Melawan Titik Jenuh


by
Ahmad Rizal Khadapi

Apa yang kita namakan sebagai titik jenuh..? mungkin bisa disebut sebagai suatu keadaan yang memberikan rasa tidak aman dan/atau nyaman dalam dirikita atau suatu keadaan monoton tanpa kreatifitas yang terus berulang-ulang terjadi. Pada dasarnya peristiwa atau kejadian dalam hidup kita sudah ditentukan alur perjalanannya oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, kita bisa menerima hal tersebut sebagai takdir yang harus di syukuri atau bisa memilih jalan lain yaitu merasa gelisah serta selalu ingin berubah untuk terus memperbaiki diri agar lebih bisa dekat dengan apa yang diharapkan.

Titik jenuh terjadi pada siapa saja di dunia ini, baik yang sudah kaya ataupun yang masih miskin, baik yang memiliki pendidikan tinggi ataupun yang tidak pernah sekolah, baik yang sudah terpenuhi segala kebutuhan hidupnya ataupun yang serba kekurangan. Sebagai bukti bahwa hidup ini akan selalu menemui titik jenuh adalah kejenuhan seorang Habibie ketika iya hidup pasca ibu Ainun meninggal dunia, semua harta kekayaan dan kecerdasan rasanya seperti tiada berguna, sebab iya pernah mengatakan “setelah ibu Ainun meninggal, iyapun tak takut mati”. Sungguh suatu pernyataan yang secara tersirat menunjukkan betapa dunia ini sangat menjenuhkan dan tidak asyik lagi.

Saya yakin diantara kita semua pernah mengalami satu titik dimana semua hal yang pernah kita dapatkan, masa lalu yang sudah kita lewati, masa depan yang di impikan sepertinya sudah tidak berguna lagi, berbagai macam buku motivasi sudah kita baca, namun tak kunjung membuat kita semangat kembali mengarungi semua jalan prestasi kedepan. Dan kemudian hati kita bertanya pada titik yang disebut “mencari apa lagi dalam hidup ini?”. Jika dikembalikan pada pertanyaan ini memang tidak akan ketemu apa yang kita cari.  Sebab yang kita cari adalah kefanaan, kecuali jika pertanyaan tentang bagaimana mencari kehangatan hidup dunia dan akhirat, maka ditemukan beberapa jawaban yang tepat atas dua pertanyaan ini.

Mari kita perhatikan firman Allah swt dalam Qs An-Nahl ayat 97 “barang siapa berbuat kebaikan, baik laki-laki mapun perempuan, sedangkan dia itu beriman, maka Aku (Allah) akan memberi kehidupan kepada mereka dengan kehidupan sejahtera dan akan Aku balas dengan pahala segala apa yang telah mereka kerjakan”. Hal sebaliknya juga di ungkapkan Allah dalam Qs An-Nisa 123 “... siapa saja yang berbuat kejelakan akan di balas denganNya..”

Begitulah hidup kita di dunia titik jenuh sesungguhnya adalah titik dimana kita ingin melakukan sesuatu yang baru untuk mendapatkan hal yang lebih baru dalam hidup kita. Menurut golongan Qodariyah (dalam kelompok-kelompok aliran pikiran pada agama Islam) menyatakan bahwa segala sesuatu itu terjadi bukan semata karena telah konsep (rancang) oleh Allah dalam azaliNya, melainkan juga karena hasil usaha manusia atau karena peristiwa alami yang bersifat baharu (ciptaan). Dapat kita baca dalam Qs Al-Baqarah ayat 286 “Allah tidak membebani seseorang, melainkan dengan kesanggupannya. Ia memndapat apa yang ia usahakan dan ia bertanggung jawab lantaran apa yang telah dikerjakannya....”.

Jadi bagian dari inovasi ketika kita berada dalam titik jenuh sesungguhnya juga dibenarkan oleh Allah swt. Titik jenuh merupakan juga sikap refleksi yang terjadi di alam bawah sadar manusia agar ia mengevaluasi diri dan mencari jalan terbaik atas hidup ideal yang ia harapkan di muka bumi ini. Namun demikian segala ikhtiar dan usaha tetap merupakan bagian dari kesungguhan diri untuk lepas dari titik jenuh. Pada momen-momen tertentu akan ada kesempatan untuk melompat lebih tinggi, dan berada di atas rata-rata kebanyakan manusia pada umumnya.

Mari kita lihat kembali firman Allah dalam Qs Al-Hadiid ayat 22 “tak ada musimbah menimpa bumi dan dirimu, melainkan telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya...”. begitulah Allah mengungkapkan bahwa ada takdir kita yang sudah ditentukan untuk hidup di dunia ini. Karena itu seyogyanya kita tidak khawatir dengan jalan  hidup di masa depan, apakah akan semakin buruk atau baik. Namun saya sendiri berkeyakinan bahwa dua hal di dunia ini tidak akan pernah lepas dari hidup manusia yaitu musibah dan keberuntungan, gagal dan keberhasilan, hasil baik dan hasil buruk. Pada kedua titik ini tetap saja manusia selalu memiliki titik jenuh, Oleh karena itu Allah perintahkan kita untuk mencari kesenangan yang lebih hakiki yaitu akhiratNya. 

Maka berdoa untuk kebaikan dunia dan kebaikan akhirat adalah wajib, supaya titik jenuh kita terlawan atau teratasi oleh petunjuk dari Allah swt. Sebagaimana firmanNya Al-Kahfi ayat 17 “Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka ia adalah orang yang mendapat petunjuk dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka sekali-kali engkau tidak akan memperoleh penolong yang dapat memberikan petunjuk kepadanya”.

Jadi memang hidup kita di dunia ini adalah proses takdir yang berjalan dengan segala fasilitas yang diberikan Allah kepada kita, termasuk perasaan jenuh pada suatu waktu yang kerap kali menimpa setiap manusia. Dalam persepektif teologis dinyatakan bahwa kebenaran dan kesalahan adalah takdir yang diciptakan Allah. Manusia bisa berbuat salah atau juga bisa melakukan kebenaran, dan titik jenuh adalah godaan sekaligus fasilitas bagi manusia untuk terus menemukan titik keseimbangan menuju kebenaran sejati dalam hidupnya yang telah Allah tunjukkan.

Dinyatakan dalam sebuah buku bahwa “segala aktifitas manusia untuk mencapai suatu tujuan tertentu, niscaya di dorong oleh kemauan (irodah)-nya untuk memperolehnya. Perbuatan dan gerak langkahnya merupakan peruatan yang diikhiarkan, bukan karena terpaksa. Akan tetapi karena tempat berkiprahnya manusia itu di alam dunia dan idi masyarakat ramai, maka mereka akan terbentur dan dipengaruhi oleh keadaan alam itu sendiri, baik berupa manusia maupun kekuatan di luar manusia. Perbuatan manusia akan berhasil dengan sempurna lantaran ikhiyarnya itu sesuai pula dengan sarana-sarana dan sebab akibat yang telah diciptakan dan dimudahkan Tuhan untuk dikerjakan oleh manusia”.

Soooo.... bagi kita yang masih menjalani proses demi proses dalam hidup ini, titik jenuh sekali lagi adalah bagian tak terpisahkan dari media yang inheren dalam diri manusia agar ia selalu menjadi lebih baik. Mungkin saja kalau tidak ada titik jenuh dalam hidup manusia, maka kualitas dan pencapaian-pencapain hidupnya tidak akan semakin baik. Seperti halnya anak SD yang akan masuk ke jenjang SMP maka ia perlu mengikuti ujian sekolah berstandar nasional terlebih dahulu sebelum bisa mengikuti jejak di bangku SMP. Terakhir mari kita pegang Firman Allah swt dalam Qs Ali-Imran 101 “ barangsiapa berpegang teguh pada agama Allah, niscaya ia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia