INKUBASI SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN




Umumnya ada banyak strategi yang digunakan dalam proses belajar mengajar  antara sisiwa dengan guru dikelas. Tapi tak semua strategi pembelajaran tersebut berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Kadangkala penerapan suatu strategi pembelajaran yang telah tersusun rapi terkendala dengan hal tekhnis dari anak didik yang bersifat nyata pada saat menjalankan strategi dimaksud. Dari hal ini kemudian, guru dituntut tak hanya sekedar mempunyai satu strategi dalam proses kegiatan belajar mengajar dikelas.
Lebih dari itu seorang guru dituntut untuk dapat menerapkan berbagai macam strategi pembelajaran dikelas, juga harus berinovasi atas segala bentuk strategi yang masih mungkin untuk dapat dikembangkan. Menilik makna belajar, maka dari beberapa ahli dapat di lihat pengertian belajar.
Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.  Sedangkan menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Dari apa yang disampaikan oleh Winkel dan Ernest, dapat disebutkan beberapa unsur-unsur dari belajar, antara lain:
1.       Belajar merupakan aktivitas mental atau psikis
2.       Berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan
3.       Menghasilkan perubahan
4.       Adanya pengelolaan pemahaman
Pada sisi yang berbeda mari kita mencoba cari apa pengertian dari kata strategi.
Berdasarkan penelusuran pada situs Wikipedia, ditemukan bahwa strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut. Contoh berikut menggambarkan perbedaannya, "Strategi untuk memenangkan keseluruhan kejuaraan dengan taktik untuk memenangkan satu pertandingan".
Adapun unsur-unsur dari strategi sebagai berikut:
1.       Merupakan suatu pendekatan
2.       Berkaitan dengan pelaksanaan gagasan
3.       Berkaitan dengan pelaksanaan perencanaan
4.       Berkaitan dengan eksekusi sebuah aktivitas
5.       Dalam kurun waktu tertentu.
Dari kedua sumber tersebut, barangkali disini kita dapat menyepakati suatu pengertian tentang strategi belajar, yaitu suatu pendekatan  untuk mewujudkan pelaksanaan aktivitas mental atau psikis berlangsung dalam interaksi aktif dalam sautu lingkungan tertentu dan waktu tertentu bersifat terencana dan sistematis dengan tujuan untuk menghasilkan perubahan dalam  pemahaman ilmu pengetahuan siswa dan guru.
Dari paparan pengertian strategi belajar tadi, disini saya ingin mengemukakan suatu bentuk strategi belajar yang bernialai sosiologis. Ini memang agak prematur untuk diutarakan, karena bukan bersifat ilmiah, namun lebih sebagai sebuah ide saja. Dalam satu komunitas belajar kita bisa menentukan bahwa aktifitas belajar siswa cendrung akan stagnan dan tidak berkembang, disebabkan karena strategi belajar (pembelajaran) dari guru yang tak bervariatif (analisis yang masih harus diperbaiki).
Strategi belajar yang dimaksud yaitu melakukan inkubasi komunitas belajar pada proses pembelajaran. Hal ini terlahir dari suatu teori tentang lapisan masyarakat. Dimana masyarakat dibagi  menjadi 4 lapisan berdasarkan hal hal berikut (soerjono soekanto, 1990):
1.       Ukuran kekayaan, barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, maka ia masuk lapisan masyarakat paling atas.
2.       Ukuran kekuasaan. Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan atas.
3.       Ukuran kehormatan, orang yang paling disegani dan dihormati mendapatkan tempat teratas.
4.       Ukuran ilmu pengetahuan,
Tentu ukuran-ukuran tersebut tidaklah bersifat limitative, karena masih ada ukuran-ukuran yang lainnya. Maka kaitannya dengan pembelajaran dikelas, berdasarkan teori tersebut, setidaknya kita mungkin akan mengatakan bahwa kita harus mengelompokkan atau melakukan inkubasi pada siswa dalam batas-batas kemampuan mereka untuk kemudian seorang guru memberikan perhatian penuh/lebih  pada sekelompok siswa yang memiliki kecendrungan yang berebeda daripada kecendrungan kecerdasan siswa pada umumnya.
Jadi pada hal yang demikian bukan membuat class antara siswa yang unggul dan non unggul, tapi membuat bimbingan khusus/ materi dengan sterategi pembelajaran yang lebih bervariatif pada siswa yang memiliki kecendrungan berbeda. Untuk melakukan hal ini, menurut hemat saya setidaknya harus ada minimal 2 guru dalam satu kelas yang berisi 30-35 siswa.
Dari apa yang menjadi paparan diatas, tentu masih banyak kekurangan dan banyak hal yang mesti diperbaiki, atas ketidak fahaman saya. Lebih dari itu, sebagai orang yang baru belajar tentang pendidikan, maka saya masih butuh untuk belajar lebih giat kembalil.
Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Press, 1990







               

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia