Nasib Para Petani Tembakau
Tembakau bukankah barang asing bagi masyarakat Lombok. Hampir tiap hari tembakau menjadi pemandangan hidup, juga kebutuhan bagi sebagian kaum Adam di daerah ini. Tembakau Lombok merupakan tembakau yang sangat terkenal. Jenis tembakau disini adalah Virginia. Dulu penjajah Belanda yang membawanya untuk di tanam. Setelah era penjajahan Belanda berakhir, tembakau masih tetap jadi primadona petani untuk dibudidayakan selain beras.
Baru baru ini saya baca bahwa petani sedang kesulitan dalam memasarkan produk tembakaunya. Potensi kerugian petani jadi semakin tinggi, sudah cost produksinya begitu tinggi, kini petani di hadapkan dengan persoalan rendahnya harga jual. Tentu saja potensi kerugian ini tidak akan terjadi jika petani sedari awal sudah memiliki akses pasar yang jelas, tepat, dan pasti dengan perusahaan. Kesannya selama ini adalah perusahaan terlalu memiliki kuasa penuh dalam menentukan harga tembakau petani. Di Lombok tengah sekitar 10.600 hektar tanaman tembakau milik petani swadaya yang berpotensi tidak dibeli perusahaan. Harga grit tembakau yang di beli oleh perusahaan untuk yang tertinggi sekitar Rp 45.000/kg sedangkan harga terendahnya Rp 32.000/kg.
Karena itu, potensi kerugian petani yang tidak bisa ditangani harus segera di Carikan solusi yang tepat. Kejadian meruginya petani bukan sekali ini terjadi, bahkan dari tahun ke tahun selalu saja terulang. Kontrol petani yang menanam tembakau jenis ini memang perlu lebih intensif lagi agar tidak menjadi beban kerugian bagi petani. Jangan sampai target produksi yang sudah ditetapkan terlampaui sehingga tak bisa terjual semestinya. Saatnya untuk mensejahterakan petani dengan kebijakan yang tepat dari pemerintah.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, ataupun opini anda pada kolom ini. Terimakasih