Mengutuk Kedustaan.
Saya tidak tau apa jawaban pasti dari orang orang yang terbiasa berdusta, dan selalu mengulangi kebiasaan buruknya itu. Namun dusta adalah kemunafikkan yang hukumnya jelas neraka. Kasihan orang yang didustai dijanji dengan kebaikan, namun justru menimbulkan kekecewaan. Kedustaan sesungguhnya dapat kita cegah, asal kita mengikuti kata hati. Namun selama masih ada rasa takut dalam diri untuk jujur maka kita akan terus menerus menegasikan kedustaan.
Pengalaman hidup yang pahit ini memang tidak sesuai harapan. Bagi saya yang tidak terbiasa dengan kondisi ini membuat hati kecil saya berontak, betapa munafiknya kita yang menampilkan wajah islami namun justru berbuat sebaliknya. Yang sesungguhnya tidak ada akhlak, adalah mereka yang tidak malu untuk memasang wajah tampan namun berhati busuk. Kita tidak lagi percaya dengan ucapan demi ucapannya, kita juga tidak lagi bisa menaruh harapan padaNya, sebab kita tahu potensi sakit hatinya kita jauh lebih besar dari hasil kebohongannya itu.
Sementara janji adalah janji, dia tidak bisa di cabut kembali. 1000 kali janji manis tidak akan berguna dan bernilai apapun, sebab itu semua adalah hoaks. Jadi buat apa mempercayai dia yang sudah ketahuan belangnya. Buat apa tunduk padaNya jika sudah terlampau sering berangkat janji. Baiknya kita mengutuk dia sebagai 'tukang pendusta" dan berdoa semoga kita dijauhkan dari sikap dan sifat tersebut, serta dia disadarkan dari sifat itu juga. Aamiin Allohumma Aamiin.
#cerita diatas hanya fiktif belaka
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih