Hijau Daun


Salah satu Band pop indonesia yang saya
kenal adalah Hijau Daun. Band yang populer lewat lagu "menunggu" ini pernah jadi bagian dari perjalanan masa SMA saya. Seringkali dulu teman teman kelas memutar lagu ini saat jam istirahat atau saat jam guru lagi kosong. Entah apa yang menjadi alasan sehingga band ini menamakan dirinya menjadi "Hijau daun" lebih dari itu saya juga tidak terlalu kenal asal muasal band ini, mungkin teman-teman bisa langsung cek di google atau youtube.

Ngomong-ngomong soal hijau daun saya jadi ingat saudara saudara kita di Riau, Kalimantan Barat, Palangka Raya, Jambi, Palembang, dan beberapa daerah yang terkena kebakaran hutan tahun ini. Mereka sudah tak dapat lagi menikmati indahnya dedaunan hijau di lagi hari karena terhalang oleh jarak pandang yang makin hilang sebab asap dari kebakaran hutan dan lahan. Saya sebenarnya agak heran..., kok bisa kebakaran hutan terjadi tiap tahun di dua pulau terbesar milik indonesia ini. Kita tahu bahwa karakteristik tanah di daerah ini memang tanah gambut, sehingga dikala musim panas agak panjang seperti tahun ini mudah sekali terbakar pepohonan yang ada diatasnya jika di bakar oleh tangan tangan jahil manusia.

Akibat dari kebakaran lahan dan hutan tahun ini bukan hanya manusia yangbjadi korban, namun juga berbagai binatang lain seperti spesies ular langka, orang utan, gajah juga jadi korbannya. Kasihan memang..., bahkan kemarin (ahad 22 September) sempat beredar video di lini sosial media terkait dengan mencdkamnya suasana pedesaan di Kabupaten Muaro Jambi akibat warna langit yang tiba tiba berwarna merah. Fenomena ini disebabkan karena partikel akibat kabut asap yang menjadikan pantulan cahaya matahari membias jadi merah. Kalau sudah begini sepertinya negara tak punya daya upaya lagi memadamkan api. Apatahlagi musim kemarau masih sangatlah panjang, kira kira sampai dengan bulan depan indonesia masih dipanda musim kemarau panjang seperti kata BMKG.

Indahnya daun hijau tak nampak lagi untuk dinikmati pada pagi hari oleh saudara saudara kita disana. Alhamdulillah mari kita bersyukur bagi yang berada di pulau selain itu, termasuk saya juga di lombok sangat bersyukur betul setiap pagi mampu melihat hijaunya daun dan rindangnya pepohonan, birunya langit yang berpadu dengan awan putih serta gunung Rinjani yang terlihat elok di pagi hari. Begitulah kita disini menikmati indahnya pemandangan alam yang Allah ciptakan, walaupun hujan tak kunjung turun lebih dari tiga bulan ini. 

Ooo ya coba kita balik sedikit untuk membahas kebakaran hutan dan lahan di kalimantan. Tahun 2015 lalu saya berada di Pontianak, saat itu saya juga terkena imbas dari kabut asap akibat kebakaran hutan. Sebenarnya kebakaran hutan ini bukan barang baru bagi masyarakat juga bagi pemerintah. Jadi kalau mau tidak ada lagi kebakaran hutan m, pemerintah bisa mengantisipasinya dengan menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Caranya adalah menjatuhkan sanksi tegas bagi pembakar, atau dari sisi preventif pemerintah bisa melakukannya dengan memanggil seluruh pemilik lahan untuk diingatkan terlebih dahulu diberikan sosialisasi strategi pencegahan kebakaran hutan, dan sekalian ancaman tegas berupa pencabutan hak pakai sekaligus penjara pidana diatas 20 tahun bagi pembakar hutan juga bagi perusahaan yang lahannya terbakar karena di bakar sendiri oleh oknum yang menyuruh masyarakat membuka lahan. Hukum mesti ditegakkan agar ada efek jera sekaligus mencegah terulangnya kembali kebakaran hutan di masa akan datang.

Kalau tidak ada ancaman tegas dari sisi hukum, maka tidak mungkin kebakaran hukum mampu di hentikan dihilangkan setiap tahun. Bisa Jadi setiap tahun akan terulang kembali kasus kasus yang sama, akibatnya bukan hanya masyarakat yang dirugikan ,namun juga negara menjadi malu sebab asap kebakaran hutan mengganggu negara tetangga sehingga pemerintah di lihat tidak mampu mencegah terjadinya kebakaran hutan.

Selain faktor lemahnya penegakan hukum, faktor lain yang saya lihat adalah kesadaran masyarakat yang masih rendah. Masyarakat di sekitar lahan yang dibakar biasanya tergiur untuk membakar hutan dan lahan karena upah yang tinggi dari pesuruhnya. Kesulitan ekonomi menjadi faktor utama masyarakat mencari jalan pintas membuka lahan dengan cara membakar. Karena keterbatasan dari sisi keuangan maka masyarakat tergiur untuk di upah membakar lahan.

Tahun ini berdasarkan laporan BMKG kemungkinan musim panas masih akan terjadi hingga bulan depan, dan berdasarkan laporan BNPB jumlah lahan yang sudah terbakar di dua pulau ini sepanjang januari hingga agustus ini 328.724 ribu hektare di seluruh indonesia. Sebuah angka yang tidak bisa dikatakan kecil. Kebakaran lahan dan hutan yang paling luas terjadi di privinsi Riau. Mengutip dari katadata.com "Luas lahan terbakar terbanyak ada di Provinsi Riau, yaitu mencapai 49.266 hektare," kataPelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB Agus Wibowo di Jakarta, Jumat (19/9).

Kini persoalannya bagaimana agar masyarakat disana bisa menikmati kembali segarnya udara di pagi hari, hijaunya daun sebagai pemandangan mata, dan ceritanya anak anak pergi sekolah. Yang bisa kita lakukan sebagai saudara sebangsa adalah mendoakan, semoga Allah swt segera mencabut bencana asap nasional ini...Aamiin Allohumma Aamiin. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia