Seni Memilih Kawan

Fose bersama Jhoni M (dosen), Pak Murnan (,Ketua DPRD Lombok Timur)

Ada satu hadis nabi SAW yang selalu mengingatkan kita untuk bergaul dengan sesama manusia. Namun tidak semua golongan harus menjadi sahabat kita, sebab ada yang tidak di rekomendasikan agar kita tidak ikut tercemar dengan keburukan yang dilakukan, kecuali memang benteng kebaikan kita jauh lebih banyak daripada keburukan yang dilakukan. Sebagaimana kata baginda nabi SAW " siapa yang bergaul dengan tukang pandai besi niscaya iya akan ikut tercium bau besinya, dan siapa yang bergaul dengan tukang minyak wangi maka niscaya ia akan tercium juga bau wanginya.

Bagi kita sebagai manusia yang senantiasa mengedapankan prinsip husnudzon (baik sangka), maka dalam proses mencari kawan dan sahabat ini semua golongan manusia akan terseleksi dengan baik untuk menjadi kawan atau sahabat. Kadangkala persahabatan terbangun karena urusan yang sama dalam pekerjaan, atau dalam urusan yang sama dengan hobi, status sosial, asal daerah, atau bulan lahir seperti komunitas Agustus yang lahir di bulan Agustus.

Begitulah proses menjadi kawan atau sahabat. Namun dalam dunia perpolitikan semua belum tentu sama, sebab ada istilah yang terkenal "sahabat bisa jadi lawan, dan lawan bisa jadi sahabat. Tidak ada persahabatan yang abadi dalam politik, yang ada adalah kepentingan yang abadi". Hal ini sangat berbeda dengan bagaimana para sahabat tempo dulu mencerminkan diri dalam kehidupan sehari-harinya, kawan adalah kawan, sahabat adalah sahabat. Namun demikian dalam proses mencari sahabat perlu selalu diperhatikan wanti wanti dari Rasullullah SAW, bagi kita yang imannya lemah. Nah karena itu semua akan menyelamatkan kita, dari kemungkinan kemungkinan resiko akibat berkawan dengan orang yang kurang tepat.

Hidup di dunia memang membutuhkan kolaborasi, seperti kata umum yang sering kali kita dengar bahwa manusia adalah zoom politician alias tidak bisa hidup sendiri. Manusia selalu membutuhkan kawan untuk bisa membangun dan tentu saja pesaing untuk terus maju. Dalam dinamika berkawan kita sebagai manusia membutuhkan kawan yang mampu memotivasi dirikita juga sekaligus turut membawa kita pada kebaikan dan juga membutuhkan sahabat yang mampu menjadikan kita lebih bermanfaat lagi. Seperti kata baginya Nabi SAW "sebaik baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi manusia lainnya". 

Selain itu kita juga mesti pandai dalam bergaul. Sebab tidak semua kawan yang menjadi sahabat atau teman adalah yang mampu terjaga dari tidak membicarakan keburukan orang lain. Jika hal ini terjadi Allah sudah perintahkan pada kita untuk berpaling dari jenis kawan tersebut. Dalam al-a'raf ayat 199 Allah menyatakan "jadilah engkau pemaaf dan serumah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah daripada orang orang yang bodoh". Nah sebab ketidak tahunannya tentang orang yang dibicarakan keburukannya, maka ia termasuk dalam kategori bodoh. 

Persahabatan akan menetukan akan jadi apa kita kedepannya, jika hari ini kita berkawan dengan para ustadz maka Insya Allah kedepannya juga akan jadi ustadz, jika hari ini berkawan dengan ilmuwan maka kedepannya juga akan jadi ilmuwan, jika kedepannya berkawan dengan para penulis maka kedepannya juga akan jadi penulis, jika hari ini berkawan dengan pengusaha maka kedepannya bisa jadi kita pengusaha, jika hari ini berkawan dengan para politisi maka tidak menutup kemungkinan kedepan akan jadi politisi. Begitulah perkawanan mempengaruhi sisi terbesar kehidupan kita. 

Perkawanan juga merupakan ajang untuk saling menasehati, saling memotivasi, dan saling tolong menolong. Dalam QS An-Nahl 125 Allah swt berfirman " serumah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan janganlah mereka dengan cara yang baik". Poin inti dari ayat ini adalah metode menyampaikan jalan Tuhan kepada sahabat adalah dengan cara yang baik dan penuh hikmah, berarti tak boleh ada sedikitpun rasa benci dan dengki dalam diri seorang sahabat yang menyeru kebaikan pada temannya. 

Begitupun dalam QS Al Maidah ayat 2 " dan tolong menolong kamu dalam mengerjakan kebaikan dan takwa". Perintah Allah jelas kepada manusia, yaitu tolong menolong. Tidak peduli kesusahan apa yang sedang kita alami, begitu ada sahabat atau kawan yang membutuhkan pertolongan maka seyogyanya kita menolong, agar terasa ringan beban yang diamanatkan pada dirinya.

Baginya Nabi SAW telah bersabda " siapa menyeru kepada hidayah, niscaya dia mendapatkan pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan siapa yang menyeru kepada kesesatan, niscaya dia mendapatkan dosa yang sama dengan dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun". Hal ini menunjukkan bahwa dalam berkawan atau bersahabat berhati hatilah dalam memberikan nasehat, seruan, diskusi, atau motivasi, jangan sampai kita menjadi yang termasuk kategori pada kesesatan alias menyebar berita bohong atau hoaks pada sahabat kita. Persoalan ini juga berlaku sebaliknya, hati hatilah mengikuti kawan yang mengajak kita pada kesesatan. Sebab jika kita melakukan kesesatan karena seruannya, ajakannya, atau motivasinya, maka siap-siap kawan yang mengajak pada kesesatan itu akan menerima dosa jariah.

Lebih utama bagi kita tentu saja mengamalkan perintah Nabi SAW "demi Allah, Allah memberi hidayah kepada seseorang melalui kamu adalah lebih baik bagimu daripada kamu mendapatkan seekor unta". Keutamaan inilah yang coba kita cari dari suatu persahabatan, agar kita menjadi sahabat yang mampu menunjukkan jalan hidayah dan kenangan. Hadirnya kita sebagai sahabat atau kawan atau partner kerja menjadi pembawa kebahagiaan bagi kawan atau sahabat itu. Maka dari itu menurut hemat saya, boleh saja kita memilih kawan atau sahabat asalkan menimbulkan sisi simbiosis jurnalisme atau saling menguntungkan. Kalau bisa justru kita menjadi sumber kebenaran, kebahagian, dan perubahan bagi komunitas atau sahabat itu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

TEORI IJTIHAD IMAM SYAFI’I

Jalan Kerja