PILAR-PILAR MENDIDIK


oleh
Ahmad Rizal Khadapi, SH, SGI
Pada dasarnya setiap orang adalah pendidik, sebab setiap orang mempunyai insting untuk menelurkan kebaikan pada orang lain. Namun seringkali tidak bisa dilakukan karena tidak memiliki kesempatan dan kepercayaan diri. Secara umum kita tidak bisa menyempitkan makna  bahwa mendidik hanya wajib dilakukan oleh orang yang kuliah di kampus keguruan saja yang bisa mendidik.
Mendidik berasal dari kata didik yang berarti educate dalam bahasa Inggris sehingga mendidik atau education adalah sebuah proses memperbaiki diri atau orang lain dengan cara yang benar untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu.
Jika kita adalah seorang bapak, maka kpada anak kita yang berusia 1-2 kita akan mulai mengajarkan anak kita untuk merangkak, berbicara, dan kemudian mengajarkannya untuk berjalan. Kalau ia terjatuh kita beri semangat lagi, sampai ia bisa berjalan dengan baik, Maka yang demikian itu dinamakan mendidik. Sebab ia memiliki cara, tujuan, dan waktu yang tepat untuk diajarkan. Lewat dari usia 2 tahun ternyata anak kita belum bisa berjalan, maka kita akan mulai berfikir bahwa ada sesuatu yang salah dalam perkembangan fisiknya.
Karena itu mendidik memiliki jenjang dan batas waktu tertentu terhadap satu hal yang menjadi bahan pendidikan. Memang pendidikan untuk manusia itu dilakukan sepanjang manusia masih hidup, karena manusia tidak pernah lepas dari khilaf dan kesalahan, oleh karena itu ia perlu diluruskan dengan cara diberi peringatan/dididik.
Ada berbagai macam teroi-teori dalam mendidik, tapi secara sederhana saya ingin menyampaikan empat pilar dalam mendidik, antara lain : :
Mendidik Dengan Bekal Agama
Mendidik anak tidak bisa lepas dari nilai-nilai agama yang kita anut. Apapun agama yang kita yakini, tidak ada agama yang mengajarkan keburukan. Semua agama mengajarkan kita berbuat baik sesama manusia, saling menghormati, saling menghargai, disiplin terhadap waktu, dan saling menjaga diri satu sama lain.
Pendidikan agama adalah bekal terbesar dalam hidup manusia. Seperti halnya dalam agama Islam, saat bayi dilahirkan, maka sunnah untuk langsung diazankan. Karena ada kandungan kebaikan yang harus segera diresapi oleh manusia yang baru lahir. Pertama ia harus tahu siapa Tuhannya (Allahu Akbar), kedua ia harus tahu bagaimana cara menyembahnya ( bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan_Nya) serta dengan mendirikan sholat. Dan apa yang akan didapat oleh manusia jika melakukan itu  (yakni akan mendapatkan kemenangan), maka kemudian manusia akan tersadar bahwa Allah Maha Besar.
Dengan demikian manusia akan mawas diri dalam kehidupannya. Karena telah mengetahui identitas diri yang sesungguhnya. Dengan bekal agama manusia akan mampu menjaga tali persaudaraan dan menyebarkan kebaikan bagi semua.
Mendidik Dengan Bekal Moralitas
Moralitas menjadi benteng kedua bagi manusia. Tanpa moralitas manusia akan menjadi binatang yang memiliki akal. Sebab moralitaslah penjaga nilai nilai humanisme. Conoth sederhana dari moralitas adalah membuang sampah pada tempatnya. Orang yang tidak pernah diajarkan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya, maka selama hidupnya ia akan terbiasa membuang sampah sembarangan. Maka ia mesti diberika pemahaman bahwa itu adalah sesuatu sikap moral yang buruk. Ajarkanlah ia untuk membuang sampah pada tempatnya, dan biasakan juga member contoh membuang sampah pada tempatnya, sehingga anak kita, istri, suami, dan masyarakat akan terbiasa buang sampah pada tempatnya.
Oleh sebab itu moralitas mengajarkan kita untuk menjadi seseorang yang bisa menjaga nilai-nilai kebaikan. Contoh lain dari moralitas adalah, tidak menerima sesuatu yang bukan hak kita. Misalnya kita seorang pegawai negeri sipil, datang seseorang menghampiri kita dan berkata..”pak saya ingin membuat KTP, kalau bisa hari ini sudah jadi (sambil disodorkan amplop yang berisi 50 ribu). Kita kemudian menolak itu, karena memang itu bukan hak kita, dan kita jelaskan bahwa KTP tetap akan dibuatkan, tapi akan jadi pada waktunya. Nah yang demikian itu, dinamakan sikap moral.
Mendidik Dengan Bakal Norma Kesusilaan
Manusia juga perlu dibekali dengan norma kesusilaan. Sebab tabiat manusia yang memiliki nafsu syahwat tak ubahnya seperti binatang. Oleh karena itu, ia harus dibekali dengan pendidikan kesusilaan, agar manusia tahu dimana ia harus melakukan hal-hal privasi dalam dirinya yang sesuai ajaran agama. Tentu bekal pendidikan kesusilaan juga akan mengajarkan pada manusia, bahwa manusia makhluk beradab. Oleh karena ia beradab, maka ia tidak boleh melakukan perbuatan –perbuatan asusila yang melanggar agama.
Mendidik Dengan Bekal Nilai Kesopanan
Dalam hidup kita sebagai manusia, kita sangat membutuhkan mambutuhkan manusia lainnya untuk membantu  menumbuhkan kehidupan yang harmonis. Teori manusia sebagai zoon politicon, bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa manusia lainnya adalah sebuah pembenaran yang nyata dan telah digambarkan dalam Al-Qur’an melalui kisah nabi Adam as. Dikisahkan bahwa ketika nabi Adam as berada di syurga ia tak betah sendiri. Oleh karena itu ia berdoa dan memohon kepada Allah agar diberikan pendamping hidup. Maka Allah memberikan Siti Hawa sebagai pendampingnya.
Maka kita perlu menyadari bahwa sesungguhnya manusia itu amat lemah,  membutuhkan pendamping hidup, komunitas, masyarakat, bangsa, negara untuk dapat memeprtahankan identitas dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari tugas manusia menjalin relasi yang baik yakni dengan cara mempraktikkan nilai/norma kesopanan.
Pendidikan kesopanan dibutuhkan agar manusia tahu bagaimana harus membuat hidupnya lebih bararti bagi manusia lainnya, sopan santun seorang anak terhadap orang tua, menghormati kakak yang lebih tua, dan mencintai sesama.
Maka empat pilar mendidik diatas harus selalu sama-sama diajarkan pada dririkita, dan menerukannya kepada yang lain, baik keluarga, kerabat, dan masyarakat. Agar kita menjadi manusia yang mendidik dan terdidik.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia