MEMBENDUNG ARUS PESIMISME
Terlalu naif kita sebagai pemuda Indonesia,
ketika kita diam dengan segala problematika bangsa yang menghinggapinya saat
ini. Apatah lagi sampai kita hanya sibuk memikirkan kepentingan pribadi kita
diatas kepentingan bangsa dan negara. Memang menurut sebagian besar orang, tak
ada gunanya kita memikirkan masalah bangsa yang bukan ranahnya untuk
dipikirkan.
Tapi saya yakin itu hanya pandangan
skeptis dari sebagian orang yang tak faham dengan kondisi kritis bangsa saat
ini. Saya juga sadar diri, bahwa ini bukanlah ranah yang mesti saya fikirkan
dan cemaskan, tapi lebih dari itu sebagai pemuda Indonesia ada rasa kprihatinan
melihat setiap pristiwa yang tersajdi dan terbaca. Dari pristiwa yang sifatnya
remeh temeh sampai dengan pristiwa yang sifatnya besar adalah pristiwa pristiwa
negatif yang membuat kita pesimis menatap masa depan bangsa ini.
Jika sebagian besar ilmuawan Barat
menuliskan hasil penelitian yang membuat mereka optimis menatap masa depan, seperti karyanya Samuel P. Huntington dalam buku Benturan Peradaban yang notabene sangat mengagungkan keberhasilan Barat menerapkan ideologi Kapitalisme dengan embel-emebl demokrasi liberalnya. Kita
justru sebaliknya, sibuk menuliskan sendi-sendi buruk kehidupan bangsa yang negatif, sehingga
saya berpendapat bahwa sat ini rakyat dibuat merasa putus asa (pesemis) dengan segala kondisi yang terjadi, baik rakyat menerima informasi tersebut dari buku tulisan, berita di media massa atau yang lainnya.
menurut hemat saya, setidaknya sejak awal bulan ini saja kita melihat lima pristiwa negatif yang diberitakan oleh media secara berlebihan,
yang membuat masyarakat merasa miris dan semakin pesimis dengan bangsa ini, antara lain;
- Pemebritaan negatif terhadap FPI yang menentang dilantiknya salah satu PLT gubernur di Jakarta menjadi gubernur
- Berita seputar Konflik di DPR yang terpecah menjadi 2, antara KMP dan KIH, untung sekarang sudah bisa damai.
- Berita terkait dengan kenaikan harga BBM ( tentu ini berita negatif, sekligus berdampak luas pada semua sektor kebijakan, baik yang makro sampai dengan mikro). Disamping itu juga menurut saya sangat tidak rasional ketika harga minyak dunia turun, malah pemerintah menaikkan harga BBM.
- Berita terkait dengan memanasnya hubungan Indonesia dan Malaysia, karena beberapa desa di perbatasan diklaim oleh malaysia. Sebelumnya juga diberitakan seorang pemuda Indonesia yang kuliah di Singapura ikut wajib militer Singapura.
- Dan yang paling menggemparkan baru baru ini adalah pertikaian antara TNI dan Brimob Polri .
Tentu tak
hanya lima pristiwa diatas yang menghiasai berita negatif seputar keadaan
negeri saat ini. Saya yakin lebih banyak dari apa yang saya kemukakan. Pada konteks
yang demikian saya kemudian berifikir, alangkah lebih bijak jikalau setiap
pemebritaan/ informasi yang mengandung unsur pembangun pesimisme terhada rakyat
tidak diberitakan oleh media massa, baik cetak ataupun elektronik. Pun dalam
hal ini saya juga berpendapat, alangkah lebih baik jikalau para ilmuan kita
mengembangkan penelitian-penelitian ilmiah yang bersifat membangun keperacayaan
diri bangsa dan membangun rasa optimisme dan nasionalisme rakyat.
Sebagai kata
akhir, sepakat atau tidak sepakat semua peristiwa itu memang nyata ada dalam
alam hidup bangsa kita. Tentu saja kita tak boleh pesimis menatap masa
depan bangsa ini, kita berharap semoga presiden kita yang baru beberapa minggu lalu
dilantik dapat membawa perubahan lebih baik bagi bangsa ini kedepan. Lebih dari
itu kita juga berharap bapak presiden yang terhormat, memprioritaskan pembangunan pada sektor kesejahteraan
rakyat, hingga kita dapat berharap beliau mampu menjadi
tokoh pemersatu bagi seluruh element bangsa.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih