PENDIDIKAN JIWA KEPEMIMPINAN

Belajar tetang kepemimpinan bagi saya adalah suatu hal yang wajib. Seringkali saya mendengar bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah diatas muka bumi ini. Dalam satu kesempatan Nabi besar Muhammad SAW juga pernah menyampaikan bahwa tiap-tiap dirikita adalah pemimpin, dan setiap yang memimpin akan diminta pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya.

Kepemimpinan bukan hanya milik segilintir orang, tapi kepemimpinan sejati ada dalam diri kita, minimal kita menjadi pemimpin bagi diri kita sendiri. Makna kepemimpinan telah diberikan oleh beberapa ahli, seperti yang dikatakan oleh James M. Black “leadership is capability of persuading others to work together undertheir direction as a team to accomplish certain designated obyective (kemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain supaya bekerjasama dibawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai atau melakukan suatu tujuan tertentu .”       

Tentunya setiap individu memiliki potensi untuk dapat mempengaruhi orang lain. Setiap individu memiliki kharismanya tersendiri. Kepemimpinan tak lahir karena gen dari keturunan/orang tua. Tapi kepemimpinan lahir dari bakat dan potensi yang ada pada diri seseorang. Islam sebagai agama (sebagai petunjuk hidup) bagi umat manusia telah lama membicarakan masalah kepemimpinan ini.        

 Dalam Islam kepemimpinan dipandang bukan sebagai sesuatu yang istimewa, tetapi tanggung jawab, ia bukan fasilitas, tetapi pengorbanan, juga bukan untuk berleha-leha tapi untuk bekerja keras. Sifat kepemimpinan sendiri telah ada pada diri Rosul SAW sebagai contoh hidup bagi umat manusia. Sifat sifat kepemimpinan Rosul SAW sejatinya harus dicontoh juga oleh para pemimpinan negeri ini.

Sifat kepemimpinan yang harusnya kita miliki dalah hidup. Karena sadar atau tak sadar kita telah jauh dari apa yang telah dicontohkan nabi kepada kita. Saat ini banyak pemimpin yang dipilih rakyat tapi justru berkhianat terhadap rakyat. Mereka diberikan amanah justru digunakan untuk berfoya-foya dan memperkaya dirisendiri. Mereka dipilih untuk memajukan bangsa, tapi yang dimajukan hanya golongan atau kelompok yang dianggap berjasa baginya.        

Oleh karena itu, sebagai refleksi hidup bagi kita semua, seyogyanya kita mengingat kembali empat sifat nabi dan rosul sebagai seorang pemimpin, diantaranya;

a.       As-siddiq, berarti kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap, serta berjuang dalam melaksanakan tugasnya.

b.      Amanah , berarti kepercayaan yang menjadikan dia memelihara sebaik-baiknya apa yang diserahkan kepadanya.

c.       Fathanah, yaitu kecerdasan yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul seketika sekalipun.

d.      Tabligh, yaitu penyampaian yang jujur dan bertanggung jawab, dengan kata lain memiliki sifat akuntabel dan terbuka terhadap yang dipimpinnya.

Kepemimpinan itu juga bukan hanya sekedar kontrak sosial antara pemimpinan dengan rakyat, tapi lebih dari itu ia  juga merupakan sebuah amanah yang harus dipertanggung jawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kepemimpinan harus dapat menelurkan keadilan bagi semua, karena keadilan  lawan dari penganiayaan, perbudakan, dan penindasan, lawan dari kemelaratan, kesengsaraan, dan kemiskinan, sebagiamana Allah SWT telah menjelaskan prihal terkait dengan ini pada surat Al-Bawarah (2) ayat 124.

Selama ini kita hanya dipertontonkan dengan banyaknya kepemimpinan bangsa yang lemah dan tunduk pada kepentingan tertentu, kita belum melihat sosok pemimpin yang memang benar-benar berjuang untuk kemakmuran dan kemajuan bangsa. Ada pemimpin yang awalnya berjuang untuk kepentingan seluruh rakyat tapi karena terlalu lama memimpin kemudian menobatkan diri sebagai peimimpin seumur hidup, sementara disatu sisi rakyat masih menjerit dan tak bisa lepas dari kesengsaraan ekonomi. Ada pemimpin yang memiliki visi membangun bangsa tapi disatutu sisi menghalalkan segala cara serta bersikap otoriter. Ada juga pemimpin kita yang sering bimbang dalam mengambil keputusan dan cendrung tunduk pada kekuasaan negara lain.

Sejatinya pemimpin yang kita ita-citakan adalah pemimpin yang memiliki lima sifat pokok, sebagai berikut:

1.      Kesabaran dan ketabahan

2.      Mengajak masyarakat/ rakyat kepada petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT)

3.      Tertanam dalam dirinya sikap ingin senantiaasa berbuat dan berlaku bijak, tidak otoiter, terbuka, akuntabel, mengedapankan musyawarah.

4.      Beribadah pada Tuhan YME, dengan kata lain ialah memiliki ketakwaan pada Sang Pencipta alam raya ini.

5.      Memiliki keyakinan yang kokoh dan kuat, visi yang jernih, kepercayaan diri yang besar dalam menahkodai bangsa.

Lima sifat kepemimpinan diatas sebagaimana telah kita temukan pada surat As-sajadah ayat 24, dan Al-Anbiya ayat 73. Oleh karenanya melihat penomena banyaknya para pemimpin yang berkhianat terhadap amanat yang diberikan oleh rakyat, maka kita perlu merenungi apa yang disabdakan oleh Nabi SAW “apabila suatu amanat diabaikan, maka kehancuran akan tiba mengabaikan amanat adalah menyerahkan tanggung jawab kepada orang yang tak wajar memikulnya.”

Suatu ketika Imam Ahmad ditanya perihal dua jenis pemimpin yang salah satu diantaranya harus dipilih, yaitu yang pertama adalah calon pemimpin yang kuat tapi ia penuh dosa, dan yang kedua adalah baik keberagamaannya namun lemah, maka beliau menjawab orang pertama, karena dosanya dipikulnya sendiri, sedangkan kekuatannnya mendukung kepentingan umat, dan yang kedua agamanya hanya untuk dirinya sendiri, sedangkan kelemahannya menjadi petaka bagi yang dipimpinnya.

Tapi yang lebih abik tentunya adalah memilih pemimpin yang kuat baik dari segi kepemimpinannya dan segi kesholehannya dalam beragama. Nabi SAW pernah bersabda ’’siapa yang mengangkat seserong untuk suatu jabatan yang berkaitan dengan urusan masyarakatsedangkan ia mengetahui ada yang lebih tepat, maka sesungguhnya ia telah mengkhianati Allah, Rosul, dan Kaum Muslim.”

Oleh karena itu di tahun ini, yaitu tahun kita akan memilih pemimpin bangsa yang baru, maka kita harus cerdas dalam menentukan pilihan. Pilihan yang baik tentunya ketika ada calon yang sesuai dengan kriteria kepemimpinan Nabi. Karena pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada suatu proses untuk menggerakkan masyarakat menuju kepada satu tujuan yang telah ditetapkan dan disepakatai bersama dengan mendorong atau memotivasi mereka untuk bertindak dengan cara-cara yang tidak memaksa.

Artinya kesepakatan bersama yang ada dalam bangsa kita adalah sebagaimana yang tertuang dalam Pancasila dan UUDNRI 1945. Tujuan bernegara kita bisa kita temukan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selama ini pemimpin kita buta dengan apa yang dikatan oleh Pancasila dan UUDNRI 1945. Banyak pelanggaran-pelanggaran secara konstitusi telah dilakukan.

Sebagai contoh misalnya; persoalan pengelolaan kekayaan alam di negara kita, seharusnya menurut pasal 33 UUD NRI 1945 (yang intinya ”sumber daya alam dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat).” Kenyataannya jauh panggang dari api, banyak kekayaan alam negeri ini yang justru dikuasi oleh asing.

Baiknya memang kita memahami bagaimana kita mengenal calon pemimpin bangsa kedepannya. Tapi sangat disayangkan belum ada calon pemimpin bangsa yang sesuai dengan kriteria yang tepat. Sumber kepemimpinan sejatinya bisa dilihat dari beberapa hal, antara lain;

a.       Kepemipinan atas dasar legtimasi rakyat

          Kepemimpinannya terlahir dari sumber legitimasi atas suara yang diperoleh dari rakyat

b.      Kepemimpinan atas dasar kepakaran dan keterampilan

         Kepemimpinan ini terlahir atas dasar keahliannya untuk memimpin dan membawa rakyat pada  perubahan yang lebih baik

c.       Kepemimpinan yang di hormati dan disayangi oleh rakyatnya

          Karana dianggap berjasa dan mampu memberikan perubahan yang lebih baik, adil, dan sejahtera, maka secara otomatis ia akan menjadi pemimpin yang disayangi oleh           rakyatnya.

d.      Kepemimpinan yang berasal dari kekuatan untuk mempengaruhi

Tidak hanya bisa membawa perubahan, tapi dalam bidang diplomasi ia mampu mengantarkan bangsa kepada kepimimpinan yang disegani oleh pemimpin bangsa lain.

Dari empat jenis sumber kepemimpinan tadi, dapat kita harapkan bahwa pemimpin bangsa dimasa yang akan datang dapat memiliki keempat sumber kepemimpinan tersebut. Karena dengan begitu maka ia akan tercatat sebagai pemipin yang adil dalam memimpin rayatnya. Dan kita berharap bangsa kita akan melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan yang mampu menjadi pendobrak kebobrokan sistem kepemimpinan dunia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu Indonesia

HUJAN

Nazwa Aulia