dalam buku J...