GURU PEMENANG

Membayangkan setiap guru Indonesia memiliki karakter humanis, dengan rasa kasih sayang, cinta dan penuh dedikasi memberikan pendidikan terbaik bagi anak, rasanya itu adalah sebuah mimpi yang tiba-tiba hinggap dalam pikiran saya. Bagi saya persoalan guru bukan terletak pada bagaimana mereka mengajar, tapi bagaimana mereka menyadari peran mereka sebagai tools of change bagi peradaban bangsa di masa depan. Dalam pikiran ideal saya, guru itu serba complete, ia harus memiliki jiwa sebagai pendidik sejati. Ia juga harus mampu menjadi yang terdepan dalam urusan pembentukan karakter anak didik.

Jika hari ini kita masih menyaksikan guru dengan segala tingkah laku kekurangannya. Maka sedari sekarang kita harus berkomitmen memperbaikinya. Karena tak mungkin peradaban bangsa masa depan bisa berubah, jika yang mengisinya adalah generasi-generasi yang dibentuk karakter pendidikannya oleh guru-guru yang setengah hati dalam mengajar. Memang antara kedua hal tersebut tak berhubungan secara langsung, tapi kita memahami akibat dari keterkaitannya. Sebgai contoh, bahwa apa yang kita rasakan pada bangsa ini sekarang, tak lepas dari hasil kreasi guru terdahulu mendidik siswa-siswi dengan karakter terntentu. Dan kini kita lihat siswa-siswi itu telah menjadi penguasa yang memperlihatkan arah kebijakan sepandangan dengan karakter yang diajarkan kepada mereka.

Menurut Timothy Wibowo, rendahnya kualitas pendidikan Indonesia saat ini, tak lepas dari beberapa faktor berikut:
  1. Rendahnya sarana fisik
  2. Rendahnya kualitas guru
  3. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan
  4. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
  5. Visi dan moralitas pendidik serta anak didik yang rendah
  6. Mahalnya biaya pendidikan.
Diantara 6 faktor yang diutarakan diatas, dua diantaranya berkaitan dengan pendidik (guru). Maka secara sederhana kita dapat mengatakan, untuk merubah kualitas pendidikan negeri ini, kualitas pendidik (guru) harus dirubah atau ditingkatkan terlebih dahulu.  Terori sederhananya adalah dengan cara merubah sikap berfikir guru, dari sikap berifikir tekstual ke sikap berfikir kontekstual, dari sikap berfikir pengajar ke sikap berfikir pemimpin. Karena karakter guru saat ini, akan menentukan karakter manusia Indonesia masa depan.

Mengacu pada hal diatas, menurut hemat saya idealnya guru harus memiliki mindset berifikir sebagai pemenang.  Untuk itu ada empat hal yang perlu ditanamkan pada guru, dalam cara berfikir atau paradigma mendidik mereka.
  1. Paradigma Enginering, yaitu paradigma merekayasa atau mendesai segala sesuatu yang ada dalam lingkungan dan alam sekitar, sesuai dengan fungsi manusia sebagai pemimpin di bumi. Maka hendaknya seorang guru itu memiliki mindset berfikir sebagai seorang desainer yang akan merubah karakter anak, menjadi karakter yang lebih unggul. Guru harus mampu melakukan rekayasa dalam diri karakter anak, menjadi karakter sebagai seorang pemimpin masa depan, menjadi karakter seorang negarawan, menjadi karakter seorang pejuang, menjadi karakter sebagai pemenang, menjadi karakter orang yang jujur, dan karakter-karakter lain sesuai dengan yang dicita-citakan agama dan negara.
  2. Paradigma Penaklukan, yaitu cara pandang seorang guru dalam melihat tantangan masa kini dan tantangan masa depan bangsa, yang akan dihadapi oleh siswa-siswi yang dididiknya, untuk melihat itu sebagai peluang yang harus ditaklukkan oleh mereka. Maka hendaknya guru memandang segala sesuatu yang ada disekitarnya sebagai hal-hal yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan. Karakter sebagai penakluk ini harus ditanamakan kepada siswa, agar siswa memiliki keberanian dalam menghadapi tantangan hidupnya dimasa depan.
  3. Paradigma Eksperimental atau Empiris, yaitu paradigma (cara berfikir) seorang guru yang senantiasa memiliki kesadaran untuk belajar dan mengajar dari pengalaman pengalaman empiris yang telah berlalu. Maka dari itu penting bagi guru  untuk menanamkan dua karakter berikut kepada siswa-siswinya (1. menjadi pengkritik yang cerdas, bukan penyanjung yang brilian, bila menemukan kesuksesan terhadap lingkungannya, dengan maksud agar sukses tidak menjadi pembuat rasa sombong dalam diri. 2 menjadi  peneymangat yang bijak atau motivator yang ulung, bila menemukan kegagalan dalam lingkungannya, agar ia selalu semangat dalam berjuang, dan senantiasa memilki rasa harap pada Allah swt). Sehingga ia senantiasa bereksperimen tentang segala sesuatu yang menjadi needs (kebutuhan) baru dimasa depan.
  4. Paradigma Inovasi, yaitu cara pandang seorang guru terhadap gabungan antara norma yang diyakini dengan pengalaman yang dialami, untuk memunculkan pengetahuan ketiga. Artinya antara apa yang tertulis dalam buku dengan apa yang menjadi pengalaman dalam mengajar dan belajar senantiasa menjadi bahan refleksi seroang guru, agar ia mampu menemukan cara-cara baru dalam mengajar dan membentuk karakter peserta didik. Guru yang memiliki sikap inovasi tinggi akan lebih mudah menanamkan karakter sebagai pemenang kepada para peserta didiknya.
Maka dari itu, kita dapat menyatakan bahwa karakter seorang guru akan menentukan karakter siswa siswi yang dididiknya. Jika karakter yang dimiliki seorang guru adalah karakter pejuang, maka Insya Allah karakter siswa yang terbentuk juga pasti menjadi pejuang, Jika karakter yang dimiliki seroang guru dalam mengajar adalah pemimpin, maka Insya Allah karakter peserta didiknya juga seorang pemimpin. Jika karakter seorang guru sebagai muslim negarawan, maka Insya Allah peserta didik dimasa depan akan menjadi seorang negarawan yang handal.

Akhir kata segala sesuatu yang benar datangnya dari Allah, dan yang salah atas khilaf sebagai manusia. Mohon maaf jika terdapat kesalahan. Kritik dan saran yang konstruktif sangat dinanti sebagai bahan perbaikan diri. Terimakasih dan semoga bermanfaat.



Referensi:
Anis M: dalam Tulisan Menjadi Pemenang
www.pendidikankarakter.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia